Alrga duduk di mejanya, sibuk menulis sesuatu di bukunya. Tatapannya fokus pada halaman yang diisi dengan kode-kode rahasia. Dengan hati-hati, ia mendorong bukunya ke arah Tara. Mata Tara terbuka lebar saat ia membaca isi buku tersebut.
"Duh, ini apa?" Tara terkejut dan melihat Alrga dengan tatapan heran.
"Tara, aku sudah terlibat dalam ini sejak dua bulan yang lalu," ujar Alrga dengan senyuman misterius. Matanya melirik ke arah Hunter dan Bu Naya yang sedang berbincang-bincang.
Tara memandang Alrga dengan penuh tanya. "Kenapa kau ada di sini?"
Alrga menatap Tara dengan serius, sambil terus menulis kode-kode di atas kertas. "Kita punya tujuan yang sama, Tara. Aku di sini untuk membantumu."
Tara mengangguk perlahan, mencerna informasi yang baru saja didengarnya. Ada keraguan dalam pikirannya, tapi dia memutuskan untuk memberi Alrga kesempatan.
"Jadi, aku bukanlah orang asing lagi bagimu, kan?" tanya Alrga dengan senyuman manis.
Tara menghela nafas. "Masih ada jarak di antara kita, tapi aku akan mencoba untuk mempercayaimu." Sebelum Alrga bisa memberikan tanggapan, suara Bu Naya memperingatkan mereka untuk tidak membuat keributan. Guru mereka pun meninggalkan kelas.
Tara merasa sedikit terganggu dengan kehadiran Alrga. Apakah keahliannya tidak cukup untuk menyelesaikan misi ini sendiri? Awalnya, Tara berpikir bahwa misi ini akan mudah karena dia sudah menghafal semua informasi tentang orang-orang yang terlibat. Namun, sekarang dia menyadari bahwa Alrga juga berada di sekolah ini. Meskipun mereka memiliki misi yang berbeda, tujuan mereka tetap sama.
Setelah Tara memperkenalkan diri, Bu Naya meninggalkan Hunter karena dia memiliki jadwal di kelas lain. Hunter memberikan instruksi kepada siswa untuk berganti baju dalam waktu 10 menit dan berkumpul di lapangan. Tara merasa kerepotan karena belum mendapatkan seragam olahraga.
"Baru masuk sudah disuruh ke lapangan, belum lagi aku belum mendapatkan seragam olahraga," keluh Tara. Namun, ketika dia menoleh, Alrga sudah berdiri di depan pintu kelas.
Alrga tersenyum dan mengedipkan mata ke Tara, yang mencari kehadirannya. Dia melihat jam tangannya dan berteriak agar siswa yang masih berada di dalam kelas segera keluar. Tara termasuk salah satunya, dia terus menatap keluar jendela.
Setelah memastikan semua siswa sudah pergi ke lapangan, Alrga memutuskan untuk berbicara secara pribadi dengan Tara yang masih diam di kursi. Tara berdiri ketika kelas mulai sepi, tapi ada satu pemandangan yang mengganggu matanya. Seseorang yang tidak dikenalnya, seseorang yang mengetahui identitas aslinya. Tara berjalan santai menuju pintu kelas.
"Jangan berjalan terlalu lambat! Nanti kau terlambat, lho," kata Alrga sambil mendekap tangannya, memperhatikan Tara.
"Kau sendiri yang terlambat!" balas Tara ketika sudah berada di depan Alrga, sambil menunjuk ke dadanya.
Alrga tersenyum, tampak senang melihat Tara kesal. "Kau baru mau ganti baju?" tanya Alrga setelah menyadari bahwa Tara masih mengenakan seragam sekolah.
"Tidak," jawab Tara singkat. Dia berjalan lebih dulu, diikuti oleh Alrga dari belakang.
Tara memikirkan sesuatu. Apakah Tuan Gunner sengaja melakukannya? Seharusnya dia sudah memiliki seragam olahraga sejak hari pertama. Seperti halnya Alrga sebelum pindah, dia sudah memiliki semuanya.
"Lupa, ya?" tanya Alrga setelah Tara selesai berpikir.
"Tidak, hanya belum mendapatkan seragamnya saja," kata Tara sambil melihat sebagian besar anak-anak kelasnya sudah berkumpul dan berbaris di lapangan.
Tara dan Alrga berlari kecil menuju lapangan. Mereka berdua berbaris bersama teman-teman sekelasnya.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma of Secrets: Love in Shadows
RomanceTara, seorang agen rahasia yang berdedikasi, menemukan dirinya terjebak dalam sebuah dilema yang rumit. Ia telah jatuh cinta pada targetnya sendiri, seseorang yang seharusnya menjadi musuhnya. Cinta yang tumbuh di antara mereka membuat Tara meraguka...