9

34.9K 6K 1.9K
                                    

Typo mohon maaf!

"Ayah," panggil Renjun saat dirinya sampai dilantai dasar rumahnya.

Disana, ruangan luas yang biasa disebut ruang keluarga, terdapat banyak orang. Suasana serius tergambar jelas disana. Kakinya berjalan menuju dimana ayahnha berada. Berdiri disamping pria yang kini tengah menatapnya kelewat tajam.

Renjun sedikit menunduk membalas tatapan itu. Ah, sepertinya ia datang disuasana yang salah. Netranya beralih memandang Jaehyundan Jaemin yang duduk berdampingan dengan tangan saling menggenggam. Berbeda dengan Jaemin yang menunduk, tatapan Jaehyun mengarah langsung pada lelaku mungil yang baru saja datang. Renjun membalas tatapan itu.

"Aku ingin bicara, Ayah," lirih Renjun tanpa mau orang lain mendengarnya.

"Nanti kita bicara, tidak sekarang. Kau bisa lihat Ayah sedang apa, bersabarlah," jawab Siwon pelan.

Renjun mengangguk, lalu menyapu pandangannya pada setiap orang yang ada disana. Beberapa diantaranya terasa asing untuknya. Jung Yunho dan Krystal Jung selaku orang tua Jaehyun berada disana, jangan lupakan seluruh anggota keluarga Renjun sendiri.

Saat porosnya bertubrukan dengan netra cokelat pria di sudut sana, tubuhnya membeku. Renjun memandang orang itu lamat-lamat. Seperti mendapat apa yang dicarinya, senang dapat ia rasakan. Kakinya melangkah menghampiri kedua orang itu.

"Paman," panggilnya pada si pria bersurai legam.

Lee Donghae melempar pandang pada istrinya, "ya, Renjun?" Balasnya setelah menangkap anggukan dari wanita cantik disampingnya.

"Pa-paman, kenapa ada disini?" Renjun masih menyadari situasi sekarang, maka dari itu, ia mengecilkan suaranya. Ia berdiri disamping Irene.

"Paman sahabat Ayahmu," balas Donghae dengan senyum miliknya.

Renjun mencoba mengatur nafasnya yang terasa berat. Pandangannya mengabur seperti ada banyak embun yang menghalangi. Tangan kecilnya memegang jemari lentik milik Irene, membuat si wanita tersentak.

Lupakan sejenak orang-orang yang kembali sibuk tentang pembahasan rencana pernikahan Jaehyun dan Jaemin. Renjun tidak peduli itu, walaupun hatinya tak urung merasa sakit, apa boleh buat? Apa ia bisa membatalkan rencana itu? Hah, bahkan perasaannya pada Jaehyun masih terlalu tabu untuk disimpulkan. Abu-abu tanpa warna lain untuk sedikit penerangan.

"Bunda, boleh aku tanya sesuatu tentang Jeno?" Renjun memandang wanita itu dengan mata berkaca.

Bae Irene mengangguk sedikit ragu, "tentu."

"Dimana Jeno? Jeno masih ada kan? Aku tahu dia masih ada," tanya Renjun.

"Renjun-"

"Paman, kumohon jangan katakan hal yang tidak ingin aku dengar," potong Renjun dengan suara bergetar.

"Jeno," Irene menatap Renjun dengan iba.

Renjun bersimpuh didepan kaki Donghae yang sedang duduk didampingi Irene yang berdiri disampingnya. "Aku mohon, aku mohon beritahu aku. Aku hanya ingin bertemu dengannya." Renjun menunduk menyembunyikan wajah basahnya. Tangannya menyentuh lantai dingin.

Tak ayal hal itu menarik perhatian semua orang termasuk Siwon yang menatap dengan kerutan di dahi. Ia bertanya melalu tatapan pada Donghae.

"Renjun, jangan begini. Bangun, nak." Irene meraih bahu yang nampak layu dan bergetar itu. Menatap anak itu dengan lembut lantas jemarinya bergerak mengusap air mata Renjun. Lalu memeluknya seraya menenangkan. Ia tahu, bahkan tahu bagaimana perasaan Renjun saat ini. Tidak ada yang bisa disalahkan.

DIFFERENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang