Part 19 : Arrepentimiento

53 7 2
                                    

Psst..
Thor apaan judul kayak kereta api?

Semilir angin tak menyurutkan semangat ku beranjak ke suatu ruangan VVIP rumah sakit lantai 8. Kamar Flamboyan No 14. Dengan beberapa jenis masakan yang telah ku bawa dari rumah.

Ku buka pintu kamar menampilkan wajah serius nan rupawan tengah membaca koran di temani sanak keluarga. "Kak Dyan darimana,"tanya Dhita. "Habis masak di rumah tadi,"ucapku menyajikan makanan yang ku bawa. "Aduh Nduk ngga usah repot-repot. Kan bisa pesen,"ucap Nafisa.

"Nggak papa Bun udah kebiasaan,"ucap ku tersenyum manis. "Nak Dyan ngga ke kampus?,"tanya Alagra. "Nggak Yah. Dyan izin mau jagain Mas Chandra dulu,"ucapku. "Ngga usah Kak. Jangan membuang waktu buat Kak Chandra. Aman aja orang itu,"ucap Dhita menimpali.

"Nggak papa kali Dhit. Mari makan,"ucapku. Sembari semua orang makan, ku dekati sosok yang tampak serius itu. "1 meter Dek,"ucap Chandra membuat tercengang. "Hah ngapain lagi Mas. Makan yang bener,"ucapku. "Hust 1 meter.

Tadi malam sudah ku bilang nggak usah masak malah pergi,"ucap Chandra tak menatap ku sedikit pun. "Kak Chandra in

"Dhit makan,"ucap Nafisa membiarkan ku mengurusi si tua manja satu ini. "Oke. 1 meter tapi denger. Bukan maksud ku membangkang. Aku masak biar masakan lebih terjamin dan semua jenis sayur. Biar kamu cepat pulih. Anyway when you say like that, Okey I will do it.

Tapi aku tambahin 2 meter,"ucapku sambil kembali bersama yang lain untuk menikmati sarapan pagi. "Dek,"panggil Chandra membuat ku menoleh perlahan. "Maaf. Boleh sarapan bareng?,"tanya Chandra pelan. "Hmm,"ucapku.

"Uwah Kak Chandra bisa juga takluk di depan Kak Dyan,"ucap Dhita. "Hust. Dra jangan serta merta semua yang di lakukan Dyan tanpa sepengetahuan mu itu buruk. Tadi Bunda ketemu waktu dia mau pulang, katanya pengen masakin kamu. Dyan titip kamu, soalnya waktu di bangunin ngga bangun.

Istrimu kayak gini. Tegas bukan berarti marah. Dyan cuma mau lurusin. Kalo masalah lain ku rasa kamu sudah dewasa Dra,"ucap Nafisa memberi petuah. "Maaf Bun,"ucap Chandra penuh penyesalan. Tadi pengen ngamuk sekarang nggak tega liat muka nya kayak gitu.

Ku genggam jemari nya lembut. "Makan Mas. Biar cepet sembuh, aku kangen kelahi sama kamu,"ucapku tersenyum lebar. "Dasar kamu Dy. Kirain sudah marah besar sekalinya di prank,"ucap Chandra melipat wajahnya lucu. "Ih Bun kalo sudah nikah Kak Chandra bisa juga kayak gitu ya,"ucap Dhita.

"Dhita,"

"Maaf maaf. Nasib jomblo kayak gini, di sebelah makan pun sepiring. Di sana makan pun uwu. Kasihan nya diri ku,"ucap Dhita menyendok makanan nya kasar membuat gelak tawa.

"Sabar Dhit ini ujian,"

"Ya ya silahkan makan para pasangan dunia akhirat. Aku ntar juga habis nikah juga mau kayak gitu lah. Kak Dyan aku harus semangat Konsul. Maka dari itu aku menetapkan tinggal di rumah Kak Chandra,"ucap Dhita mantap. "Apaan ngga ngga. Ntar aku mau peluk Dyan tau-tau ada tuyul satu itu nongol, gagal lagi,"ucap Chandra.

"Jangan gitu Mas. Nggak papa kok Dhit,"ucapku. "Wlee lagian biar nggak berdua aja rasa jadi batu apalagi kalo di rumah dengan kondisi saling melangkah,"ucap Dhita. "Udah Dhit. Fokus dulu ya. Biar bisa Ayah lamar Kapten Azriel,"ucap Alagra. "Kok Azriel Yah,"ucap Chandra.

"Nggak usah Kak. Aku nggak mau suami ku pilihan mu ya. Ntar malah di kasih pilot kayak kamu lagi. Nggak nggak. Aku nggak mau senam jantung tiap kali dia landas. Ya meskipun aku tau para penerbang itu wajah nya Masya Allah kecuali kakak, tapi aku masih sayang jantung dan pilihan Ayah juga wajahnya sama kayak penerbang yang Masya Allah.

Oke Yah aku bakal selesaikan skripsi dalam waktu setengah bulan,"ucap Dhita semangat. "Okey Deal,"ucap Alagra berjabat tangan dengan Dhita. Bukan main ada juga keluarga se absurd mereka. Pernikahan pun harus ada yang di sepakati. Wow

Armaya Dvyendu Paksha - Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang