Hari Ketujuh

4 0 0
                                    

Hening, tiba-tiba terjadi saat aku melangkah melewati lapangan sekolah. Suasana istirahat yang membuat semua murid berlalu lalang di lapangan tidak membantu sama sekali. Keheningan terjadi secara tiba-tiba. Mereka yang berjalan dalam radiusku tidak bisa kudengar isi pikirannya.

Mataku sibuk mencari alasan dari keheningan ini. Mars, cowok itu berdiri di bawah pohon tak jauh dariku. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang membelakangiku. Ketika kutarik arah pandangan Mars, ia ternyata tengah mengamati tembok kosong. Nihil, Mars menatap kosong ke udara.

Pikirannya terus berputar cepat, berubah-ubah dari satu topik ke topik lainnya. Aku hanya bisa menyimak setiap pikiran yang Mars lontarkan, nanti jika sudah waktu luang akan kuingat kembali dan kurangkai menjadi jawaban dari semua pertanyaanku akhir-akhir ini.

Mungkin sekitar lebih dari tiga menit Mars menatap kosong dinding di depannya, sampai Rainy membanatnya dengan buku yang digulung dan sudah dipersiapkannya untuk menyadarkan Mars dari lamunan siangnya.

"Mars! Mars!" teriaknya sambil terus membanat Mars.

Mars sontak terkejut dengan pukulan dan kehadiran Rainy yang tiba-tiba.

"Aduh!" desisnya bak kesakitan, meskipun aku tahu bahwa pukulan Rainy tak mungkin bisa menimbulkan efek sakit seperti itu. Rainy sangat lemah lembut, bahkan pukulannya nyaris tidak terasa sama sekali.

"Kamu ngapain sih?" tanya Rainy menghentikan pukulannya.

"Oh, cuma lagi mikiri kelas musik."

Aku tahu Mars berbohong, dia sama sekali tidak memikirkan kelas musik.

"Oke," kalah Rainy, hanya membenarkan pernyataan Mars.

Rainy kemudian pergi dari tempatnya berdiri menuju kantin, diikuti Mars dari belakang.

Kenapa Mars berbohong? Kenapa tidak jujur pada Rainy tentang rasa dilemanya? Bukannya Mars seharusnya tidak menyembunyikan apapun dari Rainy?

Entahlah. Karena aku juga tidak punya hak untuk mengklarifikasi itu. Aku memutuskan mengikuti mereka dengan jarak 2 meter di belakang.

Obrolan Mars dan Rainy sangat renyah, sesekali aku ikut tertawa mendengarnya. Mungkin akan menyenangkan jika aku bisa bergabung bersama mereka.

Sepanjang jalanan menuju kantin, tawa Rainy sungguh candu untuk didengar. Seperti ada efek sugesti yang membawa kebahagiaan tersendiri. Dan aku kini merasakannya, betapa hangatnya sosok Rainy, dan mengetahui betapa sayangnya Mars terhadap gadis di sebelahnya itu.

***
to be continued
***

Tentang Waktu #31DaysWritingChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang