Devan berdiri didepan jendela besar diruangan luas itu menampilkan kota yang setiap harinya selalu sibuk, kendaraan tak berhentinya mengis jalanan disana, gedung - gedung tinggi terpampang jelas di jendela itu.
Pria berwajah tinggi itu termenung, ia seperti sedang memikirkan sesuatu..
"Jika kamu ingin punya cucu, lebih baik Devan menikah lagi"
Mata tajam itu tertutup saat suara Andre melintas dipikirannya, Devan menggeleng pelan. Mungkin Papanya berbicara seperti itu karena lelah dengan sikap Mamanya yang menuntut agar ia segera memiliki anak.
Sebenarnya ia juga lelah mendengar hal yang sama dari Sarrah, tapi ia juga ingin menjadi seorang ayah. Kenapa dia belum juga tidak memiliki anak? Padahal dia sehat, Lea juga sehat. Seperti itu yang dikatakan dokter saat mereka memeriksakan diri.
Apa kah dia berbuat salah hingga Tuhan tidak juga memberinya seorang buah hati? Atau karena apa?
Devan terus termenung tanpa sadar ada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya.
"Devan?!"
Devan seketika tersadar, segera membalikkan badan untuk melihat orang yang siapa dengan seenaknya masuk tanpa mengetuk itu.
Kedua alis Devan menyatu saat tahu ternyata itu adalah Gibran yang sedang berjalan ke arah salah satu sofa disana.
"Aku mengetuk sedaritadi, bahkan aku memanggilmu. Kenapa kau tidak menyahut? Apa kau melamun?" Devan duduk disamping Gibran, menghela napasnya membuat satu alis Gibran terangkat.
"Ada apa? Ada masalah?"
"Bang.. Apa ada yang salah dengan diriku?"
Gibran semakin bingung dibuatnya, "Hah? Maksudmu? Ada apa dengan dirimu?"
Devan menyandarkan punggungnya, menatap langit - langit ruangannya, "Kenapa aku tidak kunjung memiliki anak? Padahal aku sehat."
Gibran mulai memahaminya sekarang..
"Apa aku melakukan kesalahan? Tapi apa?"
Devan menerawang kesalahan apa yang dia perbuat tapi dia tidak menemukannya. Gibran yang mendengar hal itu hanya tersenyum kecil.
"Mungkin saja. Mungkin saja kau memang melakukan kesalahan tapi tidak kau sadari"
Devan langsung menoleh ke arah Gibran yang menatap ke depan.
"Benarkah?"
Gibran melirik sekilas Devan lalu mengangkat kedua pundaknya. Devan kembali mengalihkan atensinya semula.
"Tadi... Papa bilang... Jika aku ingin punya anak... Maka aku harus menikah lagi"
Gibran menatap penuh Devan setelah mendengar suara lirih dari pria itu. "Ya.. Itu benar. Jika kau ingin menjadi ayah, maka menikahlah kembali."
"Aku tidak bisa" ucap Devan yang menegakkan tubuhnya.
"Kenapa tidak bisa?"
Tidak ada jawaban untuk beberapa saat hingga Devan berkata pelan tapi masih bisa didengar oleh Gibran, "Aku... Tidak tahu.."
Gibran terkekeh kecil, "Apa karena kau masih mencintai Meva, sehingga kau tidak ingin menduakannya lagi?"
Hati Devan mencelos saat mendengar nama yang tak lama ia dengar dari mulut Gibran. "Tidak! Aku tidak lagi mencintainya dan aku tidak pernah menduakan dia, tapi dialah yang menduakanku!"
Tidak lagi mencintai ya? Gibran tersenyum miris, ia tidak yakin jika itu yang dikatakan oleh hati Devan.
"Baiklah"
*
*
*
Mohon Maaf
Sebagian chap dihapus untuk kepentingan terbit^^
*
*
*
TBC
Pendek? Maaf ya T.T
Tapi aku usahain update terus buat kalian^^
Makasih bgt buat yang baca.. Apalgi buat yg Vote & Comment^^
Vote+Comment yaa^^
Biar aku semangat nulisnya>.<
AlifalQur_
14 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST [Terbit E-Book]✔
General Fiction[E-Book bisa dibeli di GooglePlay/PlayBook^^] Meva Salsabila diusir oleh suaminya dalam keadaan hamil muda yang bahkan tidak diketahui oleh suaminya, Devano Xavier dan juga keluarga pria itu. Hanya karena kesalahan yang tak pernah Meva lakukan, suam...