Abel mencoba mengintip isi kelas dari sela-sela pintu. Kedua tangannya menyatu saking groginya gadis itu. Sesuai janji, saat ini ia mendatangi kelas Genta sepulang sekolah. Namun, tampaknya jam pulang kelas Genta lebih telat 5 menit. Ia pun menunggu sebentar di depan kelas.
Ketika siswa-siswa mulai keluar kelas, Abel menguatkan hatinya untuk menemui Genta lagi hari ini. Ia mengamati setiap orang yang keluar, dan rupanya Genta sendiri yang tidak keluar kelas. Dia masih setia duduk di bangkunya.
"Permisi... Udah boleh masuk 'kan ya?" tanya gadis itu dari ambang pintu. Genta terkekeh,
"Udah. Masuk aja," jawabnya. Persis seperti apa yang diperkirakan Genta tadi malam. Semakin dekat jarak Abel dengannya, semakin panas tongkat sihirnya yang di kantong. Dan kini Abel sudah berdiri di depan mejanya. Buru-buru Genta menyimpan tongkatnya ke dalam tas.
Genta memberikan buku-bukunya yang sudah ia rapi tumpuk di meja. Tentu saja ia tidak benar-benar memiliki buku-buku tersebut. Ia membuat duplikasi catatan lama Amos, teman sekelasnya.
Abel terlihat sangat senang. Ia tidak mengira bahwa akan dipinjamkan sebanyak ini.
"Makasih banyak, Kak! Kalau gitu aku izin pulang dulu ya—"
"Tunggu," sela Genta. Untung saja. Ia hampir melupakan rencananya. "Gue liat lo suka main ke taman belakang sekolah ya? Besok gue ajak lo nyantai bareng di taman, mau nggak?" ucap Genta menatap tepat ke dalam mata Abel.
Abel membersihkan kerongkongannya cepat. Jangan tanya bagaimana perasaannya sekarang. Terkejut, senang, kupu-kupu di perut, semuanya campur aduk. Bahagia? Apa lagi! Tanpa basa-basi langsung saja ia iyakan ajakan tersebut. Mereka pun menentukan waktu pasti untuk nongkrong bareng ini.
Genta bersuka hati. Akhirnya sebentar lagi misinya terselesaikan dan ia bisa cepat keluar dari bumi tempat manusia-manusia lemah ini.
--
Panglima Cakrawala menghadap raja membawa banyak tumpukkan laporan, masing-masing kurang lebih setebal lima senti melayang di belakangnya.
"Ceritakan padaku perkembangannya, Cakra," perintah Raja sambil menenggak teh di cawannya.
"Yang Mulia, laporan para calon ketua baru penyihir Clemmster sampai saat ini baru tekumpul 53 dari total 70 calon. Kami akan terus berlaku tegas pada para calon sampai hari terakhir pengumpulan, Yang Mulia," jelas pria yang usianya telah menginjak kepala empat tersebu tegas. Sementara raja terlihat tenang.
"Siapa saja yang belum?" tanya raja. Panglima Cakra segera mengintip daftar nama calon.
"13 calon, Yang Mulia. Beberapa di antaranya ada Tirta dan Mallory dari tingkat sepuluh, Peter dari tingkat sebelas, Gentala—"
"Gentala?" ulang raja. Panglima Cakra pun mengiyakan. Hal ini tentu saja mengherankan. Pasalnya, Gentala selalu menjadi satu dari tiga siswa tercerdas dan terdisiplin dari penyihir-penyihir angkatannya.
Panglima Cakra kemudian melanjutkan membaca daftar peserta yang belum. Raja Danis-seperti biasa selalu tenang, tetapi dibalik sikap tenangnya itu tidak ada yang tahu emosi sebenarnya dari diri beliau.
"Apakah ada pesan yang ingin anda sampaikan, Yang Mulia?" tanya panglima. Raja pun berpikir sebentar,
"Tetap awasi mereka semua, tanpa terkecuali. Peringatkan bahwa masing-masing misi harus, sudah, selesai sebelum ekuinoks," tegas Raja Danis dengan beberapa penekanan di kalimatnya. Beliau lalu mengizinkan Panglima Cakra meninggalkannya.
--
mau kasih author notes dikit. di scene ini emang ga ada Dewa gais tp di mulmed aku taro foto Dewa. biar pas aja, 6 part fotonya 6 cast hihi :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond (+ Acrimonious) | SHORT STORIES
Fantasía❝Kenapa harus terjadi padaku?❞ Beyond: Casi masih berusaha mencerna semuanya. Sang Tuan, Andel, dan orang-orang yang tiba-tiba menjadi keluarganya entah dari mana. Semua ini melampaui akal sehat Casi. -- Acrimonious: Kompetisi sengit antara para pe...