F U N

13 2 0
                                    

Oleh : · CallistaGracia

Room Genre : TEEN FICTION

Tema : Midnight

========

Aku menyukai cerita-cerita horor–ketagihan mendengarnya. Debaran jantung, peluh yang menetes karena merambatnya ketegangan, aku benar-benar menyukainya. Hobi ini berawal sekitar tahun lalu, saat ada salah satu cerita seram yang muncul di beranda sosial mediaku. Kalau tidak salah ceritanya tentang sesuatu yang menatapnya lewat layar televisi.

Sensasinya benar-benar luar biasa, tanganku gemetaran, bukan karena takut, melainkan karena bersemangat. Sejak itu, aku tahu kalau kisah horor tidak bisa dipisahkan dariku. Cerita-cerita menyeramkan selalu kubaca setiap hari, bahkan lama kelamaan, semua itu tidak terasa mencekam, tidak seru.

Feel yang selalu kuperoleh kini hilang, aku selalu mendenguskan napas saat membaca cerita seram di blog, datar rasanya. Kadang aku berpikir, ah, betapa menyenangkannya mereka yang diteror, hidup mereka penuh debaran jantung, penuh keseruan.

Aku ingin merasakannya juga, aku bosan dengan hidupku yang begitu monoton. Aku ulangi, m-o-n-o-t-o-n. Kupikir normal saja jika seseorang ingin hidupnya diwarnai tantangan. Bayangkan sesosok arwah muncul di depanmu dan meminta tolong, sebuah tantangan yang mengagumkan.

"Oi, Mary, berhenti membaca cerita serem setiap hari." Seseorang menepuk bahuku. Dari suaranya, aku sudah tahu siapa pelakunya.

"Emangnya kenapa?" Aku menatap Joshua dengan tatapan menantang, kenapa dia harus ikut campur soal hobiku?

"Kalau kamu kerasukan, kita juga yang repot," timpal Robin dengan nada yang terdengar begitu menjengkelkan, aku tahu dia sedang bercanda, tetapi rasanya tetap menyebalkan.

"Ck, buktinya belum pernah, kan?" Mulutku yang gatal mulai beradu ucapan dengan Robin. Robin menatapku dengan sudut matanya, dia kemudian berteriak, "Teman-teman, kalau Mary kerasukan, kita lari saja, ya."

Semuanya tertawa, sedangkan Robin menatapku dengan pongah, pasti dia merasa senang karena berhasil mengatai diriku.

Seisi kelas sudah terbiasa melihatku begini, melihatku yang selalu membicarakan hal-hal horor, sayangnya tidak ada yang tertarik kepada topik itu, kecuali aku.

Aku pernah mengajak salah satu dari mereka bermain papan Ouija, tetapi malahan tidak ada yang mau, mereka tidak mengerti rasa mendebarkan yang kurasakan saat menunggu dia muncul walau dia tidak pernah muncul.

Karena dengan hanya membaca cerita horor tidak akan membuat mereka muncul, aku mulai mencoba memunculkan mereka dengan cara lain, dengan cara melakukan ritual-ritual.

Namun, nihil, tidak ada yang mau datang. Menggunakan darah, kuku, rambut, lilin, semuanya sia-sia. Kenapa sih mereka tidak mau menampakkan diri? Menyebalkan dan membosankan. Maka dari itu, aku hendak mengajak teman sekelasku bermain, dengan harapan dapat memunculkan salah satu dari mereka. Namun tidak ada yang mau, ck.

"Kalian mau menemaniku main jelangkung tidak?" Hari ini, aku menawarkan permainan itu kepada mereka, semoga saja ada orang yang mengerti keseruan permainan ini.

"Kamu gila, ya?!" Joshua kembali menegurku, dia kelihatan tidak suka dengan usulanku.

Giselle memamerkan senyum canggungnya. "Sudahlah, Mary, jangan melakukan yang aneh-aneh lagi. aku tahu kamu penasaran, tapi kami takut kamu kenapa-napa."

Hampir semuanya mengangguk dengan serentak. "Ah, tidak seru." Mataku kembali menatap layar handphone, melanjutkan kegiatan membacaku. Tidak ada yang mengerti diriku, jika mereka tidak mau, tidak masalah, aku akan mencobanya terus.

***

Aku menatap kalender dalam handphone-ku, hari ini tanggal 31 Oktober—tanggal update salah satu blog kisah horror yang kini sudah membosankan bagiku. Tubuhku melompat ke arah kasur, jemariku mulai mengusap layar, mencari cerita update-an terbaru dari blog itu. Aku mulai tenggelam dalam dunia membaca.

Bloody Mary, ah, aku tidak pernah memainkan permainan ini, tidak ada salahnya mencoba. Hmm, menurut internet, aku hanya perlu berdiri di depan cermin dengan keadaan gelap, memegang lilin, dan menyebutkan namanya tiga kali, maka ia akan muncul.

Lilin dan lampu dimatikan, kukira semua sudah sempurna, dan akan ada keseruan yang muncul. Padahal sudah mendekati tengah malam, kenapa ini tidak berhasil?

"Bloody Mary, Bloody Mary, Bloody Mary." Aku menatap cermin kamarku dengan serius. Aku menepak meja dengan kasar. "Payah!"

Kakiku menghentak keramik, aku benar-benar merasa kesal, bahkan pada percobaan yang sekian kalinya, permintaanku tidak dikabulkan. Apa susahnya sih muncul di hadapanku? Netraku melirik cerminku sekali lagi, baiklah, aku akan mencobanya lagi. Hidungku menarik napas, sudah menyiapkan kantong antusias untuk menyimpan rasa tegangku kalau dia benar-benar muncul.

"Bloody Mary, Bloody Mary—" Ada sebuah suara yang memotong kalimatku. Dentangan dari pendulum jam terdengar tiga kali, dan mulutku spontan melanjutkan kalimatku yang tertahan tadi. "Bloody Mary."

Seluruh kamarku bergetar, getarannya bukan berasal dari tanah, tapi dari cermin. Aku tersenyum miring. Akhirnya, dia akan muncul, ini akan menjadi momen paling menyenangkan dalam hidupku.

Sesosok wanita muncul dari cermin, dia menatapku dengan lamat-lamat, senyum menyeringainya terlihat menyeramkan. Oh, darah merah kecoklatan juga menetes dari bibirnya. Aku sungguh beruntung, akhirnya, aku bisa melihatnya secara nyata, tegang, takut, antusias, semuanya bercampur menjadi satu.

Rasanya ingin menjerit karena kegirangan. Wajahnya yang setengah hancur terlihat mengagumkan. Ah, tentu saja muncul, saat ini perbatasan antara manusia dan arwah terbuka. Malam Halloween, lebih tepatnya tengah malam.

Bulu kudukku berdiri tinggi, aku takut dan senang pada saat yang bersamaan, ternyata wujud nyatanya sungguh mengerikan. Dia tidak berucap apapun, tangannya langsung spontan mengarah ke wajahku.

AAAAAHHHHHHHHH!!!

Dia meraih kedua mataku, ketika dia memisahkan bola mataku dari tempatnya, aku merasakan sakit yang begitu luar biasa. Sakit sekali, rasanya ingin mati, kedua mataku sepertinya mengeluarkan darah, sakit, perih, pandanganku gelap, tidak bisa melihat apapun. Kedua mataku telah direbut olehnya .... Bukan tantangan ini yang aku mau ... aku masih ingin melihat seluruh keseruan dari permainan memanggil mereka!

Tepat di tengah malam Halloween, jeritanku terdengar nyaring. Seharusnya aku ingat kalau Bloody Mary mengambil mata seseorang saat ia muncul. Tanpa mata, apa arti dari ketakutan yang hanya bisa kudengar? Baru kali ini aku gemetaran bukan karena antusias, melainkan karena kefustrasian yang menghantamku. Ketegangan ini sudah berakhir, aku ... sudah berakhir.

OCTOBER EVENT GEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang