Wicara 15 : Hereditary

269 34 0
                                    

Satu Minggu usai mengutarakan rasanya malam itu,Sawala dan Raya belum bertemu lagi. Bukan karena tidak mau,Raya hanya sedang berpikir logis. Bagaimana jika papanya menolak hubungan mereka berdua ?? Tidak,Raya tidak masalah jika harus menggunakan bahasa isyarat dalam sisa kehidupannya jika itu bersama dengan Sawala.

Tapi papanya ?? Raya tidak lupa bagaimana papanya berharap bahwa kelak orang yang akan menikah dengan putri semata wayangnya adalah orang yang bisa membahagiakan putrinya,melindungi dan mengasihinya tapi apa ?? Papanya juga bilang bahwa dirinya sudah semakin tua dan Raya tidak bisa menjalankan bisnis dan papanya.

Berharap orang yang akan menjalankan bisnis orangtuanya nanti adalah menantu keluarganya. Yang mana itu artinya orang yang akan menjadi suami Raya,tapi rasanya ?? Bagaimana dengan rasa yang dia miliki ??

Kebimbangan Raya kala itu disentak karena dering ponsel miliknya yang keras. Raya menganga sejenak kala tahu siapa yang menelfonnya, menghela nafas dan berusaha setenang mungkin.

"Iya pa ??" Ujar Raya sedikit parau.

Raya menghela nafas kasar kala diujung sana papanya tertawa.

'Papa tidak akan menyuruh kamu menikah muda Raya,kenapa kamu terdengar sangat sedih ketika berbicara sama papa ??' Ujar Demian.

Raya berusaha setenang mungkin.

"Nggak ada pa,papa tumben nelfon Raya langsung bukannya papa selalu nyuruh Lex buat awasin Raya ??" Balas Raya tenang.

Demian tertawa lagi.

'Papa denger dari Lex kalau kamu dekat sama salah satu anak panti namanya Sawala. Beneran ??' Tanya Demian.

Raya memejam,dia harus menyumpal mulut sampah Lex agar tidak ada berita sialan sok tahu yang dia ucapkan pada banyak orang. Raya memang berniat memberitahu papanya mengenai Sawala tapi,dia masih menahannya bukan karena dia tidak peduli pada Sawala dan rasanya hanya saja dia tidak mau terburu-buru dan malah membuat semuanya kacau.

Lebih baik pelan dan semuanya baik-baik saja dibanding tergesa dan sama sekali tidak memiliki hasil. Raya menahan nafas kala diujung telefon papanya diam sama sekali tidak berkomentar lagi dan jujur saja hal itu membuat Raya takut dan was-was.

'Kapan Sawala ada waktu buat papa ?? Papa pengen bicara berdua sama dia,bolehkan ??' Ujar Demian setelah lama diam.

Raya merasakan detak jantungnya melewati satu ketukan,mendadak dia sesak. Astaga,bagaimana jika papanya menolak Sawala ?? Raya tersentak kala papanya sedikit berteriak memanggil namanya,dia melamun tadi.

"Iya pa ??" Balas Raya.

Demian terkekeh.

'Papa tidak melarang kamu dekat dengan siapapun,tapi kamu harus ingat perasaan itu bukan hanya tentang kamu tapi juga tentang Sawala. Papa tidak masalah dengan siapa kamu melabuhkan hati tapi ini dunia Raya dan mereka kejam. Apakah kamu yakin Sawala bisa beradaptasi dengan dunia kita ??' Jelas Demian.

Raya tersenyum getir.

"Sama saja pa,papa sama seperti mereka yang lainnya. Kenapa bertanya kala papa sudah pasti akan menjawab apa. Kenapa harus memberikan nasehat panjang lebar jika keputusan papa sama seperti manusia diluar sana terhadap Sawala...." Balas Raya sedih.

'Ray..'

Ucapan Demian dipotong sepihak oleh Raya.

WICARA (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang