Luna pov
Hari ini Kiara gak masuk sekolah. Udah 2 jam pelajaran guru juga gak ada yang masuk. Anak-anak cowo ngumpul bikin lingkaran di depan papan tulis. Pada arisan apa gimana gue gatau. Dan pasti lo semua bisa nebak sama siapa gue sekarang. Yap, Galang dengan komiknya. Gue mulai ngerasa kesepian sekarang kalo gak ada Kiara. Mereka bener, gue emang butuh temen cewe. Tapi kalo udah begini gue jadi uring-uringan sendiri pas gaada Kiara.
"Lang, itu pada ngapain sih? Gajelas banget." Gue nanya dengan nada emosi karena udah ngerasa lumutan gak ngapa-ngapain.
Galang ngeliat kearah anak-anak cowo terus natap gue. "Pada mau main bola."
"Lo gaikut?"
"Lo emang mau sendiri?"
"Apaan deh?"
"Iya, emang lo mau gue tinggal?" Jawab Galang sambil nutup komiknya dan natap gue serius.
Gue ngerasa pipi gue panas sekarang.
"Eng- Apasih lo? Gue juga biasanya sendiri." Gue jawab tapi gue ga berani naikin pandangan gue kearah Galang.
Galang nguap pelan. "Iyasih."
"Lang?" Panggil gue sebelum Galang fokus sama komiknya lagi. "Gue kok kangen Kiara ya?"
Galang mandang gue remeh. "Dulu lo gamau kenalan sama dia."
"Ya"
"Ya apa?"
"Lo suka gak sama Kiara, Lang?" Tanya gue ngalihin pembicaraan.
Gue liat Galang yang tiba-tiba keliatan aneh. Gue gak pernah liat ekspresi Galang yang begini. Apa? Gue emang salah ngomong?
"Maksudnya?"
Gue ngehembusin napas kasar.
"Gini, dia kan baik, cantik, friendly terus..."
"Ya trus?" Galang motong ucapan gue.
"Ya lo suka gak?" Tanya gue emosi.
Galang keliatan gugup jawabnya. Apalagi sih?
Dia ngeliat gue. "Suka." Terus balik lagi baca komiknya. Tapi gue ngeliat sedikit pipinya yang berubah jadi warna pink.
"Oh" Gue diem sebentar. "Gue juga."
Gue denger Galang kesedek. Perasaan dia lagi gak minum?
"Apa lo bilang?"
"Gue suka juga sama Kiara?"
"Lo udah gila ya?!"
"Apa?" Tanya gue bingung sambil natap Galang yang juga lagi natap gue. OMG!
"As friend maksudnya. Gausah mikir macem-macem. Lo juga suka as friend kan?"
Raut wajah Galang sedikit lega dan kecewa? Gue salah lagi?
"Hmm.. Ya."
Author pov
Bel waktu istirahat baru saja berbunyi. Semua anak-anak keluar kelas dengan tergesa-gesa.
"Lang, temenin gue ke perpus yuk?" Tanya Luna.
"Lo gak mau ke kantin dulu?"
"Gue gak laper sih. Tapi kalo lo laper lo ke kantin aja deh, gue ke perpus sendiri aja."
"Yaudah gue temenin."
Luna dan Galang yang sedang berjalan ke perpustakaan terhenti langkahnya karena Sabian memanggilnya dari lapangan.
"Galang!"
"Lo mau kemana?"
"Ke kantin?"
"Main bola yuk? Tim lawan kurang satu." Ujar Sabian bertubi-tubi.
"Gue lagi gak pengen."
"Kenapa? Lo mau kemana sama Luna?"
"Ke perpus, Bi." Jawab Luna.
Sabian memandang remeh kearah Luna.
"Lo kenapa jadi gak asik kayak Luna sih, Lang?"
Galang menatap Sabian. Luna yang mengerti arti tatapan Galang yang sedang marah memposisikan dirinya ditengah mereka berdua.
"Gue ke perpus sendiri aja deh, Lang. Lo main bola aja."
"Tuh, dengerin tuan putri lo."
Luna menyerngit tidak suka mendengarnya.
"Gue gak pengen, Lun."
"Ck, lo kasih bagian mana, Lun? Kok Galang jadi ngintilin lo terus." Tanya Sabian tertawa meremehkan.
"Kasih apa? Gue gak ngasih apa-apa." Jawab Luna bingung.
Rahang Galang mengeras dan tangannya mengepal. "Lun?"
"Ya, Lang?"
"Lo ke perpus duluan aja, nanti gue nyusul."
"Oke."
"Kenapa lo masih liatin? Lo dapet pantatnya?"
Galang masih memastikan Luna berjalan menjauhi mereka. Sebelum akhirnya melayangkan sebuah tinjuan bertubi-tubi kearah Sabian.
"Anjing Lo! Terserah lo mau ngerendahin siapa tapi jangan Luna!"
Sabian yang tak kalah emosi juga melayangkan beberapa tinjuan kearah Galang. Semua orang sudah mengerumuni mereka tanpa ada yang ingin memisahkan.