Part 6 : Ulah 2 bersaudara

36 6 0
                                    

"Dyan mau kemana pagi begini,"tanya Harsa yang tengah membaca koran di ruang tamu. Wah enak sekali dosen senior bersantai sembari menikmati kopi. Sedangkan aku seperti tertimpa tangga saja karena kesiangan. "Mau ke kampus Pak. Dyan pamit ya. Udah telat.

Assalamu'alaikum,"ucapku buru-buru berlari keluar.

"Ini gara-gara tentara sok puitis makanya telat 5 menit dari jam biasanya aku berangkat kan,"ucapku bergegas mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata membelah kota Samarinda dengan perasaan panik.

Baru aja sampai di depan gedung jurusan, langsung ku ambil tas berjalan seolah normal memasuki lab yang sudah ramai. Iyalah biasanya aku datang itu sepi sekali karena masih pagi buta. Ini termasuk terlambat bagi ku dan aku ngga suka itu.

"Bu Dyan," aku menoleh melihat Keyla yang memanggil ku dari belakang. "Iya kenapa Bu,"tanya ku. "Hmm pantas agak siangan, ini kah penyebab nya. Oiya sama tentara ya Bu,"ucap Keyla menyentuh cincin di tangan kiri ku. 

"Wihh mana nih yang sudah tunangan,"ucap Augitra heboh. "Pelan aja Bu malu sama mahasiswa,"ucapku beranjak. "Mahasiswa kabar baik buat kalian. Bu Dyandra akhirnya acc lamaran yang datang,"ucap Angela membuat ku makin ingin tenggelam saja di palung Mariana.

"Siapa Bu calonnya,"tanya mahasiswa yang sedang ada urusan di ruang dosen. "Awas kalian macam-macam ya mahasiswa. Nanti di tembak kalian sama bapak tentara,"ucap Rafka ikut bergabung dengan keriuhan pagi ini. 

Bosan mendengar riuh, ku langkahkan kaki seperti biasa dengan jas lab tersemat rapi di tubuh kecil ku. Apalagi kalo ngga periksa kotak lab dan perlengkapan lain sebelum masuk lab proses. Siapa juga sih yang mau nikah sama tentara aneh itu.

Ralat aku memang ngga mau nikah dengan sama siapapun. Parahnya ngebet sekali menyisakan masa lajang ku selama sebulan. Mirisnya harus ikut pindah ke Malang. Mau ngga mau juga harus pindah juga dari Politeknik Negeri Samarinda ke Politeknik Negeri Malang. 

Sudah cukup nanti lagi aja, aku ngga mau membuang waktu selama di Politeknik yang sudah membesarkan nama ku ini. "Dek mana kalkulator nya,"ucapku menatap nya dingin. "Siap Bu,"ucapnya mengeluarkan kalkulator dari dalam tas nya.

"Lain kali masukkan dalam kotak lab Ashira,"ucapku sambil melirik name tag nya. "Baik Bu,"ucapnya sumringah. Kesambet apa dia jadi seneng sekali gitu. Mengabaikannya dan melanjutkan ke mahasiswa lain yang sudah berbaris rapi. 

---

"Dek bukan gini caranya pakai bulp,"ucapku mengajarkan cara memakai bulp dengan benar. "Nih di kempes kan dulu terus tekan yang ini buat sedot. Ini buat keluar sama pastikan lurus antara mata dengan garis pipet,"ucapku tenang sembari menyerahkan pipet ukur.

Mahasiswa kayaknya ngga ada habisnya buat ulah. Ada aja yang dibuatnya dengan berbagai cara aneh mereka yang jelas ngga sesuai dengan aturan. 

"Permisi Bu mau tanya,"ucap gadis yang girang ketika ku tegur tadi pagi. "Iya silahkan,"ucapku. "Tadi kan di atas perlu aquadest dimana ya Bu ambil nya,"ucap Ashira membuat ku tercengang. "SEMESTER 5 NGGAK TAU AMBIL AQUADEST DIMANA!!?? SELAMA INI YANG PRAKTIKUM SIAPA DEK,"ucapku mengambil nafas panjang.

"Pindahan dari mana? Sudah dapat pengenalan lab,"tanyaku mengatur emosi. "Siap belum Bu saya pindahan dari Politeknik Negeri Malang, "ucap Ashira membuat ku memijat kening ku. "Ikut saya,"ucapku memutar arah ke ruangan ketua jurusan, Rafka Almaden Inggrid.

"Permisi Pak,"ucapku masuk ke dalam ruangan nya bersama Ashira. "Iya ada apa Bu Dyan ehh sama calon adik ipar,"ucap Rafka membuat ku agak tercengang. "Adik ipar?,"tanyaku bingung sembari menatap Ashira. "Bu Dyan memang ngga tau. Dhita mahasiswi pertukaran pelajar?,"tanya Rafka.

Armaya Dvyendu Paksha - Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang