Luna pov
Hari ini adalah hari terakhir gue ngajarin Sabian. Gue gak tau Sabian bakal diapain sama Bu Sari kalo dia gabisa. Dan ya gue gak terlalu peduli. Sebentar lagi jam istirahat dan pelajaran Bu Sari setelah itu. Jadi masih ada waktu.
"Ini gue bener gak?"
"Hmm... Ini harusnya 25, coba deh ulang."
"Oke bentar." Sabian mencoretnya dan mengganti angkanya menjadi 25.
"Gini?"
"Ya bener sih tinggal diganti tapi lo ngerti gak?"
"Lumayan. Mana coba kasih gue soal lagi."
"Dih, sombong lo." Gue nyari soal yang agak susah karena gue ngerasa Sabian mulai bisa. "Nih coba yang ini. Gausah buru-buru."
Kring...
"Istirahat! Waktunya ke kantin."
"Selesain ini dulu, Bi."
"Lo ditugasin ngajarin gue bukan ngatur hidup gue." Kata Sabian langsung ninggalin gue.
Bener sih dia tapi agak perih ya hati gue. Mulut Sabian kenapa bisa pedes banget gini.
"Bengong aja tante. Tuh ditungguin."
"Males ke kantin gue, Ra."
"Apaan sih lo, cepet berdiri."
Gue dengan langkah males ngikutin Kiara.
"Kenapa cemberut aja sih neng?" Tanya Wisnu ngerangkul gue.
"Eh tolong ya om jangan pegang-pegang, nanti istri anda cemburu." Ucap gue ngelirik Kiara.
"Hahahaha, apasih lo, Lun." Jawab Kiara.
"Mending lo rangkul Kiara, Nu." Gue naro tangan Wisnu di pundak Kiara.
Gue ngeliat Wisnu sama Kiara yang malu malu mau. Jiji banget tapi gemes.
"Apa maksudnya?" Tanya Sabian tiba-tiba.
"Jangan bilang lo belum tau, Bi." Gue sengaja manas-manasin Sabian, mau tau beneran atau gak dia suka sama Kiara.
"Apa? Tau apa?"
"Nunu, lo gak kasih tau Sabian?"
"Kasih tau cepet, kenapa?" Tanya Sabian gak sabaran.
"Wisnu sama Kiara udah jadian." Jawab gue santai.
Gue ngeliat raut wajah Sabian yang tiba-tiba berubah emosi dan Galang seperti terkejut?
"Jahat banget sih lo, temen-temen lo gak ada yang tau."
"Udah ah ayo." Jawab Wisnu yang merangkul Kiara dan sekarang megang tangan gue.
Author pov
Bu Sari memberikan tugas kepada ketua kelas karena izin datang telat. Dan Luna terlihat masih berusaha untuk menjelaskan kembali beberapa hal kepada Sabian tapi Luna merasa Sabian tidak sefokus tadi pagi. Apa karena udah siang terus tadi abis makan makanya jadi ga fokus? Batin Luna.
"Sabian!"
"Apa?" Jawabnya dengan nada dingin.
"Lo dengerin gue gak sih?!"
"Denger. Gausah ngegas."
Luna berusaha menetralkan kemarahannya dan melanjutkan penjelasannya.
"Sabi..." Panggilan Luna terpotong dengan sentakan Sabian.
"Berisik!"
"Bi? Lo tuh kenapa?"
"Gue gak butuh lo ajarin."
"Apa-apan sih lo!"
"Apa! Mau gue bisa atau engga apa urusannya sama lo?!" Teriak Sabian memukul meja.
"Lo tau ini tanggung jawab gue juga!" Luna mengepalkan tanganya menahan amarahnya.
"Gue gak butuh lo! Jauh-jauh dari gue mulai sekarang!"
"Bangsat lo Sabian!" Teriak Luna sambil menendang kursi Sabian yang membuat Sabian tersungkur.
"Anjing." Ringis Sabian.
"Lun-Luna udah!" Suara Kiara.
"Sialan." Ucap Luna meninggalkan kelas.
Ketika berada di pintu Galang dan Wisnu yang baru saja dari kantin menahan tangan Luna.
"Lo kenapa, Lun?"
"Lepasin gue." Jawabnya dingin melepas kasar tangan Wisnu dari pergelangan tangannya.
Galang yang melihat Sabian yang berusaha bangun dari jatuhnya mengerti apa yang baru saja terjadi.
"Lang, lo janji buat gak berantem sama Sabian." Tahan Wisnu.
"Persetan!"
Galang dan Wisnu menghampiri Kiara yang berdiri didekat meja Luna. Dan Kiara menceritakan semua yang telah terjadi membuat Galang mengepalkan tangannya.
"Mau lo apa? Hah!" Teriak Galang menarik kerah Sabian.
"Udah, Lang. Luna gak akan suka liat lo begini."
"Tapi si bangsat ini harus dikasih pelajaran."
"Lang, lepasin Sabian." Ucap Kiara memegang tangan kiri galang.
Galang terdiam sejenak dan langsung melempar Sabian kesembarang arah membuat Sabian mencium lantai. Galang, Wisnu dan Kiara kembali ketempat duduknya.
"Siang anak-anak."
"Siang, Bu."
"Sabian? Kenapa kamu ada dibawah situ?"
"Saya jatuh, Bu."
Bu Sari hanya menggelengkan kepalanya.
"Lalu, dimana Luna?"
Kiara menggangkat tangannya dan menjawab. "Luna di uks, Bu. Kepalanya pusing."
"Oh, baiklah kalo begitu. Ayo kita lanjutkan materi kemarin dan Sabian bawa tugas kamu ke ibu."
"Baik, Bu."