Kedepannya semua ceritaku tidak akan sesering dulu dalam up cerita.
Aku cukup menyadari selama ini
terlalu terburu-buru dalam
melanjutkan ceritaku hingga membuat aku pribadi kurang puas
dengan sebagian besar cerita
yang uda aku up.
Aku yakin kalian pun juga begitu.
So, happy reading ^^***
(Cr : Pinterest)
"Ya ampun, putriku paling cantik."
"Tentu saja. Anakmu kan satu-satunya bayi perempuan disini Min Young."
Sahut Jessica tak melepaskan pandangannya dari ketiga bayi yang tampak lelap dalam tidurnya. Sementara Yoona yang sedikit sibuk dengan pumping untuk memompa ASInya, hanya dapat tersenyum melihat tingkah dua orang sahabat yang baru saja menyandang status sebagai seorang ibu.
"Sungguh ini benar-benar kebetulan yang luar biasa. Bagaimana bisa kita melahirkan di hari yang sama dengan jangka waktu beberapa jam? Kita bahkan tak merencanakannya."
"Benar juga. suamiku bahkan dibuat kebingungan karena kontraksi yang kurasakan saat menemani Yoona melahirkan."
"Ah ya. Ekspresi wajah Heechul saat itu benar-benar lucu."
"Donghae juga begitu saat kau akan melahirkan, Hwang Min Young. Siwon mengatakannya padaku."
Ujar Yoona menimpali ucapan Min Young membuat wanita itu mengangguk setuju. Mereka kembali memperhatikan buah hati mereka yang tak terusik sedikit pun. Senyuman manis menghiasi wajah para ibu baru itu.
"Ayo kita mendidik dan membesarkan mereka bersama-sama serta memiliki hubungan yang erat seperti kita."
"Kau benar. Johnny dan Sehun akan menjadi penjaga Sooyoung nantinya."
"Aku penasaran akan satu hal."
"Apa?"
"Mengapa kau menamai anakmu seperti orang asing Su Yeon?"
"Jessica. Panggil aku Jessica. Johnny kan anakku. Mengapa kau yang mempermasalahkannya? Heechul saja tak keberatan."
"Sudah sudah. Kalian terlalu berisik. Nanti-"
Belum selesai Yoona berbicara, tangis ketiga bayi mungil itu mulai terdengar dan semakin nyaring. Membuat mereka bergegas menimang anak mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky With A Million Hopes [END]
Fanfic{FANFICTION} Di tengah hamparan bunga cosmos yang tumbuh dengan cantik itu, aku berdiri tegak. Mendongakkan kepala, menatap luasnya langit tenang yang memanjakan mata. Ya. Itu adalah langit biru. Langit dengan sejuta harapan yang pernah mengudara.