Tiga ... Dua ... Satu

20 2 0
                                    

Oleh : ·

Room Genre : HOROR, MISTERI, THRILLER

Tema : Midnight

========

"Tiga ... dua ... satu. Selamat tahun baru!" Suara gemuruh mulai memenuhi latar depan rumah bergaya Mediterania. Di bawah naungan pohon beringin, sebuah keluarga besar tengah merayakan pergantian tahun. Hal itu cukup lumrah, sebab keluarga besar Atmaja setiap tahunnya akan berkumpul dan merayakan tahun baru pada saat tengah malam.

Seorang gadis yang berada di tengah kumpulan keluarga itu tersenyum. Selama bertahun-tahun, baru kali ini ia merasakan perayaan tahun baru yang penuh dengan rasa syukur. Sebab, perayaan kali ini benar-benar terasa berbeda, meski tradisinya tetap sama saja.

Namun, gadis itu tak sadar bahwa ada hal lain pula dalam perayaan ini. Sebuah rahasia yang tak pernah gadis itu tau.

✨✨✨

"Arista, kamu masih belum siap?" Suara seorang wanita mulai menggelegar di ruang tamu rumah bergaya Mediterania itu saat jam di dinding menunjukkan pukul 22.00.

"Sebentar, Ma. Masih ada barang yang belum Arista masukkan ke koper. Sebentar, Ma. Sebentar," balas Arista sambil berlari menuju kamarnya dengan menenteng sebuah gawai.

"Kamu ini bagaimana, sih, Arista? Kenapa nggak kamu siapkan dari kemarin? Mama, kan, sudah berkali-kali mengingatkanmu kemarin, siapkan semua barang yang mau kamu bawa, tapi kamu malah asyik main handphone terus. Bahkan, tadi pagi mama sudah mengingatkan, loh. Akhirnya kamu sekarang jadi kelimpungan, kan?" Sang mama langsung saja memberikan omelan mautnya tanpa ampun, sedangkan Arista, dia berpura-pura tidak mendengar ucapan sang mama, karena saat ini dia sedang bingung mencari barang yang tidak ia temukan sejak tadi.

"Pasti Arista lagi cari si Tata. Kebiasaan, selalu ditaruh sembarangan. Begitu yang dibilang kesayangan?" cibir Callisto, satu-satunya kakak lelaki yang Arista miliki.

"Apaan, sih, Kak? Nyinyir mulu bisanya. Bantuin Arista cari Tata, dong. Arista nggak bisa tenang kalau nggak sama Tata." Callisto pun memutar bola matanya jengah.

"Bodoh amat, Ta. Cari aja sendiri," balas Callisto dengan nada kesal. Arista pun memberengut kesal. Gadis berusia 12 tahun itu terus mengaduk-aduk isi kamarnya. Beberapa menit kemudian, Arista pun keluar dengan wajah semringah sembari memegang sebuah boneka beruang.

"Yeay, Tata sudah ketemu!" Sang mama pun geleng-geleng melihat kelakuan anak bungsunya.

"Ayo, sekarang kita ke luar. Yang lain sudah nunggu, loh, dari tadi." Mereka bertiga, Anita—sang mama, Callisto, dan Arista pergi keluar rumah sembari menarik koper dan memanggul tas masing-masing.

Saat ini, keluarga besar Atmaja tengah melakukan perjalanan menuju kota Semarang dan menyewa salah satu vila yang ada di sana. Mereka memutuskan untuk melaksanakan perayaan tahun baru di vila tersebut. Berbeda dengan perayaan sebelumnya yang selalu diadakan di rumah Giovano Atmaja, yakni ayah Arista dan Callisto. Acara tengah malam saat pergantian tahun sudah menjadi tradisi tersendiri bagi keluarga Atmaja.

Perjalanan kali ini cukup menyenangkan, di kanan dan kiri banyak sekali orang yang duduk bercengkrama di luar rumah sembari menunggu pergantian tahun. Melihat hal itu, Arista semakin tak sabar untuk segera sampai ke kota Semarang.

"Perayaan tahun baru ini, sekaligus untuk merayakan Gio yang sebentar lagi akan memegang perusahaan Atmaja." Seorang pria berusia tiga perlima abad mulai angkat bicara di tengah keramaian yang ada di dalam mobil itu.

Pria yang bernama Tyo itu adalah pemilik perusahaan Atmaja yang bergerak di bidang industri mebel. Dalam silsilah keluarga Atmaja, anak dari Tyo Atmaja ada dua, yakni Giovano Atmaja yang merupakan anak sulung, serta Revan Atmaja yang merupakan anak bungsu. Karena Giovano adalah anak sulung, maka perusahaan akan diwariskan pada Gio.

"Pa, ini nggak bisa dibiarin. Masa Kak Gio aja yang megang?" bisik seorang wanita bernama Elina, istri dari Revan.

"Sudahlah, El. Kenapa kamu pusing mikirin itu?" Spontan Elina cemberut mendengar penuturan suaminya. Tak ada yang menyadari percakapan pasutri itu kecuali satu orang, yakni Arista. Namun, gadis itu berusaha untuk tak acuh dengan pembicaraan mereka, sebab ia tidak paham apa yang dibahas pasutri itu.

Beberapa menit kemudian, tiba-tiba mobil berhenti begitu saja. Semua orang yang ada di dalam mobil menjadi bingung.

"Sebentar, aku mau periksa dulu," ujar Revan sambil beranjak dari posisi duduknya.

"Bannya bocor. Harus cari bengkel dulu, nih. Aku tinggal sebentar, ya," teriak Revan pada semua yang ada di dalam mobil. Mendadak saja suasana menjadi tidak enak. Apalagi, mereka berhenti tepat di sebelah hutan. Saat menjelang tengah malam pula.

Arista yang merasa bosan, menoleh ke jendela yang ada di sebelah kanannya. Tiba-tiba saja jantung gadis itu berdegup kencang. Sekelebat bayangan melesat cepat tepat di samping Arista. Tentu saja ia terkejut. Keringat dingin mulai mengucur di pelipisnya, tangan gadis itu bergetar hebat.

"Kamu kenapa, Ta?" Callisto yang duduk di samping Arista merasa heran melihat tingkah aneh adiknya. Belum sempat Arista menjawab, tiba-tiba Callisto berceletuk.

"Wah, di hutan gini masih ada warung? Aku mau ke sana, ah." Arista pun menarik lengan kakaknya.

"Kak, ikut," rengek Arista dengan mata berkaca-kaca. Callisto sebenarnya bingung mengapa adiknya sedari tadi terlihat takut, meski gengsi untuk mengungkapkannya. Alhasil, mereka pun keluar dari mobil setelah izin pada Anita.

Saat menunggu Callisto yang sedang membeli jajanan, sebuah bayangan lagi-lagi melesat dengan cepat membuat Arista nyaris terjatuh, seolah ada angin yang menampar gadis itu. Namun, sayang, boneka Arista justru terlempar jauh karena keterkejutannya. Di antara rasa takut dan khawatir, Arista segera mengambil bonekanya yang terlempar ke jalanan.

Callisto yang telah membeli jajanan bingung karena sang adik tak ada di dekatnya. Saat menoleh ke belakang, lelaki itu terkejut melihat sesuatu yang berjalan mendekati Arista. Dengan langkah cepat, Callisto menghampiri adiknya yang tengah mengambil boneka.

"ARISTA, AWAS!"

"AAA!!!"

Pada detik itu juga, Arista melihat dua kejadian mengerikan secara sekaligus. Air mata gadis itu tak dapat terbendung ketika melihat tubuh Callisto terlempar jauh akibat tabrakan mobil. Lebam dan darah mulai memenuhi sekujur badan kakaknya. Sedangkan di sisi lain, Arista justru melihat pemandangan mobil keluarganya jatuh berguling-guling akibat sebuah tabrakan dari mobil yang banting setir setelah menghantam tubuh Callisto tadi.

Dengan mata berkaca-kaca, Arista berharap ini semua hanya mimpi buruk.

✨✨✨

"Kak, kenapa diam saja? Semuanya lagi ngobrol, loh," tegur Arista pada Callisto yang terbungkam sejak perayaan tahun baru tadi.

Callisto menatap nanar adiknya. Gadis itu tak sadar, bahwa keluarga yang Arista lihat hanya ilusinya saja. Dalam diam, Callisto menyimpan dendam pada seseorang yang membuat rencana acara tengah malam tahun lalu menjadi kacau.

Kejadian terencana yang tampak alamiah. []

✨✨✨

OCTOBER EVENT GEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang