Hunter, seorang inovator muda yang telah menciptakan beberapa produk revolusioner dan memiliki pengalaman yang mengesankan di industri teknologi. Belum cukup sebulan dia terpilih sebagai CEO baru di perusahaan teknologi sang ayah. Sekarang ia malah terjebak skandal tak terduga.
"Kita mau ke kantor langsung, Tuan muda?" tanya sang supir yang khawatir melihat raut wajah atasannya.
"Tidak. Pulang ke rumah saja dulu," balas Hunter secukupnya seraya kembali mengecek benda tipis yang sudah beribu-ribu chat yang masuk.
Diperjalanan menuju rumah, Hunter masih memikirkan wanita tadi. Dia merasa tidak bertanggung jawab terhadap seseorang.
Tak cukup lama berada di dalam mobil mewahnya, kini Hunter duduk di meja makan, keluarga Johnson begitu tegang.
Suasana hening. Ayah mereka, Mr. Johnson, yang juga mantan CEO terkenal di perusahaan teknologi, mencoba menciptakan suasana yang nyaman dengan tersenyum. Namun, ketegangan di antara Hunter dan Kevin terasa begitu kuat.
"Bagaimana keadaan perusahaan akhir-akhir ini, Hunter?" tanya Johnson.
Dengan nada percaya diri, Hunter berkata, "Semua terkendali dengan baik, Ayah."
Dengan nada sinis, Kevin berujar, "Cih! Palingan kau hanya membual. Seorang adik yang baru saja lulus kuliah dan belum memiliki pengalaman sok berbicara tinggi!"
Hunter menatap tajam Kevin. "Aku mungkin belum memiliki pengalaman yang sama denganmu, tapi aku yakin bahwa aku bisa menjalankan perusahaan ini dengan baik."
"Kamu hanya jadi CEO sementara. Aku yang telah bekerja keras di perusahaan ini sebagai manajer. Mengapa ayah memilihmu daripada aku?" papar Kevin dengan nada skeptis.
"Kau kurang beruntung aja kak. Dukung saja aku, bukan itu tugas seorang kak?" ujar Hunter merasa senang melihat wajah Kevin memerah terbakar amarah.
"Cih! Dukungan? Bagaimana aku bisa mendukungmu ketika aku merasa diabaikan dan diremehkan? Aku sudah bekerja keras untuk perusahaan ini!" Kevin tak terima dengan ejekan Hunter yang terang-terangan ditujukan padanya.
"Jaga sikap kalian. Hunter, kamu memiliki kesempatan besar untuk belajar dan tumbuh dalam peran ini. Kevin, kamu harus memberikan dukunganmu sebagai kakak. Mengerti!" ujar Johnson menangani mereka.
"Mengerti, ayah." Kevin menjawab dengan enggan.
Hunter menghela nafas. "Ayah, aku ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi pemimpin yang baik. Aku ingin membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik," ujarnya tanpa ada keraguan apapun.
"Tapi apakah kamu yakin kamu bisa? Ayah, perusahaan ini butuh pengalaman dan kestabilan, bukan eksperimen dari adik kecilku yang baru saja naik pangkat," ungkap Kevin dengan nada skeptis memandang Hunter sebelah mata.
Ucapan Kevin membuat Hunter merasa marah. "Aku memahami kekhawatiranmu, Kevin. Tapi aku percaya bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, aku bisa membawa perusahaan ini menuju kesuksesan yang lebih besar," balas Hunter tak terima.
"Kalian berdua diamlah!" bentak Johnson, tak sanggup lagi mendengar perdebatan tak berujung itu. "Kevin, tunjukkanlah keahlianmu dan bantu Hunter dalam menjalankan tanggung jawab barunya," sambungnya kemudian.
Suasana di meja makan mulai melunak. Kevin mengalah untuk sekian kalinya, namun dalam hati pria itu, ia sudah menyusun strategi agar perusahaan sang ayah menjadi miliknya. Dia berencana menghancurkan Hunter dalam genggamannya secepat mungkin.
****
Tubuh wanita itu gemetar. Hati Tara bergemuruh saat mengetahui bahwa dirinya tidak perawan. Bercak darah di seprai putih menjadi bukti yang sulit untuk diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma of Secrets: Love in Shadows
RomanceTara, seorang agen rahasia yang berdedikasi, menemukan dirinya terjebak dalam sebuah dilema yang rumit. Ia telah jatuh cinta pada targetnya sendiri, seseorang yang seharusnya menjadi musuhnya. Cinta yang tumbuh di antara mereka membuat Tara meraguka...