12.

2.4K 164 13
                                    

Memasuki usia 9 bulan, Jiwon memutuskan untuk cuti melahirkan, jadilah Jiwon hanya berdiam diri dirumah sambil mengerjakan suatu tugas yang mudah dilakukan oleh ibu hamil, yaitu makan dan tidur. Jiwon benar benar tidak boleh bergerak satu langkah pun dari kamarnya.

Rumah Seonho kini sangat dijaga ketat oleh beberapa asisten rumah tangganya yang setiap 1 jam sekali akan membuka pintu kamar Jiwon, mengecek keadaannya mana kala Jiwon tiba tiba kontraksi atau membutuhkan sesuatu.

Dan pastinya hal tersebut ditentang oleh Jiwon. Ia berkali kali memarahi Seonho karena dirinya memberikan pekerjaan extra hanya untuk menjaganya.

Udahlah aku gak bakal kenapa kenapa, mereka gausah kesini tiap satu jam sekali juga tidak apa. Mereka punya tugas sendiri kan” ucap Jiwon.

Aku sudah membayar mereka lebih untuk menjagamu. Jadi kau tidak perlu khawatir” ucap Seonho pada Jiwon.

Begitulah Seonho, jika diberi masukan pasti tidak pernah didengar. Dia selalu melakukan apapun yang ia mau sendirian tanpa berdiskusi dengan Jiwon. Seperti saat ini, Jiwon dengan kagetnya melihat Seonho yang baru saja pulang dari kantor sambil membawa stroller yang baru saja ia beli.

“Apa itu?” tanya Jiwon.

Stroller! Lihatlah, ini lebih kecil dari yang sebelumnya bukan? Warnanya juga putih biru, bagus untuk anak kita nanti” ucap Seonho.

Jiwon memejamkan matanya sambil menahan emosinya. Ia benar benar emosi dengan calon ayah ini. Padahal baru saja 2 minggu yang lalu mereka membeli sebuah stroller untuk bayi mereka, namun hari ini Seonho kembali kerumah sambil membawa stroller baru.

“Ani, maksudku kenapa kau membelinya? Kita kan sudah punya” ucap Jiwon.

“Yang ini berbeda. Ini lebih kecil dan lebih mudah dibawa kemanapun. Ini juga mudah dilipat!” ucap Seonho sambil mempraktekan cara melipat stroller baru tersebut.

Jiwon yang pusing langsung saja terduduk di pinggir ranjang sambil memegang kepalanya. Rasanya benar benar pusing sekali menahan Seonho untuk menghambur hamburkan uangnya. Padahal Jiwon sudah mengajarinya untuk berhemat, memang dasarnya saja lelaki ini suka sekali membeli barang barang yang tidak penting.

“Gwenchana?” tanya Seonho yang kaget melihat Jiwon memegangi kepalanya.

“Berapa banyak uang yang kau keluarkan untuk membeli stroller itu?” tanya Jiwon.

“Ini murah kok, tenang saja uang ku kan banyak” ucap Seonho sambil tersenyum. Jiwon benci itu.

“Ya tetap saja itu uang. Kita bisa pakai uang itu untuk kebutuhan yang lain” ucap Jiwon.

Seonho menggenggam tangan Jiwon. Ia tahu Jiwon kesal dengannya karena dirinya masih belum bisa menahan hasrat untuk membeli barang, seperti apa yang sudah Jiwon ajarkan padanya.

“Mianhae. Tadi aku sangat terkesima melihat barang ini bisa dilipat dengan sangat baik. Maka dari itu aku berniat membelinya” ucap Seonho.

Jiwon terdiam. Setidaknya lelaki ini paham dimana letak kesalahannya.

Fine. Lain kali lebih hemat lagi ya” ucap Jiwon pada Seonho.

Melihat Jiwon yang sudah tidak lagi marah, Seonho langsung saja mencium wanita itu dengan lembut. Sambil mengelus perut Jiwon yang sudah sangat besar. Bobot Jiwon bahkan sudah naik puluhan kilogram selama hamil.

Namun Jiwon tidak peduli, ia sama sekali tidak mempedulikan tubuhnya yang menggemuk, ia lebih mementingkan kondisi bayinya. Itu yang membuat Seonho sangat mencintai Jiwon. Karena Jiwon sudah sangat siap menjadi ibu yang baik bagi anaknya nanti.

After That Night✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang