Happy reading
(*'∀'*)
Bijak dalam membaca sayang
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Maafken typo dimana-mana
***
"Kau tidak bisa seperti ini terus, Akira"
Akira menggeram kesal. Tak ingin digurui. Dia tau lebih dari siapapun. Apa yg dilakukannya adalah salah. Memangnya kenapa. Dia sudah terlanjur basah. Apa yang bisa dia lakukan.
"Jangan mulai menggurui ku, Tayuya. Kau tidak tau apapun. Bagaimana hidup keluargaku selama ini."
Tayuya menangis. Dia bukan lagi Akira yang dikenalnya. "Aku bilang padamu berulang kali. Aku mencintaimu. Jangan di lanjutkan lagi. Ini salah. Kau tidak akan pernah mendapat apa-apa."
Pria itu bergeming. Sekejap kemudian matanya menggelap. Mengambil pisau tipis dari saku bajunya. 'Baik. Dia sudah melakukan ini lebih banyak dari yang seharusnya. Bertambah satu juga tidak apa-apa kan.'
Tayuya tersenyum. "Jadi, begini akhirnya ?"
Mata Akira berkilat menatap Tayuya yang tersenyum. Dan mulai mendekat. Menciumnya. Merasakan asin dari lelehan airmata.
"Aku selalu mencintaimu, Akira, ah, atau sekarang bisa aku memanggilmu-"
"Maaf dan terima kasih, Tayuya."
***
Hari yg cerah untuk kejutan baru. Benar begitu kan ? Mengesampingkan kegagalan yang disyukurinya, menyimpan umpan yang bagus di akhir pertunjukan. Selalu senang saat merasakan debaran ini. Dia merasa sepertinya, dia sudah menjadi psikopat sekarang. Bagaimana tidak, dia meradang jika tidak melihat darah beberapa hari saja.
Skenario tabrak lari itu sebenarnya tidak gagal sama sekali. Hanya gertakan yang ringan. Kafe tempat Hyuga juga, terlalu mudah. Yah, meski tak terlalu sepadan dengan rasa lelahnya. Sekarang mari kita buat ini menarik.
Dipandanginya salah satu Universitas terbesar di Konoha ini dengan seringai yang menakjubkan. Ah, rindu sekali masa-masa menjadi mahasiswa. Dia juga pernah berada pada masa itu. Sayangnya saat dia pulang dengan hasil yang memuaskan, dia mendapat hadiah yang benar-benar menyakitkan. Seharusnya dia tidak meninggalk keluarganya. Benar ?
Dia berjalan melintasi jalan raya dan menuju pada gerombolan mahasiswa yang nampak berjubel berdesakan di jalanan depan kampus. Tak hanya para mahasiswa. Para pekerja kantoran punya andil besar dalam misinya hari ini. Matanya mencari-cari targetnya, dan ketemu. Dia segera merangsek kerumunan dan berjalan tepat di belakangnya. Menyeringai. Tangannya tak berhenti mengelus senapan di saku mantelnya. Dia harus cepat. Jalanan tak bisa sepanjang kenangan bukan. Show time.
Dor!
Jerit kepanikan menyebar. Semuanya menunduk dengan ngeri mendapati seseorang terjatuh bebas dengan dada berlubang tertembus peluru. Semuanya berhamburan tak tentu arah. Dia tersenyum. Seriously ? Mereka membuatnya begitu mudah. Di tengah kalang kabut para manusia yang mencoba menyelamatkan diri mereka sendiri, dia meletakkan pistolnya di samping mayat dan berlalu pergi tanpa kesulitan apapun. Siapa yang peduli dengan satu dari sekian banyak orang yang kabur melarikan diri ? Ahaha.
Surprise !
***
Sasuke berjalan cepat menuju ke ruang rapat, dimana timnya sudah menunggu. Sakura mengikutinya di belakang. Menggerutu. Merasa jika dia lebih nyaman berada di rumah Hinata, berkumpul dengan teman-temannya. Mendengar penjelasan Neji tentang penguntit kemarin sedikit banyak membuatnya takut. Bukannya sebelumnya tidak merasa takut. Hanya saja itu menambah ketakutan yang sebelumnya bahkan sudah tak dapat dibayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me ! (Complete)
FanfictionCerita ke 2 (◍•ᴗ•◍)❤ Disclaimer ©Masashi Kishimoto Ketika dendam dan kesakitanmu di masa lalu membuatmu tersiksa dan menjadikanmu seorang pembunuh. . . . semua cast adalah milik Tuan Mashashi Kishimoto. saya hanya salah satu fans yg ingin menjadika...