"Tidak apa, Jungkook. Duduklah."
Tentu saja ibu Jimin akan selalu menjadi ibu Jimin yang ramah dan murah senyum, terlebih kepada calon menantunya sendiri. Jungkook membalas dengan senyuman sebelum mengambil tempat duduknya yang sudah pasti direncanakan berada di sebelah Jimin. Jimin yang sejak tadi hanyut dalam tatapan Jungkook segera kembali ke permukaan bumi setelah Jungkook memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu.
"Selamat malam, Jimin. Maaf telah membuatmu menunggu lama." Senyumnya kali ini tertuju pada sosok di sebelahnya yang tidak lain adalah Park Jimin - calon suaminya.
"Oh tidak, santai saja. Keluargaku baru saja datang."
"Baiklah, bagaimana kalau kita makan lalu kita bahas semua hal yang perlu dibahas?" ayah Jungkook memulai.
"Tentu, perut anak-anak kita harus terisi dulu." Istrinya menjawab sembari mengusap lembut lengan Jimin dan tersenyum padanya. Jimin tersenyum balik, merasa sedikit malu dan bahagia karena merasa dia telah mendapatkan tempat di hati calon mertuanya.
Selesai makan malam, mereka tentu membahas perihal pernikahan Jungkook dan Jimin. Jungkook sendiri lebih banyak sibuk dengan pikirannya sendiri. Memikirkan bagaimana Yeonji menunggu kabar darinya, memikirkan bagaimana dia harus memberitahu Yeonji tanpa menyakiti perempuannya itu.
"Jungkook?"
"Jungkook!"
Jungkook melonjak sedikit terkejut dan tersadar dari lamunannya.
"Iya?" jawabnya meskipun dia masih sedikit hilang arah.
"Apa kamu mendengarkan dari tadi, sayang?" sang ibu mengelus lengan Jungkook yang terlihat kebingungan.
"Ah, tidak.. maaf, bu. Aku merasa sedikit kurang sehat."
"Apa kita akhiri sampai di sini dulu? Kita bisa membahas ini di lain kesempatan."
Ibu Jimin terlihat khawatir, tidak terkecuali Jimin sendiri. Melihat calon suaminya berada dalam kondisi yang kurang menyenangkan tentu membuat hatinya terasa berat.
"Tidak tidak, tidak perlu. Saya tidak ingin merusak acara ini. Lagipula saya tidak sedang sakit, masih sanggup jika hanya harus duduk dan berdisksi."
"Kalau begitu tolong beritahu jika nanti tubuhmu terasa aneh, Jungkook."
"Tentu, Nyonya Park. Tidak perlu khawatir."
Senyuman Jungkook berhasil meyakinkan semua orang. Semua, kecuali Park Jimin. Entah kenapa dia yakin bahwa ada yang salah dengan Jungkook. Dia hanya berharap Jungkook benar-benar baik-baik saja.
"Jadi Jungkook, tadi kami berdiskusi soal kalian berdua tinggal dalam satu rumah selama kalian mempersiapkan pernikahan. Sepertinya itu memudahkan kalian dalam persiapan menikah nantinya. Kamu terlalu sibuk untuk menjemput Jimin lalu mengurus ini dan itu lalu kembali lagi ke kantor."
"Iya ibu benar, tapi apa itu tidak terlalu berlebihan untuk Jimin? Dia baru saja lulus dari sekolah dan sekarang dia tiba-tiba harus tinggal di rumah orang lain?"
"Benar juga.. bagaimana Jimin? Apa kamu keberatan?"
"Umm.. saya bukannya keberatan, mungkin hanya sedikit terkejut karena harus adaptasi dengan lingkungan baru.."
Mendengar kalimat itu dari anaknya, ibu Jimin ikut bersuara.
"Jimin sayang, tidak perlu khawatir. Ibu akan mengunjungimu setiap hari kalau memang kamu sedang di rumah."
"Bagaimana, Jimin? Kalau kamu setuju, pulang nanti kamu bisa pulang dengan Jungkook."
"Baik, Nyonya Jeon."
"Bagus. Jungkook, pastikan untuk menjaganya, mengerti?"
"Iya, bu. Pasti."
Malam itu, Jimin pulang bersama Jungkook ke rumah Jungkook yang lumayan jauh dari pusat kota. Tentu juga jauh dari rumah orangtua Jimin maupun orangtua Jungkook. Sepanjang perjalanan mereka hanya ditemani oleh hening. Suara radio menyelamatkan mereka dari rasa canggung. Setidaknya begitu bagi Jimin. Jungkook yang sejak tadi sibuk menyetir hanya menatap lurus ke jalanan, melirik Jimin yang duduk di sebelahnya setelah menyadari keheningan yang menyelimuti mereka.
"Jimin?"
"Iya?"
"Maaf kalau rumahku berantakan."
"Oh.. tidak perlu khawatir. Aku bisa merapikannya nanti."
"Tidak, tidak perlu. Sebenarnya ada orang yang biasa mengurus rumahku, tapi karena satu hal aku menyuruhnya libur bekerja untuk beberapa saat."
"Karena.. apa?"
"Karena.."
Jungkook kembali bungkam, memilih untuk fokus pada jalanan di depannya.
"Jungkook?"
"Oh iya, maaf. Karena sesuatu. Maaf, sepertinya aku akan menjelaskan tentang hal ini padamu nanti."
"Nanti kapan?"
"Di rumah. Kita perlu membahas ini."
"Oh.. baiklah."
Entah kenapa firasat Jimin mengatakan bahwa dia masih belum siap untuk membahas hal yang ingin Jungkook bahas nanti saat mereka telah tiba di rumah. Namun bagaimana pun, mereka akan menjadi pasangan suami. Mau tidak mau mereka akan sangat sering berdiskusi dan membahas tentang semua hal. Yang bisa Jimin harapkan adalah semuanya akan berjalan baik-baik saja. Dan semoga Jungkook calon suaminya juga baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tumble Like A Stone ㅡ Jikook/Kookmin
Fanfiction[On-Going] Menceritakan bagaimana sebuah batu di ujung tebing yang goyah karena guncangan dunia berusaha untuk tetap bertahan di tempat dan tidak terjatuh ke dasar tebing. Tentang bagaimana sebuah rasa tetap berusaha untuk tetap merasa ketika hambar...