17

181 37 2
                                    

Saat itu, langit tak lagi biru.
Ia tak secerah langit-langit
yang sebelumnya.
Begitu muram dan
tampak tidak tenang.
Dan hujan turun membasahi
bumi di musim panas

***

"Kami sudah menemukan pendonor yang cocok."

Ucap Changmin tersenyum menatap Yoona dan Siwon yang menatapnya tak percaya. Pasangan suami istri itu saling bertukar pandang sebelum akhirnya kembali menatap sang dokter.

"Apakah aku tak salah dengar?"

"Tidak. Kami benar-benar sudah menemukan donor yang tepat untuk anak kalian."

"Jika boleh tau, siapa.."

"Ia adalah seorang wanita berusia 25 tahun yang beberapa hari lalu mengalami kecelakaan fatal dan baru saja dinyatakan mati otak. Orang tua dan seluruh kerabatnya telah menyetujui prosedur transplantasi organ yang merupakan keinginan terakhir pasien sebelum kecelakaan terjadi."

"Sayang, akhirnya."

Yoona menghambur ke dalam pelukan Siwon dengan tangis harunya. Sama halnya dengan sang istri, pria itu tersenyum dengan sepasang matanya yang berkaca-kaca.

"Aku tau tak seharusnya aku sebahagia ini disaat orang tua lainnya harus kehilangan anak mereka. Tapi bolehkah aku bertemu dengan mereka? Setidaknya aku ingin berterima kasih."

"Tentu."

"Paman!"

Seruan Johnny menginterupsi percakapan tiga orang itu. Mereka beralih menatap lelaki jangkung yang terlihat jelas gurat ketakutan di wajahnya.

"Ada a-"

"Sehun. Ia, ia terlihat tidak baik."

Mendengar penuturannya, sontak pria berjas putih itu pun bergegas diikuti tiga orang lainnya. Tak membutuhkan waktu lama hingga mereka berada di ruang rawat Sehun. Dilihatnya Sooyoung terduduk di sisi kanan ranjang. Dengan menggenggam erat tangan lelaki itu, ia menangis sesenggukan.

"Ada apa?"

Tanya Changmin berjalan menghampiri salah seorang dokter yang melihat kedatangannya.

"Sehun mengalami infeksi jantung yang menyebabkan terjadinya aritmia (detak jantung yang tidak beraturan). Ia juga sempat mengalami henti jantung untuk sesaat."

"Apa? Baru beberapa saat yang lalu aku memeriksanya dan tidak ada yang salah dengannya."

"Kami tidak mengetahui apa yang menyebabkan ia tiba-tiba mengalami hal seperti ini."

Pria tinggi itu bergegas mendekati ranjang. Dilihatnya Sehun menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosongnya serta nafasnya yang terdengar lemah.

"Perlihatkan padaku chart medisnya."

Pinta Changmin membuat salah seorang perawat memberikan selembar kertas yang ia minta. Pria itu membacanya dengan seksama hingga akhirnya ia menghela nafas kasar.

Changmin mengalihkan pandangan pada Sooyoung yang tangisnya tak kunjung reda. Ia menatap keponakannya dengan begitu iba. Pria itu kemudian beralih memandang Yoona dan juga Siwon yang menatapnya menuntut penjelasan.

"Mari kita bicarakan ini di luar."

Bisiknya mendekat dan mengalihkan pandangannya pada Sooyoung. Mengerti dengan maksud pria itu, baik Yoona maupun Siwon mengangguk setuju dan mengikuti langkah sang dokter.

Begitu berada sedikit jauh dari ruang rawat Sehun, Changmin terdiam sejenak. Ia menatap dua orang dihadapannya dan terlihat ragu untuk buka suara.

"Ada apa?"

Tanya Yoona yang kini mulai tak sabar.

"Maafkan aku harus mengatakan ini padamu. Tapi.."

"Tak perlu meminta maaf. Kami tau ini bukan hal yang baik. Karena itu cepat katakan, ada apa?"

"Kondisinya memburuk. Rangsangan pupil pada cahaya dan juga reaksinya terhadap sentuhan juga melemah. Ia juga mengalami infeksi pada jantung."

"Apa?"

"Melihat kondisinya saat ini akan tidak memungkinkan untuk menjalani operasi transplantasi jantung."

Jelasnya yang membuat tangis Yoona kembali terdengar. Wanita paruh baya itu membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Berusaha meredam tangisnya agar tak terdengar.

"Lalu bagaimana dengan nasib anakku?"

"Untuk sementara, kami akan menstabilkan kondisinya terlebih dahulu. Saat kondisinya membaik, barulah ia bisa menjalani operasi."

"Lalu bagaimana dengan pendonornya?"

"Ia belum dinyatakan meninggal karena alat medis yang menyokong hidupnya belum di lepas. Kami akan mencoba berbicara lebih lanjut dengan anggota keluarganya."

Sahut pria itu berusaha meyakinkan dua orang di hadapannya.

Sementara di dalam ruangan, Johnny masih berdiri di ambang pintu. Menatap tak percaya pada pemandangan di hadapannya. Sahabatnya itu bahkan tak lagi merespon tangisan Sooyoung yang terdengar begitu nyaring.

"Kau harus lebih bersabar padanya."

"Aku tak selalu bisa menemaninya. Kau tau itu."

"Tetaplah berada di sisi Sooyoung. Apapun yang terjadi, tolong jangan pernah meninggalkannya."

"Jika saat itu benar-benar terjadi, maukah kau memeluk dan menenangkannya?"

Lagi. Ia kembali teringat ucapan Sehun kemarin. Mengingatnya membuat perasaan Johnny semakin terpukul.

Setelah menghela nafas panjang, lelaki itu pada akhirnya memutuskan untuk mendekat. Menatap sendu pada Sehun yang tatapannya tampak kosong seolah tak menyadari kehadiran dua orang di sampingnya.

"Sooyoung.."

"Aku harus bagaimana? Ia bahkan tak membalas genggaman tanganku lagi. Seolah tak tau jika aku ada di sampingnya. Aku harus bagaimana Johnny? Aku takut."

Ucap gadis itu mendongak menatap lelaki jangkung di sampingnya. Tak tau bagaimana harus bereaksi, Johnny hanya mengusap lembut puncak kepala gadis itu dan beralih menepuk ringan punggungnya berusaha untuk menenangkan. Namun hal itu tak lagi berhasil.

Tangis Sooyoung semakin menjadi dan tubuhnya bergetar hebat. Ia kembali menunduk dan mengecup punggung tangan Sehum beberapa kali dengan begitu lembut dan berhati-hati. Seolah khawatir jika lelaki itu akan kesakitan.

"Tadi malam kami masih tidur bersama. Ia memelukku begitu erat. Tangannya masih terasa sangat hangat. Ia bahkan tersenyum kepadaku. Tapi apa ini?"

"Sooyoung, tenanglah.."

"Aku tak mau kehilangannya. Tidak. Aku tak bisa kehilangannya. Aku belum siap Johnny. Tidak akan pernah siap. Sehun, aku mohon jangan tinggalkan aku."

Tangis gadis itu kembali menenggelamkan wajahnya di punggung tangan Sehun dan menangis sejadinya. Tak mampu berkata-kata, yang bisa Johnny lakukan hanya merangkul Sooyoung dari belakang dan berusaha menyembunyikan tangisnya.

Pada nyatanya lelaki itu juga tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Ia sama halnya dengan Sooyoung. Sama hancurnya. Mereka memiliki ketakutan dan kekhawatiran yang sama. Takut untuk ditinggalkan.

~~~

Blue Sky With A Million Hopes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang