Typo mohon maaf!
"Guanleeeeen!" Teriakan menggelegar itu berasal dari Renjun dengan segenap kemarahannya.
"Apa, baby?" Sahut seorang pemuda dari ambang pintu kelas dengan santai sambil melipat tangan.
"Bayar iuran kelas, Guan! Mau sampai kapan menunggak?" Renjun menatap tajam lelaki berkulit pucat itu.
Jabatan bendahara yang di emban olehnya membuat Renjun bersikap tegas. Namun tidak berlaku untuk seorang bernama Lai Guanlin. Lelaki itu selalu membuatnya jengkel dengan banyak alasan karena tidak mau membayar iuran setiap minggu dikelasnya, sebut saja kas.
"Kau itu ketua kelas! Tapi sikapmu selalu membuatku jengkel!" Keluh si mungil sembari mengayunkan langkah menghampiri pemuda Lai itu. "Bersikap bijak bisa tidak?" Tanyanya setelah berhadapan.
"Berapa? Aku ini orang kaya, mudah untukku membayarnya. Tapi berhubung sekarang aku belum berniat membayar, tunggu sampai aku mempunyai niat," tutur Guanlin masih terlihat santai. Alisnya sengaja naik untuk menggoda Renjun yang sudah terlihat sangat kesal.
Kesal karena merasa pemuda dihadapannya ini hanya membual, Renjun meninju sedikit keras bahunya. "Cepat bayar!" Galaknya.
"Tidak mau."
"LAI GUANLIN!!"
"Yes?"
Renjun melengos dari sana. Otaknya terlalu lelah menghadapi sikap bebal sang ketua kelas. Kadang ia bertanya-tanya siapa gerangan yang sudah memilik lelaki jangkung itu untuk menjadi ketua kelas? Bodoh sekali. Walaupun telah bersama sejak kecil, tetap saja Guanlin tidak pernah absen membuat emosinya memuncak disetiap harinya.
"Jika besok kau tidak membayarnya, aku pastikan tanganku sendiri yang akan menguras isi dompetnya!" Ancaman itu seperti angin lalu untuk Guanlin. Ia mengikuti Renjun dibelakang. Memperhatikan punggung sempit itu dengan kekehan geli.
"Ah, takut sekali," itu sebuah ejekan untuk Renjun. Setelahnya lelaki jangkung itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetnya. Memberikan itu kepada Renjun secara cuma-cuma. "Untuk membayar bulan ini dan bulan lalu. Cukup?"
"Banyak sekali," lirih Renjun lalu memandang sahabatnya itu dengan aneh.
"Sisanya bisa digunakan untuk keperluan kelas yang lain," ujar Guanlin memperjelas ucapannya.
"Oke."
.
.
.
.Jaemin menggeliat dalam tidurnya. Oh, sudah berapa lama ia tertidur?
Jam dikamarnya menunjuk angka 12. Kepalanya sedikit merasa pusing, semalaman ia tidak bisa tidur sebab badannya yang sakit bukan main. Ia tidak ingin seperti ini, tapi Tuhan sepertinya sedang ingin memberikan sedikit arti dari keadaan yang dialaminya.
"Siang," suara bariton itu menyeruak menyapa inderanya. Netranya berpendar mencari asal suara. Jaehyun tengah duduk di sofa kamarnya. Senyum yang menampilkan lesung pipi itu membuat Jaemin mau tak mau ikut mengembangkan senyum manisnya.
"Sejak kapan kau disini?" Pemuda Na itu bertanya sembari mendudukkan dirinya.
Jaehyun menghampiri lelaki manis itu, membantu Jaemin. "Belum lama, mungkin sekitar 15 menit," balas Jaehyun tak berbohong.
"Apa Renjun sudah pulang?"
"Sepertinya belum. Kenapa?"
"Kau tidak menjemputnya?" Jaemin keheranan tentu saja. Pasalnya, Jaehyun selalu melakukan antar jemput pada kembarannya sejak resminya hubungan mereka. Jika ditanya bagaimana dengan Jaemin, ia akan menjawab sakit hati. Namun tidak bisa berbuat lebih, karena memang sudah tidak ada hak untuk menentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Fanfiction[TERBIT] Kisah Huang Renjun, seorang kembar dari keluarga kaya. Sedikit kisah asmara, dibumbui konflik keluarga. BxB || GAY || MPreg ©Jeojae 2020 Start : 5 Desember 2020 Finish : 27 Desember 2020 Pict : Pinterest