The Fallen Leaves

820 118 2
                                    

Hey~! Sambil nonton MAMA aku nyambi ngelanjut ceritanya nih jshjssk karena aku ngantuk, jadi nulis aja deh biar gak ngantuk:")

Yaudah lah, enjoy!!

__________________________________


Entah apa yang dilakukan Jungkook setelah mengejar Yeonji. Entah mereka membicarakan permasalahan ini hingga semuanya selesai, atau mereka pergi ke suatu tempat dan bersenang-senang untuk yang terakhir kalinya. Apakah itu memang akan menjadi yang terakhir kalinya untuk mereka? Jimin tidak tahu dan tidak ingin tahu. Dia hanya ingin istirahat saat ini karena tubuhnya benar-benar lelah. Ditambah dengan otaknya yang lelah memikirkan banyak hal. Mulai dari kelulusannya, lalu tiba-tiba dia sekarang akan berganti status menjadi suami orang dalam waktu dekat, lalu dia sudah mendarat di rumah asing milik seseorang yang notabenenya adalah calon suaminya, dan sekarang dia sedang duduk seorang diri di tengah ruang tamu rumah asing itu. Tanpa calon suaminya.

"Sial. Aku lelah sekali.. kapan dia pulang ya?"

Dapat dimengerti mengapa Jimin yang selalu diajarkan sopan santun dan tidak berkata kasar kali ini justru mengumpat. Pasalnya dia telah menunggu sekitar satu jam lebih empat puluh menit. Yang dia dapatkan masih hening, calon suaminya belum juga menampakkan kedatangannya. Jimin ingin sekali merebahkan tubuhnya di Kasur yang nyaman, otot dan sendinya terasa begitu tersiksa saat ini. Namun sangatlah tidak sopan jika dia masuk ke sembarang kamar dan tidur di dalamnya. Jungkook belum menunjukkan di mana kamarnya yang akan menjadi tempatnya untuk tidur. Jadi Jimin memutuskan untuk menunggu Jungkook untuk kembali. Meskipun dia juga tidak begitu yakin Jungkook akan kembali atau tidak. Tapi ini adalah rumahnya, bukan? Apapun yang terjadi, Jungkook harusnya pulang ke rumahnya, kan? Semoga.

Sudah dua puluh menit lainnya terlewati. Jimin masih terduduk di ruang tamu, menatap kosong ke meja di hadapannya. Rumah ini terlalu megah untuknya yang kecil dan seorang diri di sini.

"Aku ingin pulang.."

Lagi, kalimat itu yang keluar dari bibir Jimin. Bahkan tidak hanya bibirnya, itu benar-benar keluar dari hatinya yang terdalam.

Entah sudah berapa menit terlewati, yang jelas saat ini Jimin dapat membaca jam menunjukkan pukul 11 malam. Dan Jungkook masih belum pulang.

"Apa ada masalah?" tanyanya pada diri sendiri, mulai khawatir akan calon suaminya. Dia hanya berharap Jungkook baik-baik saja.

Hingga pada pukul 11 lebih dua puluh menit, Jimin yang sejak tadi menopang dagu bersandar di tangan sofa, mulai kehilangan kesadaran dan keseimbangan. Mengakibatkan kepalanya terjatuh ke tangan sofa dengan mata terpejam penuh. Mungkin Jimin tidak menyadari bahwa jauh di dalam hatinya dia berharap akan melihat Jungkook ketika dia membuka matanya nanti, dan dia berharap saat itu terjadi, matahari belum terbit. Entah kenapa kemungkinan Jungkook akan pulang setelah matahari menampakkan dirinya membuat Jimin sedikit tidak nyaman.

***

Jungkook yang berhasil mengejar Yeonji tidak mendapatkan apa-apa. Yeonji memang mencintai kekasihnya itu, namun dia juga bukan perempuan bodoh yang menjadi budak perasaan. Fakta bahwa Jungkook akan menikah cukup untuk membuatnya membuat rencana untuk pergi jauh dari hidup Jungkook. Tidak, dia bukan perempuan yang akan merebut calon suami orang hanya karena dia mengencani calon suami orang itu. Namun hal ini tidak gagal menguras air matanya. Kenyataan bahwa dia harus terpisah dari Jeon Jungkook yang begitu dia cintai sangat menyiksanya. Menyiksa hatinya.

Begitu pula dengan Jungkook. Dia pun tidak dapat menghindar dari rasa sakit karena dia telah menyakiti keduanya ketika dia berniat untuk menjaga kedua hati itu. Niatnya bertindak dalam kehati-hatian, namun ternyata menunda untuk bertindak justru membuatnya menyakiti keduanya. Terlebih dia telah menyakiti perempuan yang sangat berharga baginya. Bukan berarti Jimin tidak berharga, hanya saja Jungkook begitu mencintai Yeonji sepenuh hatinya. Jika memang sepenuh hati, maka tidak aka nada yang tersisa untuk Jimin - calon suaminya. Entah apa yang membuatnya mengikuti kemauan kedua orangtuanya. Jika ada kata yang melebihi makna kata menyesal, Jungkook akan menggunakan kata itu saat ini. Benar, Jeon Jungkook menyesali keputusannya sendiri.

Sudah dua botol minuman yang dia kosongkan. Setelah gagal meringankan luka Yeonji, Jungkook enggan untuk pulang dan menyaksikan satu lagi hati yang retak karenanya. Dia terlalu pecundang untuk menghadapi hal yang harus dia pertanggung jawabkan.

"Sialan."

Umpatan itu menjadi hal pertama yang keluar dari bibirnya setelah lebih dari tiga jam dia minum dalam diam di tempat itu.

Merasa dia sudah tidak mampu untuk mengontrol dirinya, Jungkook memutuskan untuk segera pulang. Setidaknya ada kemungkinan Jimin telah tertidur pulas saat ini di salah satu kamar di rumahnya. Semoga saja Jimin tidak memilih kamar Jungkook. Begitu yang dia pikirkan sebelum dia memanggil taxi untuk pulang. Tentu Jungkook tidak sempat membawa mobilnya ketika dia mengejar Yeonji tadi.


_____________________________

seperti biasa, jangan lupa tinggalin feedback yaa! kalau mau ngobrol boleh banget!

aku butuh temen ngehype kookmin soalnya huhuu:"

dah, see you on the next chapter!!

Tumble Like A Stone ㅡ Jikook/KookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang