2

339 60 3
                                    

Berada di bawah langit yang sama.
Menghirup udara yang sama.
Tak mampu memaknainya sebagai cerita yang sama.

***

"Aku dengar kau sakit."

Ujar Sooyoung memasuki ruangan dengan suara cemprengnya. Diikuti Johnny yang mengekor di belakang gadis cilik itu. Berjalan mendekati Sehun yang terduduk di atas ranjang sembari bersedekap dada. Sementara anak lelaki itu hanya mengangguk pelan dengan mengerucutkan bibirnya.

"Kau sakit apa?"

Kini Johnny yang bersuara. Menaiki tangga yang menghubungkan langsung dengan ranjang kemudian duduk di hadapan Sehun.

"Aku tidak tau. Paman dokter beberapa kali datang untuk melihatku. Tapi ia tak mengatakan apa-apa."

"Itu artinya kau baik-baik saja. Pamanku seperti itu ketika ia memeriksaku. Ia tak mengatakan apa pun dan hanya memberiku obat. Keesokannya aku akan sembuh."

Ucap Sooyoung kecil tersenyum lebar membuat dua anak lelaki lainnya turut tersenyum dan mengangguk setuju.

"Ah kuenya! Johnny, aku meninggalkan kue untuk Sehun di ruangan pamanku."

"Kau ini selalu pelupa!"

"Kau yang tak mengingatkanku. Ayo ikut aku untuk mengambilnya."

"Dasar.."

Keluh Johnny namun ia segera bangkit dan turun dari ranjang. Mengikuti langkah Sooyoung setelah sebelumnya melambaikan tangan pada Sehun.

Setibanya di depan ruangan sang paman yang merupakan salah seorang dokter anak di rumah sakit tempat Sehun di rawat, Sooyoung tersenyum seraya memegang gagang pintu. Namun pergerakan tangan mungil itu terhenti begitu ia mendengar suara dari dalam yang tak asing baginya.

"Sepertinya penyakit jantung bawaan Sehun semakin parah."

"Tapi ia masih berusia enam tahun dokter. Tolong lakukan sesuatu."

Suara seorang wanita yang Sooyoung yakini adalah ibu dari temannya itu. Baik Sooyoung dan Johnny saling bertukar pandang. Menatap satu sama lain dengan tatapan polos mereka.

"Untuk saat ini yang bisa kita lakukan hanya memantau perkembangannya dan memberi perawatan yang seharusnya. Sehun juga tak bisa melakukan aktivitas yang berlebihan mengingat ia masih berada di usia yang sangat rentan."

"Apakah ia bisa sembuh?"

"Kemungkinan itu masih ada. Namun aku tak bisa menjanjikannya."

"Jadi anda mengatakan bahwa anakku tak akan sembuh?"

"Jika kondisinya kian memburuk, aku rasa bertahan hingga usia 20an akan sangat sulit."

Terdengar isak tangis yang samar-samar. Sementara gadis kecil di balik pintu mulai tertunduk. Memandang sepasang sepatu putihnya yang berbulu. Sama halnya dengan Johnny yang turut tertunduk dan bersedih atas kabar yang baru saja di dengarnya.

-

"Minggu depan adalah waktunya."

Ujarnya yang membuat raut wajah gadis itu perlahan berubah menjadi datar. Sehun menghela nafas pelan dan mengubah posisinya menjadi duduk. Menatap dalam pada sepasang manik mata Sooyoung. Membuat gadis itu tertunduk, enggan untuk membalas tatapan pria di hadapannya.

"Bagaimana menurutmu?"

Tanya Sehun yang membuat Sooyoung menggigit bibir bawahnya.

"Kali ini kau akan tinggal berapa lama?"

Suara kecil milik Sooyoung terdengar setelah tak ada pembicaraan diantara keduanya untuk waktu yang cukup lama. Sehun tersenyum simpul seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi taman. Memandang lurus hamparan langit luas di hadapannya.

"Tergantung bagaimana kondisiku? Aku selalu melakukan apa yang diarahkan oleh pamanmu. Jadi mungkin aku tak akan lama disana."

"Bolehkah aku berkunjung?"

"Tidak."

Tolak pria itu tegas membuat Sooyoung mengangkat wajahnya dan memandang sahabatnya dengan tagapan memohon. Namun Sehun kembali tersenyum seraya mengacak pelan rambut gadis itu.

"Kau harus belajar. Sebentar lagi ujian."

"Tapi kau juga harus belajar. Aku akan membantumu belajar."

"Kau tak perlu melakukannya. Otakku ini cukup pintar walau aku hanya tidur selama pelajaran."

Sahutnya yang membuat Sooyoung kembali berdecak kesal. Ia memilih bungkam sembari menyandarkan kepalanya di bahu lebar Sehun dan memejamkan mata.

"Ah langitnya sangat biru."

"Cuaca hari ini sangat bagus. Kau yakin hanya akan menghabiskan waktumu di rumah? Aku belum ingin pulang."

"Mau bermain?"

"Kali ini apa lagi? Kau hanya akan membuatku di marahi oleh pamanku."

Terdengar tawa renyah milik Sehun. Merangkul bahu Sooyoung dan menyandarkan kepalanya di kepala gadis itu seraya memejamkan mata. Menikmati semilir angin yang berhembus lembut diiringi dedaunan pohon maple yang berguguran.

~~~

Blue Sky With A Million Hopes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang