BAB 1 PEMBUNUHAN BRUTAL 18+

22.9K 102 0
                                    

London November 2008

Aroma kematian terasa sangat pekat. Udara berbau mesiu, sangat kuat, darah dan kebusukan yang pekat memenuhi ruangan. Tatapan mata Tara tertuju pada satu persatu mayat di tempat ia berpijak, tampak begitu banyak selongsong peluru bertebaran dalam genangan darah. Setelah ia memastikan semua orang di dalam ruangan itu sudah tak bernyawa, Tara berkata, "Kematian yang tidak begitu diperhatikan polisi. Nyawa yang tak akan ada yang merindukan." Tersenyum kecut seraya melangkah keluar dari sana. Tak jauh dari TKP terlihat mobil BMW terpakir sejak tadi. Mobil itu terlihat sedang menunggu seseorang.

Benar, sekali!!

Orang itu tak lain adalah Tara sendiri. Setiba di depan pintu mobil, seorang pria tua mempersilahkan Tara masuk dengan sopan, sembari ia membungkuk dan mengangguk.

"Silakan, Nona."

"Terima kasih, Pak.

Tara seorang gadis yang berparas cantik, namun berdarah dingin. Di usia sepuluh tahun ia telah terjun ke dunia hitam sebagai pembunuh bayaran. Bahkan dirinya sering dikontrak oleh penjahat kelas teri, ia berkerja dengan cepat dan rapi padahal Tara kerap membunuh dengan ganas dan brutal untuk membereskan lawan atau hanya untuk selingan. Terkadang Ia ceroboh namun itu bukan masalah besar baginya, dia akan dengan begitu mudah memanipulasi sebuah keadaan.

Keseokan harinya.

Asisten Tuan Gunner memberikan berkas kepada Tara dengan badan yang dibungkukkan dan tangan kiri naik ke atas. Tangan gadis itu terulur mengambil berkas tersebut.

"Berkas apa ini?" Mata abu-abu miliknya melihat foto-foto target yang akan dieksekusi malam ini. Saat ingin membuka lembaran selanjutnya, tiba-tiba ia mengurungkan niat karena merasakan getaran ponsel miliknya dari dalam saku. Tara meletakan berkas ke tepi meja sembari merogoh ponsel dari dalam saku celana. Di layar ponsel terlihat notifikasi dari akun rekening miliknya dan Tara tersenyum saat melihat saldo bertambah.

Malam cukup cerah. Walaupun tidak terlalu banyak bintang tapi langit bersih dari awan. Tara mengancing jaket hingga ke leher, memasukan tangan di saku celana jins sambil bergidik pelan. Udara bulan November lumayan menusuk kulit. Waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari. Tara menyandarkan punggungnya di body mobil lamborghini yang sengaja diparkirkan di tengah jalan. Tidak akan ada kendaraan lain yang akan melewati jalan ini karena Tara sudah memblokadenya dengan papan polisi sehingga membuat kendaraan lain akan otomatis memutar arah untuk melewati jalan lain. Tara memperhitungkan kapan mobil target akan melintasi jalan itu. Pandangannya mengitari sekeliling yang hanya ada kabut yang gelap. Ia berada di jalanan yang sunyi dengan penerangan minim. Dari informasi yang diberikan oleh Asisten Tuan Gunner, sasarannya kali ini tengah mengadakan rapat besar-besaran di villa tersebut. Tara cukup lama menunggu namun lebih baik dari pada harus mendatangi tempat si target. Dia mengeluarkan sebungkus rokok dari balik jaketnya.

Tara menyelipkan sebatang rokok di mulut, lantas menyalakan pematik membakar ujung rokok. Dia mulai merasa sedikit hangat, detik berikutnya ia menghela napas kasar. "Sial! Kenapa lama sekali," ujarnya.

Tiba-tiba terdengar mobil berhenti tidak jauh dari tempat Tara berdiri. Dia mengangkat pandangannya, dan menghitung jarak pandang antara mereka. Diperkirakan sepuluh meter' lah antara Tara dan mobil itu. Tidak lama terdengar, teriakan nyaring dari dalam mobil.

"Hei, kamu! Ngapain di tengah jalan? Minggir sana!"

Tara tersenyum penuh arti, lalu membuang asal sebatang rokok yang belum selesai diisapnya. Ia berjalan menghampiri mobil itu, seiring tangan kanannya menghalau wajahnya. Akibat sorotan lampu yang begitu silau dari mobil milik targetnya. Tara memasang ekspresi kucel, layak orang dalam kesulitan.

Dilemma of Secrets: Love in ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang