22 : Semua Cewe Sama Aja

687 142 107
                                    

Vote Coment gratis lurr~

--

Hyunjin melangkahkan kakinya menuju teras rumah Ryujin dengan gontai. Selepas pertengkarannya dengan Nada, fikirannya semakin kacau. Melihat Nada menangis seperti itu membuat hatinya terusik. Karena selama Nada hidup, Hyunjin adalah orang pertama yang membuat Nada menangis sekeras itu.

Harusnya ia tidak membentak Nada. Harusnya ia tidak menyakiti perasaan Nada. Harusnya ia memilih cara yang lebih halus untuk menolak perasaan Nada. Harusnya ia membuat pengertian untuk Nada. Harusnya ia membantu Nada melupakan perasaan terhadapnya. Harusnya harusnya, dan banyak harusnya lagi. Hyunjin tahu, ia memang bodoh.

Melihat sepatu kets berwarna coklat yang terletak didepan pintu, Hyunjin menyeritkan keningnya. Setahunya, Ryujin hanya seorang diri dirumah. Kedua orang tuanya sibuk bekerja diluar kota. Hanya pulang sekali dalam seminggu, dan itu pun pada hari rabu. Sedangkan sekarang adalah hari minggu.

Ting tong

“Nyari— E-eh Kak Hyunjin.” sapanya dengan senyum kikuk. Hyunjin tersenyum lebar, hatinya sedikit tenang ketika melihat senyum Ryujin.

Hyunjin menatap Ryujin dari atas hingga bawah dengan kening menyerit. “Rapi banget, abis dari mana?”

“Em... Itu—”

“—Siapa yang?”

Hening. Ketiganya saling menatap satu sama lain. Sedetik kemudian, Hyunjin menyeringai. Otaknya mulai merangkai satu demi satu apa yang terjadi. Sepatu kets didepan pintu, seorang laki-laki yang berada didalam rumah Ryujin, dan juga panggilan 'Sayang' yang ditujukan untuk Ryujin—pacarnya.

“Wahh, jadi gini cara main kamu?” tanyanya tidak percaya. Masih menatap Ryujin dan laki-laki itu secara bergantian. Ia diselingkuhi? Seorang Hyunjinafi Devananda diselingkuhi?

Ryujin menghela nafas. Ketika angan-angan tidak sesuai kenyataan, rasanya semuanya semakin menjadi rumit.  “Masuk kak, gue jelasin didalem.”

Hyunjin mendenggus sinis. Bahkan Ryujin menggunakan panggilan lo-gue. Seolah gadis itu memang mempermainkan dirinya. Tanpa banyak bertanya, Hyunjin masuk menyusul Ryujin dan selingkuhannya kedalam. Meja ruang tamu yang terdapat banyak cemilan, agaknya Hyunjin menduga-duga bahwa mereka berdua sudah sedari tadi bermesraan didalam rumah.

Hyunjin bersedekap dada. Tidak ingin duduk karena ia rasa tidak begitu nyaman jika harus bertengkar dengan keadaan duduk. “Jadi, udah berapa lama lo selingkuh dibelakang gue?”

Ryujin mengulum bibirnya kedalam. Ia sendiri juga bingung harus menjelaskan dari mana. Salah bicara sedikit, pasti mereka akan berakhir dalam kesalahpahaman. “Dia Beomgyu, pacar gue. Kita pacaran udah dua tahun.”

Hyunjin menerjab. Beralih menatap Beomgyu yang tersenyum manis kearahnya. Dan ia juga baru menyadari, bahwa ia mengencani gadis milik orang lain. “Berarti selama ini gue—”

“Bisa jadi iya, bisa jadi engga. Karena tujuan gue macarin lo bukan buat selingkuh, kak. Waktu nerima lo, gue juga udah izin sama Beomgyu.”

Kedua alisnya bertaut. Menunggu kelanjutan dari perkataan Ryujin. Bukan untuk selingkuh, apa lagi meminta izin pada Beomgyu dengan santainya. Bahkan Hyunjin pun tidak merasa diperas oleh Ryujin selama mereka berkencan. Ryujin juga menolak dibelikan barang-barang mahal.

“Gue gemes liat lo sama Kak Nada, sahabatan terus gak jadian. Gue sebagai cewek paham banget gimana perasaan Kak Nada, dan gue benci banget sama yang namanya friendzone. Jadi, tujuan gue pacaran sama lo itu, biar lo sadar sama perasaan lo, kalau lo juga suka sama Kak Nada.”

Hyunjin diam. Tatapan herannya kini berubah menjadi datar. “Wah, bangsat. Lo siapa ngatur-ngatur kisah cinta gue?”

“Kalem, bang. Niat Ryujin baik.” sahut Beomgyu. Laki-laki berstatus kekasih Ryujin itu sudah memasang sinyal siaga satu saat ini. Waspada jika Hyunjin marah dan membentak Ryujin.

“Lo goblok, Kak. Seharusnya waktu gue nyuruh lo jauhin Kak Nada, seharusnya lo gak jauhin. Seharusnya waktu lo tau Kak Nada suka sama lo, lo gak bentak dia. Harusnya lo tau, Kak Nada udah cukup sakit hati buat sekedar suka sama lo. Kalau gue jadi Kak Nada, mungkin lo udah gue bunuh karena udah nolak gue.”

Hyunjin tersenyum miris. Menelan ludah dengan susah payah. “Sayangnya lo bukan Nada. Dan Nada bukan lo. Karena itu, Nada gak bisa bikin gue jatuh sejatuh jatuh nya sama kayak yang lo lakuin.”

“Gue sayang sama lo tulus, Ryu. Tapi lo malah mainin gue. Gue nolak Nada karena gue mau serius sama lo. Cuma lo doang yang bisa bikin gue seserius ini sama cewe.” lanjutnya.

Beomgyu diam. Masih ingin menyimak apa yang terjadi selanjutnya. Ia tidak perlu khawatir, selagi Ryujin masih menggegam tangannya, maka gadis itu tidak ingin menggenggam tangan orang lain. Itu prinsip kekasihnya.

“Bukan gue yang udah bikin lo jatuh, tapi Kak Nada. Sekarang gue tanya sama lo, kenapa lo mainin cewe selama ini? Karena lo nahan diri biar gak stuck sama Kak Nada terus, nahan diri biar gak bergantung terus sama Kak Nada, gak mau nyakitin Kak Nada. Sebelumnya lo emang udah jatuh karena Kak Nada, tapi lo munafik. Gengsi lo terlalu gede.”

“Apa lo bakal lepas Kak Nada setelah tujuh belas tahun bareng? Lo gak takut kalau tiba-tiba Kak Nada ninggalin lo?” lanjut Ryujin.

Hyunjin diam. Perkataan Ryujin terus berputar ditelinganya. Hyunjin sudah terbiasa berdiri disamping Nada. Lalu Bagaimana jika nanti Nada memang benar-benar meninggalkannya?

“Terserah.” ucapnya sinis. Berbalik berniat meninggalkan rumah Ryujin. Hatinya terlanjur sakit. Bagaimana Ryujin bisa menghianatinya seapik ini. Padahal Hyunjin telah memantapkan hatinya untuk Ryujin.

Ryujin menghela nafas, mencegal lengan Hyunjin sebelum laki-laki itu pergi. “Kak—”

“APASIH!” Hyunjin lebih dulu menyentak tangan Ryujin. Menatap gadis itu penuh benci. Tatapan Ryujin berubah sayu. “Maaf kak. Lo harus pulang, rumah lo bukan gue.”

Hyunjin mendengus sinis. “Gue baru sadar, kalau selama ini gue gak punya rumah.”

Hyunjin kembali melangkah keluar dari rumah Ryujin. Berlama-lama disana semakin membuat batinnya sakit. Hyunjin merasa dipermainkan. Seolah ia tidak menpunyai harga diri dimata Ryujin.

Hyunjin marah. Marah pada Ryujin, marah pada Nada, dan marah pada dirinya sendiri. Bertanya-tanya bagaimana bisa ia terpikat oleh sosok Ryujin, atau bagaimana bisa ia menampar Nada. Ia membuat dua kesalahan saat ini. Mempercayai Ryujin, dan menghina Nada.

Baginya, Ryujin sama saja dengan gadis-gadis yang pernah berpacaran dengannya.

Hyunjin mengendarai motor dengan perasaan marah. Spidometer yang tertera menunjukan angka 100km/jam. Fikirannya sangat kacau. Tujuannya saat ini adalah rumah Nada. Setidaknya, biarkan ia meminta maaf pada gadis itu. Setidaknya biarkan mereka tetap berteman.

Sesampainya didepan rumah Nada, Hyunjin turun dari motornya sedikit tergesa-gesa. Beruntung, Nada belum mengunci gerbang rumahnya. Jam baru saja menunjukan pukul sembilan malam. Biasanya gadis itu masih membaca novel atau mengerjakan laporan keuangan. Tapi saat ini keadaan rumah benar-benar gelap.

“NAD!! NADAA!!” teriaknya seraya menggedor-gedor pintu rumah tidak sabar. Fikirannya tidak tenang. Ia takut, jika nanti Nada akan membencinya, tidak mau bertemu dengannya, atau tidak mau lagi menjadi temannya.

“NADA!! BUKA PINTUNYA! GUE—”

“Nada!! ASTAGFIRULAH!”

Teriakan itu membuat Hyunjin menoleh. Mendongak keatas menatap bundanya yang berada dibalkon kamarnya. Jeni yang masih kaget itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “HYUNJIN NADA TENGGELAM!!”



--To Be Continue--

Haloo kalian!! Aku ga nyangka part kemaren bisa serame itu

Sweet Friendshit | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang