14.

2K 127 9
                                    

Suara tangis bayi akhir akhir ini menjadi alarm untuk Seonho. Jika Jiho menangis untuk yang ke 5 kalinya dalam semalam berarti tandanya hari sudah menjelang pagi. Dan Seonho harus bangun untuk beraktifitas.

Menjadi seorang Ayah bukanlah hal yang mudah. Ia harus terbiasa dengar tangisan yang terkadang membuat telinganya pecah. Setelah melahirkan, Seonho bersih keras untuk tidur bersama Jiwon. Agar wanita itu tidak terlalu capek mengurus Jiho. Tentu saja Jiwon menolak pada awalnya. Namun Seonho terus menerus memaksa dan alhasil ini adalah hari ke 3 Seonho tidur sekamar dengannya.

Pagi ini Jiho tampak dalam mood yang baik, dia tenang saat digendong oleh ibunya dan diajak menuju ke taman belakang rumah. Sekedar memperkenalkan dedaunan hijau pada Jiho sekalian sunbathing bayinya. Tenang rasanya berada di halaman belakang.

Jiho sedikit merengek karena tidak nyaman, mungkin dirinya sudah terlalu kepanasan berada disana.

“Jiho-ya, tahan sebentar ya. Kau harus dijemur dulu” ucap Jiwon.

Seonho yang sudah siap dengan pakaian kantornya kini berjalan menuju meja makan. Namun ia tidak melihat Jiwon dan Jiho disana. Seonho pun memeriksa taman belakang untuk menemukan Jiwon dan bayinya. Benar dugaannya, mereka disana.

Seonho mencium pipi Jiwon dari belakang dan memberikannya Backhug juga. Jiwon hanya menikmati pelukan dari Seonho dan tidak bisa membalasnya karena dirinya sedang menggendong Jiho. Seonho dari belakang sana juga dapat melihat wajah Jiho yang sudah mengkerut. Ia tampak merengek.

“Jiho kenapa?” tanya Seonho.

“Entahlah, mungkin kepanasan” ucap Jiwon.

“Kalau begitu bawa masuk saja. Kasian dia jika menangis” ucap Seonho.

“Tidak bisa, ini belum waktunya dia masuk” ucap Jiwon.

Jiwon memang sedikit tegas apapun hal yang berkaitan dengan Jiho. Sejak Jiho masih didalam kandungan ia selalu membaca buku tentang bayi dan juga parenting yang baik untuk anak. Bisa dibilang Jiwon memang sangat siap untuk menjadi seorang ibu.

Itu baik, Seonho jadi tidak khawatir tentang anaknya. Karena ia yakin Jiwon pasti bisa mendidik Jiho dengan baik. Ia pun juga harus bisa mendidik Jiho.

“Kau tidak ke kantor?” tanya Jiwon.

“Belum, CEO mah boleh telat” ucap Seonho memakai nada sombongnya.

“Aigo, jika aku punya CEO sepertimu, mungkin aku sudah keluar dari perusahaanmu. Cepat makan dan berangkat” ucap Jiwon pada Seonho.

“Ayo sarapan bersama” ucap Seonho.

“Aku sedang menjemur Jiho” ucap Jiwon.

“Jiho terus akunya kapan?” tanya Seonho.

Jiwon menghela nafasnya. Seonho akhir akhir ini memang sedikit manja padanya. Jiwon tampak seperti ibu dua anak saat ini. Disatu sisi ia harus menjemur bayinya disisi lain anaknya yang paling besar minta makan.

Seonho memang sedikit manja pada Jiwon karena wanita itu sekarang lebih memperhatikan Jiho ketimbang dirinya. Ya wajar sih memang karena Jiho masih bayi dan tidak bisa melakukan apapun sendiri, namun Seonho jadi terlantar.

Ia bahkan kemarin cerita pada ibunya jika Jiwon lebih perhatian pada Jiho ketimbang dirinya, yang mana mendapatkan pukulan dari ibunya karena Seonho masih saja bertingkah seperti anak kecil. Tidak sesuai dengan umur dan jabatan yang ia miliki sekarang.

“Kamu gabisa makan sendiri?” tanya Jiwon. Seonho pun menggeleng.

“Mau disuapin kamu” ucap Seonho.

After That Night✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang