Part 11 : Nuevo

41 7 2
                                    

Pagi hari di kediaman ku tak ada bedanya. Selain kehadiran Chandra yang juga bagian keluarga ku. Bahkan semalam, aku memilih tidur di kamar tamu tanpa sepengetahuan siapapun di rumah. Barang ku sudah di kemas apik dalam koper, menyisakan baju yang ku pakai saat ini.

Hari berpisah dan melanjutkan perjalanan ke jenjang pernikahan meski bukan impian. Nyatanya dia sudah bersumpah di hadapan Allah dan para malaikat serta sah di mata hukum mau pun agama. Maaf, aku cuma enggan menyebut namanya selain di depan keluarga.

"Ayah Bunda, Bapak Ibu, Kak, Dyan berangkat,"ucapku bergegas keluar. "Dy ingat sudah nikah Nduk. Suami mu itu kok nggak di sapa. Maaf ya jeng Dyan ini memang kebiasaan rada judes sama lawan jenis,"ucap Maheswari membuat ku tersenyum tipis.

"Pagi Mas,"ucapku singkat. "Di kejar sana toh Dra. Masa mau di ajari Ayah,"ucap Alagra. "Bukan Yah. Itu loh Dy ehh Dek Dyan ngga mau sarapan dulu? Habis ini perjalanan jauh,"ucap Chandra menarik tangan ku untuk duduk di meja makan. Panggilan ini bukan berarti aku suka tapi formalitas ya.

"Aduh Mas. Nanti keburu telat,"ucap ku. "Sarapan dulu Dek. Ini masih jam 6, jam di kamar ku cepat kan setengah jam,"ucap Chandra membuat ku terdiam. Nggak mungkin ngamuk di hadapan mereka. "Kenapa nggak ngomong Mas,"ucapku mengambil nasi dan sayur ke piring ku dan miliknya.

Ini juga formalitas lagi. "Udah lah Dy, ayo makan sudah,"ucap Deva. "Kalo pengantin baru, ada yang ambil kan nasi. Jomblo mah,"ucap Dhita membuat semua orang di meja makan berpandangan sambil mengulum senyum. "Dhit fokus kuliah dulu.

Nanti kalo udah wisuda baru boleh,"ucap Alagra. "Ehm. Aku mau nya kayak Kak Dyan sampai sukses Yah,"ucap Dhita. "Nggak yakin bisa nahan gombal kating tempat mu. Dapat bunga aja kayak ketiban rezeki,"ucap Nafisa. "Ya kan Dhita ngga punya first love kayak Kak Dyan.

Lamaran sampai kayak gunung anakan ngga ada di acc. Giliran Kak Chandra langsung acc. Sama aja satunya kayak homo aja bertiga sama Kak Azriel, Kak Gerald. Begitu ketemu Kak Dyan langsung gaskeun,"ucap Dhita tak membuat ku berkutik.

"Nggak guna Dhit kalo mau ledekin. Dyan itu Queen of Ice. Baper nya dalam diam,"ucap Tiara membuat ku menyunggingkan senyum tipis. Tanpa kata, ku akhiri makan sebelum berangkat ke kampus untuk pamitan. Nggak sendiri tentunya, ya karena formalitas lagi.

Hah. Kehidupan penuh formalitas terus yang nyata yang mana?

"Dyandra Androdiaz Zhafira Maurya. Mending di Politeknik Negeri Malang di panggil lain aja Yan,"ucap Chandra membuat ku mendongak. "Buat apa? Aku terbiasa di panggil Dyan,"ucapku. "Bu Chandra aja gin,"ucap Chandra membuat ku menaikkan sebelah alis ku.

"Gila,"ucapku singkat padat dan jelas. "Makanya liat baju yang di kasih Bu Erma semalam Mbak. Siapa nama mu? Dyandra Chandra A. M. Lingkup militer istri dipanggil nama suami Yan,"ucap Chandra. "Oh,"ucapku paham. "Es berapa truk kamu makan Yan. Atau kamu sariawan kah,"tanya Chandra.

"So?,"ucapku santai. "Dy kamu ngomong singkat lagi, ku cium di depan mahasiswa mu,"ucap Chandra tak membuat ku gentar. Namun terlalu tidak berfaedah ku jawabi. "Dy kalo kamu sengaja diam buat kami menyesal terutama aku.

Iya aku nyesel Dy. Semenjak malam setelah putus dengan Divyan, setiap ada kesempatan ke bandara Adisutjipto buat tungguin kedatangan mu di tahun mulai siap meminang mu. Sampai akhirnya di pindah ke Skuadron 21 jadi wadanskuadron dengan melati di seragam masih aja ku cari dimana kamu.

Ujungnya tanpa ku sadar malam itu kita ketemu,"ucap Chandra tersenyum tak ku tanggapi. "Maksudmu aku pelampiasan?,"tanya ku dengan senyum miring. "Beda kan pelampiasan dengan aku yang minta putus,"ucap Chandra.

"Lupakan,"ucapku menolehkan kepala keluar melihat jembatan Mahakam yang akan lagi ku temui. "Jembatan Mahakam cantik ya,"ucap Chandra. "Apa cantiknya cuma penyeberangan di atas sungai Mahakam?,"ucapku.

Armaya Dvyendu Paksha - Completed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang