33 : Mana Hyunjin?

495 121 32
                                    

Vote Coment gratis hyung!!

Ramein kolom komentar sayang:)

--


Helaan nafas terdengar dari bibir Hyunjin. Laki-laki itu membanting tubuhnya kekasur. Sekali lagi menghela nafas dengan mata terpejam.

“Nadaline...” gumamnya tidak bersemangat. “Sebenernya bukan lo yang nggak sempurna buat gue. Tapi gue yang gak sempurna buat lo.”

Hyunjin berguling kesamping. Menenggelamkan wajahnya dibalik bantal. Laki-laki itu frustasi. Hyunjin bahkan belum keluar kamar sejak dua hari yang lalu. Ia hanya mengurung diri setelah pertengkarannya dengan Jeongin malam itu.

Mencoba menjelajah alam mimpi, Hyunjin mencari posisi nyamannya. Tidak mempermasalahkan tentang minimnya pasokan udara dibalik bantalnya. Hyunjin hanya ingin mengembalikan mood-nya.

Brakk...

Hyunjin tergelonjak kaget. Ia langsung bangkit meskipun sedikit merasa pusing. Berdecak sebal ketika mengetahui Jeongin yang mendobrak pintu kamarnya.

“Kaget, anjir!” tegur Hyunjin marah. Bibirnya maju seraya memukul bantalnya seperti anak kecil.

“Gelap banget sih kamar lo, bang? Lagi jaga lilin? Siapa yang jadi babi? Bang Felix?” tanya Jeongin terkesan malas.

Hyunjin menatap adiknya tidak suka. Ia ingat betul bagaimana pertengkarannya dengan Jeongin dua hari yang lalu. Bahkan adiknya itu tidak meminta maaf padanya. Ah, lebih tepatnya, tidak ada yang ingin meminta maaf lebih dahulu.

“Lo kesini mau ngapain? Sebar bahan gibah?”

Jeongin menghela nafas. Bersandar pada daun pintu seraya menatap malas kakaknya. “Dua hari gak keluar kamar, ngapain aja lo? Gue kira udah mati.”

“Kalau lo dateng kesini cuma doa-in gue yang iya-iya, mendingan lo keluar. Gue lagi pusing, Yen.” jawab Hyunjin lirih. Tambahan informasi, Hyunjin juga belum makan sejak dua hari.

Hyunjin sudah seperti anak perawan yang depresi. Hmm, berlebihan, tapi memang seperti itu.

“Keluar kamar, mandi, ganti baju, makan. Habis itu jenguk Kak Nada. Nggak ada yang tau kalau dia diam-diam nungguin lo datang. Itu pun kalau lo mau.”

Setelah berucap seperti itu, Jeongin berbalik. Meninggalkan kamar sang kakak tanpa menunggu jawaban dari sipemilik kamar. Atau bahkan sekedar menutup pintu.

Hyunjin berdecih. Adiknya itu tumbuh dewasa terlalu cepat. Ia baru menyadari jika Jeongin ternyata lebih dewasa darinya.

Bukannya menuruti perkataan Jeongin. Hyunjin justru kembali merebahkan tubuhnya. Menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Memejamkan mata seraya bersiap menghitung domba.

Untuk hari ini saja, biarkan Hyunjin mengistirahatkan tubuhnya. Biarkan Hyunjin menyendiri. Besok, laki-laki itu berjanji, akan mengunjungi Nada dan mengembalikan keadaan seperti semula.

——🌸——


Dokter Jaehyun menopang dagunya dengan kedua tangan. Menatap layar kompurternya dengan kening berkerut. Tengah mempelajari laporan kesehatan Nada.

Reno yang melihat itu menjadi gugup sendiri. Jari telunjuknya mengetuk-ketuk meja Dokter Jaehyun. “Gimana perkembangan anak saya, dok?”

“Laporan kesehatan Nada, semuanya baik. Tidak ada yang perlu dikhawairkan. Kemo pertama juga berjalan lancar. Tidak ada masalah dengan Nada, Dokter Reno. Hanya saja...”

Sweet Friendshit | Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang