Benar saja. Esok harinya Casi ikut bertamasya ke danau. Selang 2 jam mereka pun sampai. Di sana ada banyak sekali wahana di danau untuk dinaiki.
Ibu, Richelle, dan Sara memilih Rumah Hantu, sedangkan Ayah bersama Casi dan Aren. Ayah menepati janjinya terhadap Aren, sehingga mereka menaiki kapal feri—perahu yang Aren maksud. Aren terlihat sangat senang sepanjang perjalanan.
"Ajak adik naik ke sini, Kak. Bisa lihat jelas airnya." perintah Ayah.
Casi menggendong Aren supaya bisa naik ke bibir kapal yang posisinya lebih tinggi dari bagian dalam. Ayah gantian memegang Aren dan Casi duduk beberapa senti berhadapan dengannya.
Entah bagaimana, goncangan kapal membuat pegangan Ayah agak longgar sehingga hampir membuat Aren tergelincir. Namun, Casi telanjur menangkap kaki Aren dengan sigap, dan tiba-tiba dirinyalah yang kehilangan keseimbangan.
Casi tergelincir dan jatuh ke danau. Kumpulan air menampar wajah dan tubuhnya begitu ia terjatuh.
Semua penumpang perahu kaget. Laju kapal yang cukup cepat di tengah-tengah danau membuat mereka butuh waktu untuk berhenti.
Casi berusaha bertahan. Ia mengepak-kepakkan tangannya di permukaan air. Berusaha tetap berada di permukaan. Namun, napasnya tak tersisa banyak. Ia mencoba memejamkan mata. Tubuhnya perlahan terselam air.
Gadis itu merasakan tubuhnya mulai mendingin. Roh Casi berusaha keluar dari raganya. Ditatapnya raga itu yang tenggelam tak berdaya. Roh itu tahu Casi memasuki fase algor mortis. Ia tahu persis apa ini. Penurunan suhu tubuh secara bertahap pada jenazah.
Apa? Tunggu. Secepat itu?
Bisa roh itu rasakan raganya semakin dingin. Roh Casi memeluk raganya, berharap dapat memberi kehangatan. Meskipun dia tahu itu percuma.
Tidak mungkin! Apakah ini memang akhir hidupku?
Orang-orang berusaha menyelamatkan Casi dengan alat-alat yang ada. Ia segera dilarikan ke rumah sakit sebab jantungnya tidak berdetak. Seluruh anggota keluarga Casi khawatir.
Dokter kemudian menyarankan agar Casi dibawa ke PICU. Namun, ayah merasa keberatan dengan alasan biaya. Sempat terjadi perdebatan antara ayah dan ibu, tetapi kemudian mereka sepakat untuk menempatkan Casi sementara di UGD.
Alhasil, Casi tak terselamatkan karena penanganan yang kurang.
Dalam baring, disertai suara jam berdetak, tubuh Casi semakin dingin. Dalam diam ia sudah menyerahkan semuanya.
Baru ia tahu bagaimana rasanya menjelang ajal menjemput. Rohnya sudah berdiri di sisi ranjang. Mungkin setelah ini ia akan menghadap Sang Tuan? Apapun itu, Casi sudah siap.
Namun nampaknya Dia belum ingin Casi menemuiNya. Basah di tubuh dan sesak di dada Casi tiba-tiba mulai berkurang. Roh kembali dibuat panik. Ia memeluk raga Casi untuk kedua kalinya.
Ketika roh membuka mata, raga itu sudah ada di sofa panjang ruang tengah. Roh kembali merasuki raga, membuat Casi tersadar dan membuka matanya.
Gadis itu mendongak ke atap, meneliti dengan serius rumah ini dengan kedua matanya.
Cat monokrom? Tentu bukan rumahku.
Ia terduduk, mengamati baju yang ia kenakan. Baju model kekinian dengan rambut pendek sebahu yang terasa ringan untuk kepalanya.
Oh! Ia jadi anak kuliahan sekarang. Menarik.
>>>
Catatan kaki.
1. Fase algor mortis = Fase kematian setelah jantung seseorang berhenti. Tubuh manusia mulai berubah menjadi dingin semakin bertambahnya waktu.
![](https://img.wattpad.com/cover/249966055-288-k722181.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond (+ Acrimonious) | SHORT STORIES
Fantasia❝Kenapa harus terjadi padaku?❞ Beyond: Casi masih berusaha mencerna semuanya. Sang Tuan, Andel, dan orang-orang yang tiba-tiba menjadi keluarganya entah dari mana. Semua ini melampaui akal sehat Casi. -- Acrimonious: Kompetisi sengit antara para pe...