Oleh : · InayahAzzahra Novareyna Safitri
Room Genre : TEEN FICTION
Tema : Midnight
========
"Pokoknya gue gak mau lagi ikut liburan nginap di vila gini. Mana lokasinya sepi banget lagi, ini vila apa rumah kosong, sih?" Tasya bergidik menatap sebal ketujuh temannya yang sedang bersantai di depan kolam renang vila.
Jordan selaku oknum yang mencetus ide untuk berlibur kesini hanya menanggapi gerutuan Tasya dengan santai. Ia menepuk pundak sepupunya itu. "Santai aja kali, Sya. Lo parnoan amat, 'kan kita kesini buat have fun, lagian fasilitasnya lengkap, kok."
"Menurut gue aneh juga sih, harganya terjangkau banget untuk vila bagus kayak gini," ungkap Sasya tampak menyetujui kalimat Tasya.
"Nah, 'kan! Emang lo, Jor, gak bisa liat yang murah dikit. Periksa juga dong kondisinya gimana, gak seru kalau sepi gini, malah serem."
Lidya mengibaskan tangannya. "Nggak, kok, tenang aja. Malahan kita beruntung dapet vila bagus dengan harga yang gak mahal banget."
"Yang penting mah niat kita gak macem-macem" timpal Juna.
"Jangan buat kerusakan juga," sindir Lidya pada Kean, temannya yang paling suka mengotak-atik sesuatu.
Yang disindir melirik kesal. "Apaan sih, gak jelas."
Kejanggalan ini cukup disadari oleh teman yang lain. Semua bermula dari rencana mereka untuk merayakan kemenangan Jordan, Avan, Juna, dan Kean dalam pertandingan basket tingkat nasional. Jordan adalah orang yang paling antusias saat mendengar kata liburan. Sampai-sampai dia sendiri yang memesan vila dengan fasilitas lengkap seperti ini.
Beberapa dari mereka setuju saja dengan vila pilihan Jordan. Kecuali Tasya, Sasya, dan Avan. Tasya merasa parno pada tempat yang tidak menunjukkan tanda-tanda keramaian, lalu Sasya yang merasa janggal dengan harga vila ini, dan Avan si anak indigo yang belum mengungkapkan persetujuannya pada Jordan karena merasa ada hawa yang kurang nyaman di tempat ini.
Sayangnya Avan baru merasakan aura negatif itu saat mereka sudah selesai membereskan barang dan bersantai di tepi kolam renang vila malam ini. Jika ia merasakannya lebih awal, tentu Avan akan memberi tahu teman-temannya untuk pulang atau nanti mencari vila yang lain saja.
Jadi sekarang ia harus menerima saja dan menunggu sampai besok jika ingin pulang. Terutama Avan tidak tega pada Aya, kembarannya yang terlihat nyaman berlibur di vila ini. Ditambah Aya adalah orang yang tidak suka pergi jauh saat larut malam, membuat Avan masih mengurungkan niat.
"Eh, Van, menurut lo vilanya aman, gak?" celetuk Juna karena sedari tadi Avan jarang ikut dalam obrolan malam ini.
Sontak semua pandangan tertuju pada lelaki indigo yang sibuk bermain game di samping Aya. Merasa diperhatikan, Avan lantas menghentikan gamenya sejenak.
"Sejauh ini belum ada sesuatu yang janggal atau semacam gangguan, tapi gue baru ngerasain ada aura negatif. Jadi, yaa ... baik-baikin aja kelakuan selama disini," jawabnya dengan ekspresi santai. Sangat terbalik dengan raut terkejut teman-temannya.
"Noh, harganya kok murah gitu? Janggal, 'kan?!" Sasya melotot gemas.
Avan tersenyum. "Iyain."
Aya jadi ikut merinding mendengarnya. "Jadi kita harus gimana dong?"
"Jangan banyak tingkah," pesan Avan.
"Udah telanjur kemaleman juga, sekarang udah jam setengah dua belas, tetap nginap aja disini," saran Kean yang langsung disetujui oleh teman-temannya.
"Ya udah, mending sekarang tidur dah, besok 'kan mau lari pagi," kata Jordan melihat Tasya yang sudah menguap.
"Oke."
Lidya, Sasya, Tasya, dan Aya bersiap naik ke lantai dua. Kamar di lantai dua untuk perempuan, dan di lantai satu untuk para lelaki.
Avan menahan tangan Aya yang baru saja akan berdiri. "Lo lagi haid pertama, 'kan?"
Wajah Aya sedikit kaget. Tetapi perlahan ia sadar, bahwa kembarannya ini memang sangat peka dengan kondisinya. "Iya, kenapa emang?"
"Hey, Aya, ayo ke atas!" panggil Lidya.
Avan langsung menjawab, "kalian duluan aja dulu, gue mau ngomong sama Aya, bentar doang."
"Jangan lama, kasian saudara lo dah ngantuk," kata Sasya menunjuk Aya dengan dagu.
"Ntar tinggal diantar ke atas sama Avan, tenang aja."
"Nah, iya." Avan mengangguk.
Sementara Jordan, Juna, dan Kean bermain game sambil menunggu, Avan langsung berpesan pada kembarannya itu, "ntar pas di kamar langsung ganti pembalut, udah larut malem, jangan ditunda. Cuci bekas pembalutnya yang bersih, terus kalau kecium amis, pakai sabun. Abis itu masukin dalem kantong plastik, baru buang ke tong sampah. Pastiin bener-bener bersih, gak ada bekas darah lo."
Aya malah merasa akan ada sesuatu yang aneh. Ekspresinya sedikit takut.
"Emang kenapa, Van? Nanti ada setan, ya?"
"Hus, gak usah mikir macem-macem, dengerin aja apa kata gue. Kalau cuci pembalut 'kan emang harus bersih," jawab Avan dengan nada tenang, bermaksud agar Aya tidak merasa takut lagi.
"Ooh, oke."
"Sini gue antar ke kamar," ajak Avan yang langsung dipatuhi Aya.
"Kita juga langsung ke kamar, ye." Juan bangkit dari duduknya.
"Yo, duluan aja, ntar gue nyusul."
Avan merasa makin malam aura negatif di dalam vila semakin kuat. Itulah mengapa Avan langsung berpesan pada Aya, karena ia khawatir pada kembarannya itu yang kondisinya cukup rentan. Dalam masa haid pertama dan fisiknya agak lemah, siapa yang tidak khawatir?
"Kalau ngerasa takut atau gak bisa tidur, ajak Sasya, Tasya, atau Lidya buat cerita random. Kalau mereka udah tidur terus gak mau bangun, telepon gue aja, biar lu ada temen ngobrol."
"Siap!"
Setelah memastikan Aya masuk ke dalam kamar, Avan berbalik menuruni tangga lalu menatap tajam sosok makhluk hitam besar di pojok ruang tengah.
"Jangan ganggu, awas lo." Avan langsung masuk ke kamar dengan jengkel.
Pukul satu malam, Avan terbangun karena merasakan aura negatif yang cukup kuat. Ia benar-benar muak karena merasa terganggu. Avan langsung membangunkan ketiga temannya dengan paksa lalu mengajak mereka naik ke lantai dua.
Saat sampai di depan kamar perempuan, Avan membuka paksa pintu tersebut sambil berusaha tidak membuat suara yang cukup berisik.
"Eh, apa-apaan, woi?" Juna berucap kaget.
Kean dan Jordan menganga dengan kondisi sadar sepenuhnya.
Lantas keempat cowok itu terdiam menatap keadaan dalam kamar, terlihat empat teman perempuan mereka yang sedang tertidur pulas.
Kemudian dengan nada lirih namun penuh penekanan, Avan berucap, "yang bukan manusia, bangun!"
Sontak ketiga teman perempuan mereka bangun dengan senyuman aneh, menyisakan Aya yang masih mendengkur pulas di kasur. Sedetik kemudian, sayup-sayup keempat cowok itu mendengar teriakan minta tolong serta tangisan Lidya, Sasya, dan Tasya dari gudang belakang dekat dapur.
Ketiga gadis yang bangun ini bukanlah teman perempuan mereka yang asli, dan tentu saja bukan manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCTOBER EVENT GEN 2
RandomBuku ini adalah salah satu wujud dari program nyata Monthly Event Atlantis World Writers. Berisi kumpulan flash fiction bertema "Midnight" dan "Screaming Halloween" dalam berbagai macam genre karya para Member Gen 2 Atlantis World Writers. Semoga be...