"Jimin?"
"Hm?"
"Kamu tahu aku menyayangimu, bukan?"
"Tentu."
"Aku sangat ingin kamu bahagia."
"Taehyung? Kenapa tiba-tiba?"
"Dengarkan dulu."
"Baik."
"Awalnya kupikir kamu tidak akan bahagia karena perjodohan itu. Aku hanya ingin kamu hidup bahagia. Maka dari itu aku menentang ayahmu dan berusaha meluluhkan hatinya. Aku memaksa takdir dan akan terus memperjuangkanmu. Memperjuangkan kita. Tapi setelah aku mendengar caramu berbicara pada calon suamimu itu dan bagaimana raut wajahmu saat dia sepertinya mengatakan hal yang buruk tentangnya, aku menyadari sesuatu. Kamu tidak bisa melihatnya sedih, kamu tidak mampu menerima ketika ada yang berkata buruk tentang calon suamimu itu. Aku dapat melihat dengan jelas bahwa kamu telah memberikan hatimu padanya."
"Siapa yang bilang begitu?!"
"Aku sudah lama mengenalmu, Jimin. tatapan itu sangat sama persis dengan tatapan tiga tahun lalu ketika aku membenci diriku sendiri karena aku telah membuatmu kecewa. Dengan tatapan terluka itu kamu menatapku dan berkata bahwa aku tidak menyakitimu. Bahwa aku bukan si brengsek yang hanya bisa menyakitimu."
"Aku.."
"Pikirkan sekali lagi, Jimin. Jangan sampai kamu menyesal hanya karena kamu ingin menjaga apa yang kita miliki. Aku memang sangat menyayangimu, tapi aku juga berhak disayangi dan dicintai sedalam aku mencintaimu. Aku tidak dapat membayangkan betapa hancurnya hatiku ketika nanti aku menikahimu dan hatimu nyatanya ditawan oleh orang lain."
"Taehyung.. aku.. maaf." Air matanya tak terbendung lagi, tangisnya mengancam akan pecah.
"Sshh- it's okay, baby. Apa yang membuatmu takut? Kenapa kamu membohongi hatimu sendiri, Jimin?" dalam hitungan detik, Jimin telah ditarik ke dalam pelukannya, merengkuh kuat-kuat enggan melepas sang kekasih.
"Aku terlalu terbiasa denganmu, Taehyung. Aku tidak yakin aku dapat hidup dengan Jungkook."
"Dan kenapa itu?"
"Entah, aku hanya merasa Jungkook tidak dapat memperlakukanku sebaik dirimu. Bahkan dia membiarkanku menunggu tanpa kabar seharian waktu itu."
"Aku akan mengambilmu kembali jika dia tidak memperlakukanmu dengan baik, Jimin. Jadi katakan padanya, berhati-hatilah jika dia memang benar ingin menikah denganmu."
"Taehyung.. aku minta maaf."
"Jangan minta maaf karena jatuh cinta, Jimin. Hatimu bukanlah suatu kesalahan yang mengharuskanmu untuk meminta maaf. Bagaimana hatimu, itu bukan urusanku. Tugasku hanya mencintaimu."
Jimin sama sekali tidak mengerti mengapa semesta begitu kejam merenggut Taehyung dari hidupnya. Taehyung yang sangat mencintainya dalam-dalam tanpa syarat dipaksa beranjak dari hati dan hidupnya. Bahkan hatinya lebih memihak pada Jungkook. Taehyung yang malang.
Jimin semakin tenggelam di dalam pelukan Taehyung yang erat. Keduanya seperti menyampaikan ucapan selamat tinggal yang tersirat.
'Taehyung-ku yang malang.'
_________________
Maaf baru update dan cuma 4 chapter pendek. Aku lagi kewalahan sama kerjaan dan tugas kuliah:" padahal pengen banget Tumble Like A Stone ini cepet tamat karena aku udah bikin prompt buat book 2 nya huhu
Mau tanya juga, menurut kalian lebih enak slow kaya gini alurnya atau kalian lebih suka jikook langsung nikah dan fokus di marriage life mereka aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumble Like A Stone ㅡ Jikook/Kookmin
Fanfic[On-Going] Menceritakan bagaimana sebuah batu di ujung tebing yang goyah karena guncangan dunia berusaha untuk tetap bertahan di tempat dan tidak terjatuh ke dasar tebing. Tentang bagaimana sebuah rasa tetap berusaha untuk tetap merasa ketika hambar...