Preparation

1.9K 272 50
                                    

Happy reading
(*'∀'*)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sayang, kau tidak lelah?"

Aku tersenyum memandangi kekasihku yang tengah berbaring sambil memandangiku. Aku mengacak rambutnya pelan.

"Tidak apa-apa, tidurlah jika kau lelah. Kau harus bekerja besok." Ucapku padanya dan mengalihkan pandanganku kembali ke laptop.

Dia bangun dan memelukku dari belakang. Menempelkan dadanya yang polos di punggungku. Membuatku tersentak pelan saat dia menyentuh luka di pundak dan pungggungku, menyusuri dengan bibirnya.

"Hentikan."

Dia mendongak, "kenapa ? Aku sudah bilang jangan menutupinya dariku, aku mencintaimu apa adanya".

Aku menghela nafas, menutup laptopku dan menaruhnya di meja samping ranjang. Dan berbalik untuk memeluknya.
"Maaf, aku masih tak terbiasa dengan itu. Berbagi luka dengan orang lain. Itu kecacatanku. Kau juga tahu hal itu. Aku tak ingin membaginya dengan orang yang ku cintai. Itu luka lama, aku tak ingin mengingatnya."

Dia tersenyum terpaksa, "baiklah. Saat ini, Sakura berada di Sunagakure. Kau tahu, kancing jaket STFC?"

Aku tersentak, beruntung dia tidak melihat ekspresiku, "J-jaket?"

Dia mengangguk dalam pelukanku, "iya, ini gila kau tahu, peniru suara Sakura meninggal, di temukan banyak sidik jari disana, kita juga diminta untuk menyerahkan sidik jari besok. Aku sudah mengirimkan sidik jarimu juga. Aku geram sekali rasanya."

Sial!
Bodohnya dirinya jika meninggalkan beberapa sidik jari disana. Oke, tenang, kau sudah selesai disana, lagipula kau sudah berhati-hati sebisa mungkin dengan Tayuya di Apartemennya. Tapi, kenapa harus was-was, lagipula, targetnya hanya tinggal Sakura saja.

Ini yang sejak tadi berada di pikirannya, tidak ada dalam rencananya bahwa salah satu polisi itu akan melindunginya sedemikian ketat. Bagaimana caranya dia akan membuat Sakura keluar sendiri menghampirinya. Sial.

Aku menatap kekasihku yang kini menatap ke arah nakas, dimana tasku yang yang terbuka dan memperlihatkan buku diary milik adikku. Jantungku mulai berpacu dengan cepat.

Dia mengernyit alisnya nampak penasaran. Dan saat melihat nama di atas buku itu, matanya melebar terkejut. Dengan cepat dia menolehkan kepalanya ke arahku.

Grab!

Tanpa aba-aba aku segera menarik tangannya yang akan menjauh dan menekuknya ke arah belakang punggungnya, lalu aku menekan punggungnya yang telanjang dengan lututku.

"Aakkkhhh... Hentikan.. Apa yang kau lakukan?" tanyanya histeris.

Aku terkekeh, "sebelum aku menjawabmu,  jawab dulu pertanyaanku. Apa yang akan kau lakukan, sayang?"

Kurasakan dia bergetar di bawahku. Sayang sekali, dia punya sisi melankolis  dengan sikap garang dan betapa hebatnya dia di ranjang. Bahkan lebih hebat dari Tayuya.

Ku dengar dia mulai terisak pelan, "kau mengenal Matsuri?" tanyanya di sela isak tangisnya.

"Ya." jawabku enteng. Meraih pisau lipat yang tersimpan di laci nakas. Memainkannya di depannya. Membuatnya semakin terisak hebat, "coba tebak. Siapa anggota keluarga Kido yang terakhir ?" aku berbisik di telinganya. Dia tidak menjawab, "aku."

Dia tersentak. Lalu menoleh untukk menatapku tak percaya.

"Kau tahu kan tentang kematiannya. Adikku. Juga keluargaku. Kau juga tahu tentang Tenzo bukan?  So, ingin ku ceritakan dongeng sebelum tidur?"

Don't Leave Me ! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang