Hari Ketiga

4 0 0
                                    

Istimewa. Satu kata itu tengah melambangkan bahagiaku hari ini. Minggu pagi memang selalu menyenangkan, namun tidak selalu istimewa. Kesan spesial itu hanya muncul di saat waktu tertentu.

Titik-titik embun masih terlihat jelas menempel di kelopak-kelopak mawar putih yang berbaris rapi di tepi taman. Matahari masih mengintip separuh, malu-malu menyapa.

Alunan dedaunan menyatu bergesakan dengan angin. Burung-burung kecil mulai mengudara, satu-dua tupai melompat dari dahan ke dahan, dan kupu-kupu bersiap terbang mengunjungi mawar.

Rainy melangkah pelan, melewati genangan kecil air hujan yang jatuh kemarin. Wajahnya sangat cerah, sampai kedua sudut bibirnya tak henti terangkat ke atas. Berbekal buku sketsa dalam genggaman, Rainy duduk di bangku taman—di sisi kanan, bawah pohon beringin.

Ia pasti ingin menggambar, begitu pikirku. Namun, belum 5 menit Rainy duduk dengan santai di bawah sana, ia tiba-tiba berteriak, lalu terjatuh dan terbaring di rerumputan seperti orang selap.

Ada apa? Akupun bertanya demikian. Baru akan kulangkahkan kaki menuju kesana dan mendatanginya, tapi tiba-tiba aku tersentak.

Ini mimpi.

"Kukatakan padamu aku baik-baik saja," jelasku pada Mars yang tiba-tiba menoleh ke arahku, seolah terganggu dan bertanya "What's wrong?"

Ia memalingkan wajah, pandangannya jatuh kembali ke luar jendela.

Huft. Aku menghela napas dalam, menyadari bahwa aku tak sengaja tertidur di jam pelajaran. Untungnya, guru yang bersangkutan tidak masuk ke kelas dan hanya memberi tugas sebagai bahan ajarnya.

Aku melihat punggung Mars yang membelakangiku, menatap sesuatu di luar sana. Dia tidak banyak berpikir hari ini. Apakah dia juga tertidur? Atau aku yang tertidur terlalu lama? Sehingga tidak mendengar suara apapun? Bahkan suara pikiran Mars. Kini, kumerasa menjadi gadis normal pada umumnya. Yang kudengar hari ini hanyalah suara-suara nyata dari teman-teman kelasku yang sibuk bernyanyi dan berteriak-teriak absurd.

Rainy? Aku hampir lupa dengan gadis itu. Mimpi tadi cepat sekali hampir terlupakan, dan kuputuskan untuk keluar mencari udara segar. Barangkali bisa menemui Rainy dan melihat keadaan gadis itu.

Beberapa waktu berlalu dan aku baru mengetahui bahwa Mars juga keluar mencari udara segar hari itu. Bukan, tetapi mencari Rainy untuk ditemuinya.

***
to be continued
***

Tentang Waktu #31DaysWritingChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang