Hari Kedua Puluh

1 0 0
                                    

Hari-hariku semakin aneh belakangan ini. Rainy dan Mars memang masih menjadi topik yang menarik. Tapi, aku tidak bisa terus-terusan terjebak pada pemikiran tanpa penjelasan ataupun tanpa jawaban yang pasti ini. Keanehan terus saja terjadi di sekitarku.

Hari ini, aku mengetahui kenyataan bahwa hal-hala aneh yang terjadi di hari-hari sebelumnya itu bukanlah sebuah objek ilusi atau bayangan semata. Semuanya adalah nyata, bagian dari visualisasi ingatan lama yang baru datang terkenang.

Siang ini, sekolah ramai seperti biasanya. Dan seperti biasanya lagi, aku bisa mendengar apapun isi pikiran orang-orang yang radius mereka bisa terkena radarku. Hal lainnya juga masih berlaku untuk Mars dan Rainy. Ketika keduanya datang mendekat ke arahku, aku kehilangan konektivitas ke semua isi pikiran orang-orang di sekitarku. Hanya pikiran Mars kini yang jelas terdengar olehku dan Rainy, ia masih sama seperti sebelumnya. Tidak terdengar apapun dalam pikirannya.

Aku mencoba menghampiri keduanya. Rasanya ada yang aneh, mengingat sudah hampir satu tahun aku berada di antara mereka, tapi kami tidak pernah sekalipun berkomunikasi. Kedua kakiku terus melangkah menuju tempat Rainy dan Mars berdiri sekarang, tidak ada yang aneh. Sepertinya semua akan berjalan lancar.

"Halo," sapaku pada keduanya saat kami sudah berjarak hanya sekitar satu meter.

Hening, tidak ada yang menggubris sapaanku.

Aku mencoba kembali, "Rainy, apa yang tengah kalian lakukan?" Kali ini aku mencoba bertanya.

Mereka bahkan tidak sedikitpun menoleh ke arahku. Aneh. Ada apa ini? Apakah ini prank? Aku masih saja terus bertanya. Tiba-tiba kilasan-kilasan sebelumnya muncul kembali berkelebat dengan cepat memutari isi pikiranku.

***

Aku berjalan menyusuri lorong-lorong kelas, mengelilingi gedung sekolah. Semuanya ramai dengan aktivitas masing-masing, namun tidak ada seorangpun yang menggubris kehadiranku. Awalnya aku biasa saja, karena itu bukanlah suatu ataupun sebuah hal yang harus dipermasalahkan. Namun masalahnya, setiap hariku selalu demikian. Hingga aku tersadarkan saat ini bahwa kehadiranku bukanlah hadir menjadi bagian dari mereka.

Aku hanyalah makhluk bergerak yang pergerakannya tidak bisa dideteksi oleh mereka. Lalu sebenarnya aku siapa? Aku ini apa? Aku menyedari bahwa aku hanya seperti objek ilusi, aku bisa melakukan apapun dengan tubuh transparan ini.

Di bawah langit yang seketika mengelabu, hujan dengan jeraus menghujam bumi. Aku berdiri di bawahnya. Langit yang tengah menumpahkan bebannya ke bumi, ikut mengenaiku. Hujan bahkan bisa menembusku. Dan ya, aku menyadari, aku ini Hujan.

***
to be continued
***

Tentang Waktu #31DaysWritingChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang