Chapter 17 : Harga Diri Kandmion

71 17 0
                                    


"Raylene, Raylene, Raylene, Raylene, Raylene..."

Bocah Suin itu mengulangi namaku dengan lembut seolah-olah sedang berusaha mengingatnya. Tak lama kemudian, dia berhenti mengucapkannya dan menutup matanya sejenak. Seolah-olah itu sesuatu yang berharga yang ingin diukirnya di dalam dirinya.

Sudut hatiku menghangat karenanya.

"Baiklah, Raylene." Ucapnya kemudian tertawa. Wajahnya begitu murni dan lembut.

Sangat indah. Namun, masalahnya adalah jantungku berdetak sangat cepat dan wajahku memerah seperti tomat saat melihatnya.

"Oh ya, aku belum tahu namamu." Tanyaku.

"Nama saya Javier, tapi tolong panggil saya Harvey. Ibu saya biasa memanggil saya begitu."

"Baiklah. Semoga kita bisa akur ya, Harvey."

Wajah Harvey memerah dan tiba-tiba tubuhnya mengecil dalam sekejap mata.

Dan dalam sekejap itu, Harvey yang sedang berlutut berubah menjadi macan tutul yang sedang menautkan kaki-kakinya.

Kemudian, dia mulai mencolek-colek tanganku dengan kaki macan tutulnya.

Hngh..

Aku tidak tahu kenapa dia terus menggeram, tetapi macan tutul yang memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan ini tampak sangat malu.

Tapi pemandangan itu sangat —ah!

Macan tutul! Kenapa kau begitu lucu!!"

Dia menjatuhkan kaki depannya yang goyah dan memegangi wajahnya dengan kedua cakarnya.

Mataku tertuju padanya saat dia berputar-putar dengan menakjubkan. Saat itu, mata kami bertemu.

Ya Tuhan. Aku tidak pernah menyangka akan berada sedekat ini macan tutul yang memiliki tingkal keimutan diatas rata-rata seperti ini.

"Bolehkah aku memelukmu? Hm?"

Dengan cakar yang masih di wajahnya, Harvey mengangguk ragu-ragu. Begitu dia mengizinkannya, aku memeluk belakang lehernya.

"Kamu sangat hangat." Gumamku.

Harvey memelukku erat, saat aku membelai lembut bulu di punggungnya.

Bulunya kasar. Tapi masih nyaman untuk disentuh. Kapan lagi aku bisa menyentuh macan tutul?

Rasanya seolah mendapatkan keluarga baru di tempat yang baru. Namun entah kenapa aku merasa cemas, rasanya seolah aku terhipnotis oleh kecantikannya.

***

Hah. Aku sangat gugup. Melihat pintu besar di depanku, aku menarik napas dalam-dalam.

Tolong biarkan aku tetap menjadi orang kaya. Sudah lebih dari seminggu sejak aku memasuki novel ini, dan aku masih belum bertemu dengan 'ayah' ku. Akhirnya, dia memanggilku, tetapi tepat satu hari setelah aku menghabiskan uang di Distrik Noniwell...

Aku dalam masalah, bukan?

Seperti yang ada di drama, setelah seorang anak kaya menghabiskan uangnya secara sembarangan, mereka akan kehilangan mobilnya, dan diusir dari rumah besarnya dengan telanjang. Benar kan?

Aku memasuki pintu besar yang akhirnya dibuka oleh seorang pelayan. Tumpukan besar dokumen serta meja tergeletak di seluruh ruangan.

Ada sebanyak enam belas meja. Satu meja paling besar berada diujung dan 15 lainnya ada didepannya.

Dan ada juga sofa dan meja yang sepertinya digunakan untuk pertemuan yang santai.

Ruangan itu dipenuhi dengan suara kertas yang dibalik dan pena yang tergores.

The KandmionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang