Sarrah membuka pintu kamar Devan dan dapat dilihatnya Devan yang duduk ditepi ranjang. Melangkahkan kakinya menuju anaknya dan duduk disamping Devan.
Devan yang merasa ada orang lain menoleh, melihat Mamanya yang tersenyum padanya dan dibalas kembali oleh Devan
"Apa kau bahagia, Sayang?"
"Sangat, Ma" kedua sudut bibir itu terangkat. Kepalanya menunduk, memandang foto Meva dan Arlan saat berada di pasar malam yang berada ditangannya.
"Aku tidak menyangka, ini terjadi padaku. Aku hampir menyerah untuk menjadi ayah, tapi ternyata aku telah menjadi seorang ayah dari anak laki - laki yang bahkan sudah berusia lima tahun."
"Mama tahu? Aku pernah memberitahu sesuatu pada Meva" Devan mulai bercerita pada Sarrah yang hanya diam mendengarkan.
"Jika aku ingin mempunyai anak kembar laki - laki dan akan aku beri mereka nama Arlan dan Erlan" satu tetes air mata mulai jatuh dari pelupuk mata Devan. Sarrah menarik kepala Devan untuk bersandar pada pundaknya, merangkul pundak pria itu.
"Dan keinginanku terwujud, Meva memberikan nama yang ku berikan, bahkan dia menyematkan namaku pada mereka. Putra Devano Xavier. Seolah itu menegaskan mereka adalah anakku."
"Tapi karena kesalahanku, aku kehilangan salah satu putraku, Ma. Erlan pergi mendahuluiku. Mungkin ini balasan yang Tuhan berikan padaku. Tapi setidaknya.. Arlan masih ada disini. Tumbuh dengan sehat dan bermain dengan teman - temannya."
"Erlan harus menanggung kesalahan yang kuperbuat, Ma. Seandainya saja... Seandainya aku mempercayai Meva... Meva tidak perlu bekerja dengan keras dan Erlan... Erlan pasti masih bisa aku obati. Aku akan membawanya ke luar negeri untuk pengobatannya, Aku akan melakukan apapun demi kesembuhan Erlan, maka Erlan bisa tumbuh seperti Arlan. Tapi itu tak akan bisa.. karena dia sudah bahagia diatas sana."
Sarrah mengelus lembut punggung yang bergetar itu. Matanya sudah berkaca - kaca tapi ia tidak mau bersedih karena Devan membutuhkannya.
"Aku terlalu dibutakan oleh kecemburuan sehingga melakukan hal bodoh."
"Aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin cintaku kembali, Ma. Aku ingin Meva dan Arlan berada dipelukanku. Melindungi mereka dengan segenap hati dan tenagaku." Devan melepaskan dekapan Sarrah, menatap wajah yang masih terlihat cantik itu dengan tatapan sendu.
"Aku tidak ingin kehilangan lagi, Ma. Devan tidak mau."
Sarrah menyentuh kedua rahang Devan, mengusap air mata itu. "Iya, sayang. Dan itu pasti akan terjadi, Mereka akan kembali padamu."
"Sekarang istirahatlah, karena kita semua akan pergi besok. Kau ingatkan?"
Benar. Hari itu tidak sabar Devan nantikan dan berharap malam segera berakhir berganti hari esok.
Sarrah keluar dari kamar Devan setelah berpamitan membiarkan Devan beristirahat dengan tenang.
Setelah keluarnya Sarrah. Devan memandang kembali foto yang sudah dibingkai dengan cantikknya itu, mengelus foto itu dengan kedua sudut bibir terangkat. Berbaring dengan memeluk foto itu dan menunggu hari esok.
*
*
*
Mohon maaf QReaders^^
Sebagian chapter telah dihapus untuk kepentingan penerbitan e-book^^
*
*
*
TBC
Sorry for Typo~
Maaf ya lama T.T ... Krn waktuku bukan cuma buat nulis aja T.T
Dan Makasih juga buat kalian yang sudah baca T.T aku gak nyangka lohh...
Dan untuk chap ini.. itu dulunya krn aku Upnya larut malam banget >.<
Vote+Comment yaa^^
So.. See you next chap^^
AlifalQur_
23 Desember 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST [Terbit E-Book]✔
General Fiction[E-Book bisa dibeli di GooglePlay/PlayBook^^] Meva Salsabila diusir oleh suaminya dalam keadaan hamil muda yang bahkan tidak diketahui oleh suaminya, Devano Xavier dan juga keluarga pria itu. Hanya karena kesalahan yang tak pernah Meva lakukan, suam...