BAB 7 PENYAMARAN

16.2K 60 0
                                    

Axel merasa gelisah setelah mengetahui fakta yang seharusnya mereka tidak terlibat di dalamnya. Dengan kekhawatiran yang mendalam, Axel mencari Hunter untuk menyampaikan hal penting. "Boss...," kalimat Axel terpotong oleh suara kesal Hunter.

Hunter, yang terlihat jengkel karena Axel meneleponnya lagi setelah hanya beberapa jam yang lalu, mendesah dan menjawab dengan nada kesal, "Aduh, apa lagi sekarang? Aku sudah bilang aku tidak ada di kantor hari ini, Axel. Semua urusan harus kamu tangani sendiri."

Axel berusaha menjelaskan bahwa ini adalah situasi darurat, tetapi Hunter menolak untuk terlibat. "Aku tidak ingin tahu. Urus masalah itu sendiri. Pastikan tidak ada klien yang kabur karena kamu tidak bisa mengurusnya dengan baik," kata Hunter sambil mematikan ponselnya.

Axel merasa kewalahan menghadapi sikap semena-mena Hunter. Dia merasa frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun, dia menyadari bahwa dia tidak bisa mengganggu urusan Hunter yang sedang sibuk. Dengan berat hati, Axel memutuskan untuk mencari bantuan dari orang lain.

Axel menelepon seorang detektif kenalnya, Pak Keyla, dengan harapan dia bisa memberikan bantuan. "Halo, Pak Keyla."

"Halo," jawab Pak Keyla.

"Saya butuh bantuan Anda untuk menyelidiki lebih lanjut tentang wanita itu," kata Axel dengan nada cemas.

Pak Keyla memberi peringatan bahwa ini akan menjadi lebih rumit dan berbahaya jika mereka terlibat. Namun, Axel dengan tegas menjelaskan bahwa wanita itu sangat penting bagi mereka dan dia bersedia menanggung semua biaya yang terkait. Axel memohon kerjasama Pak Keyla untuk membantu memastikan kebenaran.

Setelah berbicara dengan Pak Keyla, Axel duduk untuk memikirkan kenyataan yang tak terduga ini. Dia merasa cemas dan khawatir dengan konsekuensi yang mungkin terjadi jika identitas wanita itu terungkap. Axel berharap bahwa dengan bantuan Pak Keyla, mereka bisa menemukan jawaban yang tepat dan menyelesaikan masalah ini dengan segera.

Lamunannya terhenti ketika ponselnya berdering. Axel melihat panggilan masuk dari Pak Keyla.

"Halo, Pak Keyla! Apakah ada kabar terbaru tentang wanita itu?"

"Ada yang menarik. Identitas asli wanita itu sangat mengejutkan dan berbahaya," kata Pak Keyla dengan serius.

Axel merasa takut untuk menyampaikan hal itu pada bosnya yang kesal. Namun, dia menyadari bahwa kejujuran adalah hal yang penting. Axel berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menyampaikan informasi itu pada waktu yang tepat. Dia pergi ke ruangan lain untuk bergegas menghadiri pertemuan dengan klien.

Ketika pertemuan berlangsung, Axel berusaha memberikan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien. Namun, pikirannya terus teralihkan oleh pemikiran tentang wanita tersebut. Dia merasa tertekan dengan beban rahasia yang dia simpan.

******

Pagi itu, sinar matahari mulai menyingsing perlahan di langit yang cerah. Hunter mengetuk pintu dan segera mendengar suara yang mengizinkannya masuk. Ia duduk dengan mantap di hadapan kepala sekolah, Zeus.

Kepala sekolah itu tersenyum hangat kepada Hunter, dan senyum itu dijawab dengan senyum tipis dari Hunter. Zeus mengamati wajah Hunter dengan seksama, seolah-olah ada sesuatu yang tidak asing di matanya. Mungkin wajah Hunter mirip dengan seseorang yang pernah dikenalnya, tapi Zeus menepis pikiran itu dengan cepat.

"Dapatkah saya memanggil Anda Pak Hunter Jonathan?" tanya Zeus dengan penuh perhatian.

Hunter mengangguk sebagai jawaban.

Zeus menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Saya sudah mendapatkan informasi dari Ibu Yasmine bahwa Anda akan menggantikannya selama seminggu. Apakah itu benar?" Zeus menarik kumisnya yang mancung, memberikan kesan serius.

Hunter menjawab dengan mantap, "Benar sekali, Pak."

Zeus hendak memberikan tanggapan, namun ketukan pintu dari luar mengganggu, membuat Zeus merasa jengkel. Ia memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut kepada Hunter.

Dengan rasa malas yang terpancar dari dirinya, Zeus berdiri dan membuka pintu. Di depannya, terdapat sosok wanita cantik yang tak lain adalah istri Zeus sendiri. Wanita itu memiliki tubuh yang berisi, dengan rambut yang disanggul rapi dan kipas ungu gelap di tangannya. Sesekali, ia mengipas wajahnya dengan lembut.

"Sayang, kenapa lama sekali penggantinya Bu Yasmine datang?" ujar istri Zeus dengan nada khawatir. Ia tampak sedikit stres karena harus mengurus anak-anak kelas XII Jurusan Olahraga 5.

Zeus tersenyum kaku kepada istrinya. Sebelum dia bisa menjawab, ia menginstruksikan Hunter untuk mengisi kelas yang sedang dibicarakan oleh istrinya. Zeus meminta salah satu guru untuk mengantar Hunter menuju kelas tersebut.

"Maaf, Pak, saya tidak bisa mengantarnya secara langsung," jelas Zeus dengan ekspresi yang menakutkan, yang terlihat oleh Hunter dari wajah pria itu.

Hunter tersenyum canggung. "Tidak masalah, Pak. Saya akan pergi duluan."

Hunter berjalan menyusuri koridor di lantai empat sekolah. Telapak tangannya masih terasa sedikit sakit karena bekas pukulan yang ia tahan untuk tidak memukul Zeus, yang ia anggap sebagai bajingan brengsek.

Aura yang terpancar dari Hunter membuat wanita yang berjalan di sampingnya merasa ngeri dan merinding, sehingga ia mempercepat langkahnya. Ketika mereka sampai di kelas XII Jurusan Olahraga 5, yang biasanya ramai seperti pasar, tiba-tiba menjadi sepi karena Bu Naya membawa seseorang yang tidak dikenal.

Sorakan kagum terdengar saat Hunter dan Bu Naya memasuki kelas. Tatapan para siswi langsung tertuju pada Hunter, dan mereka menyebutnya dengan sebutan "Pangeran" atau "suami idaman". Suasana kelas menjadi riuh karena teriakan mereka yang sangat keras.

"SSTT... BISA DIAM TIDAK?!" teriak Bu Naya. Dia menoleh ke arah Hunter yang terkejut sejenak, namun tetap mempertahankan ekspresi yang tenang. Wanita itu meminta maaf dengan gerakan tubuh yang penuh rasa takut.

Hunter tersenyum memaklumi. Para siswa pun langsung diam, memposisikan tangan mereka di atas meja seperti anak-anak SD.

"Hari ini kita memiliki guru baru. Beliau akan menggantikan Bu Yasmine selama seminggu ini," jelas Bu Naya, diikuti anggukan dari para siswa. Tatapan para siswi tidak lepas dari Hunter, entah mereka mendengar penjelasan sang guru atau tidak.

"Silakan memperkenalkan diri, Pak," lanjut Bu Naya.

"Saya Hunter Jonathan, berusia 20 tahun. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Bu guru, saya akan menggantikan Bu Yasmine untuk sementara waktu. Apakah ada pertanyaan?" tanya Hunter sambil tersenyum manis, memperlihatkan dua lesung pipitnya. Para remaja wanita langsung menjerit dengan tak karuan.

"Apakah Bapak sudah punya pacar?" atau "Nomor hp Bapak berapa?" Bahkan ada yang bertanya, "Bapak boleh dipanggil sayang nggak?" Para siswi baru yang sedang beranjak dewasa itu melontarkan pertanyaan dengan antusias.

Suasana di kelas menjadi tegang ketika suara ketukan pintu terdengar. Semua mata langsung tertuju pada wanita yang muncul di pintu. Bu Naya dan Hunter juga melihat ke arahnya. Bu Naya kemudian memulai interogasinya, bertanya apakah wanita tersebut adalah Lara Anggina, siswi baru yang pindah dari Rossall School.

Tara mengangguk pelan, matanya terlihat sayu. Hunter langsung teringat bahwa dia sedang mencari wanita yang baru pindah sekolah hari ini. Dia pun mengeluarkan foto wanita tersebut dari saku dan membandingkannya dengan wajah Tara. Tapi Hunter merasa kecewa karena Tara terlihat berbeda dengan foto yang dia pegang. Tara terlihat polos dengan rambut dikuncir tiga dan kacamata besar.

Setelah sesi perkenalan selesai, Bu Naya memberi Tara kebebasan untuk memilih tempat duduk. Tara berjalan di antara meja-meja siswa lain sambil mendengar bisik-bisikan dan cibiran dari mereka. Meskipun mendengarnya, Tara tampak acuh tak acuh dan menarik kursi mundur untuk mendapatkan sedikit ruang agar bisa duduk.

Algra, yang merupakan ketua kelas, adalah seorang cowok tinggi dengan mata hitam. Dia santai memperkenalkan diri dan menawarkan tangan untuk berkenalan dengan Tara. Namun, Tara hanya menatap tangan Algra tanpa memberikan respon. Algra kemudian menarik kembali tangannya dengan senyuman tipis dan berbisik pada Tara, menyebut nama aslinya, Tara Natalia, dengan senyum misterius.

Tara terkejut ketika mendengar Algra menyebut namanya dengan sangat mudah. Bagaimana Algra bisa mengetahui identitas aslinya?

-----------

Bersambung ......

Dilemma of Secrets: Love in ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang