Sehun menyukai musim gugur.
Karena di musim itulah
bunga favoritenya akan bersemi.
Berbeda denganku yang sangat
menyukai bau tanah di musim hujan.***
"Baiklah. Ayo kita menikah."
"Oh wow!"
Seru Johnny begitu mendengar kalimat singkat tak terduga yang keluar dari bibir pria dengan image dingin itu. Beda halnya dengan Sooyoung yang tersenyum penuh kemenangan seraya bertepuk tangan.
"Emm.. Teman-teman, apa kalian benar-benar serius?"
"Apa?"
Tanya Sooyoung dan Sehun yang sontak menoleh menatap Johnny. Lelaki bertubuh bongsor itu menggaruk pelipisnya yang tak gatal sebelum ia mencondongkan tubuhnya untuk mendekat.
"Dengar. Pernikahan bukan hal yang sesederhana itu. Ini bukan seperti kalian bepergian dan bersenang-senang di taman bermain."
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"
"Kita masih berusia 17 tahun. Ingat?"
Ujar Johnny yang di angguki setuju oleh Sehun. Sementara Sooyoung mengernyitkan keningnya. Tak mengerti dengan arah pembicaraan lelaki itu.
"Setelah menikah, menurutmu apa yang akan kalian lakukan?"
"Itu.. Tentu saja.."
Sooyoung memutar bola matanya tampak berpikir. Lain halnya dengan Sehun yang menumpu dagu dengan telapak tangannya. Membuat Johnny yang sedari tadi memperhatikan keduanya menghela nafas kasar dan menggeleng pelan.
"Tentu saja kalian akan tinggal bersama."
"Ah benar! Itu benar! Kita akan tinggal bersama. Huaah.. Aku tak sabar untuk hal itu. Kita bertiga akan berada di bawah atap yang sama. Oh yeah, aku tak perlu membersihkan rumah lagi karena ada kalian yang akan melakukannya!"
Seru Sooyoung kegirangan membuat kedua sahabatnya itu saling bertukar pandang dengan wajah bingung mereka.
"Park Sooyoung, yang benar saja?"
"Hm? Apa?"
"Ah aku lelah dengan gadis ini."
Teriak Johnny frustasi. Mengabaikan tatapan beberapa pengunjung yang menjadikan mereka pusat perhatian. Melihatnya, Sehun hanya terkekeh pelan sembari menepuk ringan punggung lelaki itu. Terkadang, Sooyoung bisa menjadi sangat menyebalkan karena pemahamannya yang terbilang lamban.
"Jadi begini, saat kau dan aku menikah, kita berdua akan hidup bersama. Hanya kita berdua. Tak ada Johnny. Kau melihat bagaimana orang tua kita kan? Karena menikah, maka mereka hidup hanya berdua sebelum akhirnya memiliki kita sebagai anak mereka."
"Lalu?"
"Menurutmu, setelah kita hidup berdua, apa yang kita lakukan?"
"Bukankah kita hanya perlu menjalani hari-hari seperti biasa? Yang menjadikannya berbeda hanya kita akan lebih sering bersama."
"Benar. Itu salah satunya. Tapi ada perbedaan yang sangat besar yang kau harus hadapi."
Kali ini Johnny kembali membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky With A Million Hopes [END]
Fanfiction{FANFICTION} Di tengah hamparan bunga cosmos yang tumbuh dengan cantik itu, aku berdiri tegak. Mendongakkan kepala, menatap luasnya langit tenang yang memanjakan mata. Ya. Itu adalah langit biru. Langit dengan sejuta harapan yang pernah mengudara.