Hari Keenam

4 0 0
                                    

Bercerita tentang hari kemarin, tapi tidak terlalu menguntungkan untuk hari ini. Ambil saja keputusan untuk menutup hari kemarin, berharap hari ini, esok, atau nanti akan lebih bahagia.

Berjalan beriringan tanpa suara bukanlah hal yang menyenangkan. Hanya terdengar sayup-sayup angin yang menyentuh benda-benda tanpa suara. Memperhatikan Rainy yang terus melangkah cepat membuatku penuh tanda tanya. Ada apa?

Tapi, apapun yang kulakukan untuk menyingkirkan semua pertanyaan-pertanyaan seputar Mars, tetap saja aku semakin ingin tahu keadaanya. Karena sampai hari ini, Mars masih belum masuk sekolah.

Kami dengan cepat sampai di ruang guru piket, berharap bisa mendapat izin untuk keluar di jam pelajaran. Rainy telah mencoba sebisanya memohon kepada guru piket untuk memberi izin. Namun, guru piket tetap bersitegas tidak menginzinkan.

Masih dengan perasaan gelebah, Rainy mencoba mengontak kembali nomor Mars. Tapi nihil. Tidak ada jawaban.

Perasaan gelebah bukan hanya menyerang Rainy, tapi juga diriku. Aku memutuskan mengikuti logika, menanamkan harapan dan sugesti bahwa semua akan baik-baik saja.

Kubiarkan hari ini berlalu dan bersiap menyambut matahari selanjutnya.

***

Matahari sudah menggantung tinggi di langit, membuat bumi di bawahnya terlihat penuh banyak warna.

Awan putih yang seperti kapas berserai di langit biru. Burung-burung migrasi terbang di jalannya. Tupai dan kawanannya masih sibuk melompat menyebrang antar dahan.

Tetes embun di kelopak mawar-mawar putih telah menguap ke udara, menyatu ke dalam awan yang mungkin nanti akan menurunkan hujan.

Hari ini sangat cerah, secerah matahari yang berhasil bersinar mengalahkan bintang-bintang angkasa yang jumlahnya  tak terkira. Namun, di beberapa titik angkasa, ada bagian-bagian mendung yang hampir samar tak terlihat.

Apa ini? Perasaan seperti apa yang tengah dirasakan? Apakah ini sebuah kerinduan? Ataukan kesedihan? Atau mungkin penyesalan? Yang kutahu sepertinya perasaan gelebah masih menyerangku sampai saat ini. Saat dimana matahari bersinar dengan cerahnya dan alampun berbahagia, tetapi di satu titik jiwaku tak setenang angin siang yang berhembus saat ini.

Aku merindukanmu.

***
to be continued
***

Tentang Waktu #31DaysWritingChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang