Chapter 3 : Jika Itu Mimpi

161 23 1
                                    

Setelah sampai di rumah, aku berbaring di sofa di ruang tamuku.

Aku bicara dan bersikap sangat percaya diri, seolah-olah seluruh dunia berada di dalam genggamanku, tetapi sebenarnya... aku merasa buruk.

Jika Kim Saerom memang bertujuan untuk membuatku sedih, rencananya berhasil.

Beginilah aku. Selalu berpura-pura keren diluar, tapi rapuh didalam.

Menjengkelkan rasanya rebahan dengan perasan tertekan, jadi aku mengangkat ponselku dan menyalakan novel web yang biasa kubaca.

Hari ini, aku ingin membaca novel yang akan membantuku merasa lebih baik.

Aku dengan hati-hati membaca sinopsis beberapa novel, juga membaca komentarnya. Judul novel yang membuatku berhenti adalah 'Let Me Be Rich'.

Ceritanya tentang seorang putri dari seorang viscount yang sangat miskin dan menjalani kehidupan yang sulit, tetapi para pemeran utama prianya tetap mengelilinginya.

Yang menurutku sangat menarik adalah ungkapan pengantarnya [Cider water / Sprite shower] dan komentar pembaca yang mengatakan,'Ini pasti karya seorang Penjahat' .

Baiklah. Hari ini, aku akan membaca ini dan menyapu ubi jalar² di hati aku.

Dengan itu, aku memutuskan untuk mengikuti novel 'Let Me Be Rich'.

***

"Apa apaan! Hei Antagonis, Apa yang kau lakukan!"

Aku sangat marah. Kemarahan ini membara merasukiku.

Membaca novel ini rasanya seperti menelan ubi tanpa air, dan tanpa dicuci terlebih dulu.

Tentu saja, novel itu sangat klise, seperti kata pengantar penulis. Ini hanya untuk wanita yang benar-benar tidak realistis.

Dia adalah satu-satunya putri seorang Duke, salah satu dari dua pilar pendukung Kekaisaran, yang menjalankan puncak benua dan sangat kaya. Dia juga cantik, Pintar dan memiliki tubuh yang indah.

Tidak seperti dalam pengantar penulis, si Antagonis ini nyatanya tidak melakukan apapun dalam novel.

Dia mengemis cinta dari Putra Mahkota yang tampan dan berbakat, si tokoh utama pria. Dia orang yang bersemangat namun sarkastik dan tidak mudah menyerah.

Dia dihabisi oleh karakter sampingan, padahal seharusnya cukup mudah untuk menghabisi karakter utama dengan menghabisi keluarganya yang menyentuh bisnis ayahnya!

Meskipun dia melakukan banyak kejahatan dalam novel, tapi tidak ada yang seperti itu di Korea.

Jika Kau punya uang dan kekuasaan, tidak ada yang tidak bisa Kau lakukan, Kak! (Soojin menyebut Raylene, si Tokoh Antagonis sebagai kakak)

Raih rambutnya, buat bajunya kotor, peras dia, dan minta pembunuh bayaran untuk... Tidak, apakah ada cara untuk menyiksa seorang wanita kecuali melakukan hal-hal buruk?

Mengapa Kamu yang lahir di lingkungan yang baik bertingkah seolah pria adalah segalanya?

Apa disana tidak ada slogan 'I'm single I'm happy'?

Mengapa Kamu yang terlahir dengan sendok berlian besar di mulutmu tidak bisa menggunakannya dengan benar!

Aku berdoa agar tokoh antagonis itu melakukan yang terbaik dengan kekuatannya, dan terus menekan 'bab berikutnya', tetapi aku tidak menemukan apa yang aku harapkan.

"Tidak, kamu dilahirkan di rumah yang kaya dan kuat jadi kenapa kamu terus dikalahkan oleh tokoh utama wanita!"

Tanpa sadar, aku mulai lebih peduli dengan tokoh antagonis yang terus mengonsumsi ubi jalar alih-alih tokoh utama wanita yang berjalan di jalur bunga.

The KandmionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang