Aroma masakan menguar harum memasuki Indra penciuman ku. Setelah ku rasa pas, baru lah ku matikan kompor. "Sweetie udah matang tuh nasinya,"ucap Chandra menyempatkan mengecup singkat pipi ku. Hah sejak kapan sih manusia ini normal.
Tapi aku bukan model baper kayak gitu. The real of Dyandra ya nggak ada baper bapernya sama sekali. Kegiatan masak bersama begini memang sudah kebiasaan sejak awal pernikahan. Meskipun belakangan terakhir sikap udah nggak terlalu dingin. Entah kena efek apa.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam. Biar aku aja yang buka. Kamu nggak berjilbab,"ucap Chandra membuat ku mengangguk. "Wah manten anyar. Mari sarapan bareng,"ucap Chandra membuat ku bergegas memakai jilbab sebelum menyapa tamu yang dimaksud.
"Izin Bu,"ucap Shindyca dengan wajah sumringah. Iyalah namanya manten anyar. Kecuali aku yang jelas. "Izin segala Mbak. Jadi ini mas Ceng cengan nya Shindyca,"ucap Chandra membuat wajah Shindyca merah padam. "Jangan gitu Mas.
Ayo masuk Shin, Mas siapa lagi namanya. Sandiaga,"ucapku menarik Shindyca ke meja makan. "Cie Mas ya. Maka nikah lempeng-lempeng aja,"ucap Shindyca. "Transformasi kondisi,"ucapku berbisik. "Istri kalo udah ketemu pasti ada aja bahasan nya Pak,"ucap Chandra.
"Siap iya Pak,"ucap Sandiaga. "Santai aja Ga. Suasana santai gini ngga usah terlalu kaku lah,"ucap Chandra. "Iya Mas. Ayo silahkan,"ucapku. "Mau tanya Pak. Bu Chandra memang masih mahasiswa,"tanya Sandiaga. "Hehehe. Mas tertipu muka nya yang muda.
Mbak Dyan dosen nya Mas,"ucap Shindyca. "Cumlaude mah beda,"ucap Chandra membuat ku menyunggingkan senyum tipis. "Shin kalo free main aja ke rumah,"ucapku. "Ah nggak bisa. Aku ada urusan negara sama Mas Sandiaga,"ucap Shindyca membuat senyum tipis tersirat.
"Hedeh bilang aja mau program,"ucap Chandra. "Nah itu. Kita kan nggak kayak pasangan idaman Skadron 21,"ucap Shindyca. "Pak Chandra kalo di perhatikan Bu Chandra ini, mirip Mbak Fira yang foto nya sering di bawa sebelum terbang bukan,"tanya Chandra.
"Memang ini orangnya. Namanya kan Dyandra Androdiaz Zhafira Rajasa. Cuma masa pendidikan itu namanya sama kayak nama ceweknya Kasuh. Daripada salah paham ya ganti aja,"ucap Chandra. "Tapi jujur Pak. Dulu saya sempat suka dengan Bu Chandra.
Apalagi liat wajahnya yang putus asa makin nggak tega. Malam itu sama sekali nggak ada yang nemenin. Sifat mandiri dan semuanya. Tapi itu dulu sebelum akhirnya saya sadar. Ada yang care tanpa diminta sampai rela relain datang ke Madiun buat jenguk kesana,"ucap Sandiaga membuat ku speechless sesaat.
"Waduh untung kamu bilang setelah nikah. Kalo kamu bilang sebelum nikah, aku balik kanan wae Mas. Keras bin ngga ada lawan kalo Dyandra,"ucap Shindyca membuat ku mengukir senyum tipis. "Tapi kan ujungnya jodoh situ-situ aja,"ucapku.
"Tapi ngapain sampai hilang Mbak,"tanya Shindyca. "Karena memang waktu itu aku bener-bener menutup diri. Sampai sekarang juga gitu. Cuma ya udahlah. Biar aku mau kayak mana pun, kalo takdir ku memang dia. Ya udah jalani,"ucapku.
"Bukan Dek. Pak Chandra terbang kan pesawat aja mampu apalagi mengayomi perempuan yang selalu membayangi,"ucap Sandiaga mengundang gelak tawa. "Bener cuma aku terlalu dingin buat sadar perlakuan nya manis,"ucapku dalam hati.
---
Kegiatan jadi dosen ngga begitu membayang kayak dulu. Berangkat aja harus di antar. Padahal itu tuh ngerepotin dia lagi. "Semangat Dek. Jangan senyum penuh pesona ke mahasiswa ya,"ucap Chandra mencium kening ku lembut.
"Makasih,"ucapku singkat. "Semangat juga,"ucapku akhirnya. Dari setiap dia bilang pengen balasi tapi tuh kebawa gengsi dan kawanannya maka stuck di makasih aja. Entah apa arti kata semangat juga yang jelas ku liat wajah nya begitu bersinar cerah. Cukup nanti salting aku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Armaya Dvyendu Paksha - Completed
Roman d'amourSlow update Fast Update-->Goodnovel Armaya itu hujan dalam bahasa Jepang. Sedangkan Dvyendu itu bermakna bulan yang bersinar terang di malam hari dan Paksha berarti sesuatu yang berharga dalam bahasa Sansekerta. Hujan diantara sinar bulan yang berha...