2

21.4K 993 16
                                    

Tak terasa sudah satu tahun berlalu sejak pernikahan Devan dan juga Meva. Tapi ada satu hal yang berbeda, mereka belum juga dikarunai seorang anak, karena Meva tidak juga kunjung hamil. Mereka sangat menantikan kehadiran seorang anak tapi Tuhan masih belum memberikannya.


Devanlah yang paling ingin memiliki seorang anak karena dia juga ingin merasakan menjadi seorang ayah seperti yang dia lihat saat teman - teman atau rekan kerjanya yang sudah memiliki anak dan bermain bersama.


Ia ingin merasakan hal itu juga. Bagaimana rasanya bisa bermain dengan anaknya? Pasti menyenangkan.


Tapi dia sadar jika dia harus bersabar, mungkin Tuhan masih belum memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi seorang ayah dan dia akan selalu berusaha agar keinginan terbesarnya terwujud. Ia hanya ingin menjadi seorang ayah. Itu saja.


Dan juga soal Lea, wanita itu semakin mejadi - jadi untuk menghancurkan rumah tangga Devan dan Meva.


Sejak pernikahan Devan dan Meva, wanita itu sering sekali mampir ke rumah Devan kecuali jika Lea sedang bekerja. Lea bahkan tidak segan berdekatan dengan Devan setiap sekali ia mampir tapi Devan dan juga keluarga menganggap hal itu biasanya karena mereka teman dekat.


Tapi ada satu orang yang merasa risih dengan sikap Lea yang tak lain adalah Meva. Meva sangat risih dengan kehadiran Lea, tapi ia hanya diam karena mereka teman dekat sejak kecil dan membiarkannya. 


Tapi menurutnya ini sudah kelewatan,  Lea semakin gencar mampir dan mendekati Devan sedangkan Devan hanya biasa saja akan itu. Meva bahkan juga merasa jika seolah - olah Lea mencoba untuk menjauhkan dia dengan suaminya tapi ia segera menepis pikiran itu.


Seharusnya Lea sadar diri jika Devan sudah menikah, tak perlu melakukan hal itu. Wanita itu bahkan tidak segan bersikap seenaknya pada Meva seperti kejadian beberapa bulan yang lalu saat keluarga Xavier berkumpul diruang keluarga.


"Bagaiman Devan? Apa hasilnya?"


Sarrah yang duduk disamping Andre menatap sepasang suami istri dihadapannya dengan tatapan berharap.


Devan menggeleng pelan, "Belum, Ma. Meva tidak hamil."


Raut kecewa nampak jelas di wajah Sarrah. Ia sangat mengharapkan kabar baik jika ia akan menjadi seorang nenek dan lagi - lagi harapannya pupus.


Sama halnya dengan Andre, Devan dan Meva, tapi tidak dengan Lea yang sedang duduk di sofa single tepat disebelah Devan, wanita itu tersenyum kecil.


Ia lega mendengar kabar baik itu. Hal itu akan membuat dia benar - benar merebut kembali Devan dari Meva yang sudah mengambil Devan darinya.


"Meva minta maaf, Ma, Pa. Meva belum bisa kasih Mama sama Papa cucu. Padahal Mama sama Papa sangat menginginkannya." Meva menunduk menangis dan Devan yang segera merangkulnya.


"Tidak apa-apa sayang. Mama mengerti jika Tuhan saja yang belum ngasih, jadi kita harus lebih bersabar lagi." Meraih dan memegang erat tangan lembut menantunya.

TRUST [Terbit E-Book]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang