8

36.6K 5.9K 1.6K
                                    

Typo mohon maaf!

"Itu milik Jaemin," ucap Renjun dengan menatap lurus pada Jaehyun.

Suasana yang tergambar begitu kontras dengan dingin. Langit malam ini tidak sepenuhnya memberi bahagia untuk salah satu dari ketiga orang itu. Ada sedikit sesak yang mendera Renjun kala bibirnya mengeluarkan imbuhan bernada lembut. Satu titik di dadanya seakan ditekan dengan puluhan tangan.

Mungkin ia tidak menyadari jika dirinya sudah terbiasa dengan kehadiran Jaehyun. Sifat dingin dan tatapan datar lelaki itu sudah melekat dipikirannya. Kini, ia harus kembali melepaskan. Ya, benar-benar melepaskan tanpa satu kesempatan.

Angin malam berhembus pelan menyapa permukaan kulit. Sensasi menggelitik dan dingin begitu nyata. "Apa benar?" Jaehyun mengeluarkan satu pertanyaan yang mampu membuat Jaemin tersudut.

"Jaemin, tatap aku!" Itu adalah sebuah perintah mutlak yang harus segera dilakukan.

Renjun sedikit bergeser menjauh dari dua orang itu. Menatap mereka dengan tenang serta tangan terlipat didepan dada. Bibirnya membentuk garis lurus. Wajah tanpa ekspresi miliknya memancarkan aura berbeda kali ini.

"Jeno, aku rindu." Hanya sebuah ungkapan dalam hati dengan netra beralih memandang bulan. Berharap sosok itu kembali menghampiri walau hanya dalam imajinasinya.

"Aku juga," suara itu. Renjun tentu mengenalinya. Matanya ditutup dengan tiba-tiba, sesuatu yang selalu dilakukannya kala suara itu muncul.

"Aku ingin bertemu, Jeno." Renjun lagi dan lagi hanya berucap dalam hati. Berharap sosok itu dapat mengerti.

"Ya, secepatnya."

Pemuda Huang itu tersentak saat suara Jaehyun mengalun tinggi ditengah fantasinya. Mengacau. Renjun merutuki lelaki itu.

"Jawab aku!" Sentak Jaehyun memegang bahu Jaemin dengan pandangan tegas.

"Aku rasa kalian harus berbicara dengan pikiran sedikit tenang," celetuk Renjun.

"IYA, JAEHYUN IYA! ITU MILIKKU!" Teriakan itu mampu membuat Renjun terperanjat. "Usianya 5 minggu dan dia anakmu!" Setelahnya suara isakan Jaemin terdengar pilu. Kentara dengan putus asa yang muncul dalam dirinya.

Ada perasaan iba saat matanya bertubrukan dengan Jaemin. Pemuda Na itu saudaranya, saudara sedarah. Bagaimanapun keadaannya, Renjun tahu dan mengerti perasaan Jaemin. Setitik sakit yang menyerang tubuh itu, satu ikatan yang terasa melilit tubuh Renjun.

"Kenapa tidak memberitahuku?" Jaehyun mendekap tubuh yang tengah bergetar hebat itu. Menyalurkan ketenangan yang ia punya. Tangan besarnya mengusap pelan punggung Jaemin.

Renjun memalingkan tatapannya dari pemandangan itu. Sekeras apapun ia menolak, rasa sakit itu tetap ada. Status Jaehyun dan dirinya jelas sebelum diputuskan. "Jeno, kau lihat kan? Aku juga membutuhkanmu disini," lirih si pemuda Huang menatap bintang yang berkedip.

.
.
.
.

Ada banyak hal yang ingin segera diceritakan kedua orang itu. Namun keduanya masih memilih untuk diam hingga 15 menit. Renjun berbaring diranjangnya dengan Siwon yang duduk disisi ranjang yang kosong tepat disamping Renjun. Tangan besar pria itu terulur mengelus kepala anaknya dengan sayang.

Renjun merasakan perubahan pria itu beberapa hari ini. Siwon menjadi sosok ayah yang sebenarnya untuk Renjun. Memperlakukan ia sama dengan anaknya yang lain. Perhatian dan kasih sayangnya begitu terasa hingga Renjun enggan berjauhan dengan pria itu. Ingin tetap bersama, tapi apa bisa?

"Ayah, apa benar aku anak haram?"

Siwon menatap anaknya dengan raut terkejut. "Kenapa bicara itu? Bukankah dulu ayah pernah menjelaskan tentang itu?"

DIFFERENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang