Part 13 : Wara

39 7 0
                                    

"IBU WADANSKUADRON UAYUUU POLL GESS,"

Suara nyaring terdengar menyayat telinga ku. "Kayaknya ada yang heboh nih,"ucap Azriel. "Pilih yang ada manis-manisnya makanya,"ucap Chandra membuat ku sebal. "Kira mu iklan air mineral. Yang ada manis manisnya,"ucap Gerald.

"Kayaknya sehabis nikah bukan tambah bener tambah sengklek,"ucap Azriel. "Masuk lewat sini Ger,"ucapku tak mau menanggapi percakapan tak berfaedah mereka.

"Mending Bu Chandra masuk aja. Mereka tuh biasanya satu server kalo sama sesama wanita,"ucap Gerald. Sembari mengetuk pintu Mess Wara dengan hati-hati.

"Siap,"

Aku tercengang begitu ada yang hormat begitu pintu terbuka. Ahh iya aku kesini sama 3 orang itu. "Bu Chandra mari masuk. Izin membawa masuk Pak,"ucapnya. "Jangan sampai lecet ya,"ucap Chandra membuat ku ingin mual. Apaan lecet? Epik banget.

"Nama saya Zhevanya Arlova Tandialo. Biasa dipanggil Vanya. Biasanya temen saya Shindyca Fatma tapi lagi cuti nikah. Jadi saya yang menggantikan,"ucap Vanya. "Saya Dyandra An maaf Chandra Alklartha Maurya,"ucapku menggigit bibir. Enggan menyebut namanya.

"GES,"

Bisa-bisa tuli aku, tinggal seminggu di Mess Wara. Cantik ngga ketulungan sangar nya nggak ada obat. "Walah. Mari Bu,"ucap yang lain mendudukkan ku ke salah satu kursi. "Izin Maaf Bu agak kurang nyaman dengan kesederhanaan tempat kami,"ucap Vanya.

"Ehh ngga papa. Saya bukan orang glamor kok. It's Okey,"ucapku tersenyum manis. Nggak tau kenapa, kayak ngerasa nyambung dan nyaman aja. Sama kayak ngobrol bareng sama Erma. Padahal belum banyak ngomong, tapi tuh kayak menemukan media buat berkembang.

"Waduh Ibu terimakasih banyak,"

"Ehh santai Mbak. Padha padha jowo loh,"ucapku. "Walah Bu Chandra Jawi. Malah kira nya Dayak. Soalnya uayu gak ketulungan,"ucap Vanya lagi. "Ehh santai aja. Nggak usah formal, ngga enak ngomong nya,"ucapku. "Ibu masih kuliah ya,"tanya salah satunya.

"Ck muka ku ngga kelihatan kayak dewasa ya. Saya dosen Mbak,"ucapku. "Ih bagus gitu Bu. Cantik cantik imut enak di liat,"sahut yang lain membuat ku menggelengkan kepala aneh. "Aduh bisa aja kalian. Ini saya kok langsung sok akrab gini. Maaf ya,"ucapku.

"Ehh ngga papa Bu. Nanti kalo kami kumat malah Ibu yang ngerasa aneh,"ucap Vanya. "Iya Bu. Apalagi kalo sudah kumat Cak Cuk. Aduh malah jadi ambyar,"ucap yang lain menambahkan. Aku hanya mengangguk berusaha memahami.

"Nyuwun Sewu Bu. Loh loh Niki sinten nggeh,"ucap salah seorang Wara yang baru datang. "Hust niku garwa ne Pak Chandra. Kok iso gak weruh Nan,"ucap Vanya. "Ealah pantes kok di liat bukan Bu Erma. Aduh maaf Bu. Saya Nandini,"ucap Nandini.

"Ehh ngga papa kok,"ucapku. "Kalo ada Shindyca pasti langsung ambyar kayak waktu Bu Erma dulu ini. Kalo sama dosen agak segan. Ngerasa remahan aja nah. Ibu nya sempat liat berkas di meja Bu Erma, gelar nya S.T. M. Eng. Langsung insecure,"ucap Vanya pada akhirnya.

"Ehh jangan gitu. Ada alasan yang bikin kalian tercengang terkait kenapa saya ambil di luar negri,"ucap ku. "Apa itu Bu,"tanya mereka penasaran setengah mati. "Ada doi yang harus menyesal,"ucapku.

"Ambyarrr gesss,"

"Seriusan Bu,"tanya Vanya. "Iya serius saya ini. Ngapain saya main main keluar negeri kalo dia bisa terus di sisiku. Tapi kalian nggak ada kan yang kayak saya,"ucapku.

"Saya juga Bu,"ucap seisi ruangan mengangkat tangan. "Weladalah. Lha kok para korban janji Kabeh iki,"ucapku mengundang gelak tawa. "Aku pisan toh,"aku menoleh mendapati Erma yang ikut datang.

"Bu Ermaaaa,"ucap mereka histeris.

"Halo fans,"ucap Erma membuat ku mual seketika. "Gak usah gitu juga Yan. Gimana nih lengket ngga sama Bu Chandra. Alah gak enak bilang Bu Chandra. Enak Dyan aja,"ucap Erma. "Sudah nyamannya Bu Erma aja gimana,"ucapku. "Ojo Bu Erma ngono rek. Mereka satu server kalo lagi gini. Nah kalo di luar baru formal.

Armaya Dvyendu Paksha - Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang