Part 8

1K 72 23
                                    

Tubuh Mona bergetar ketakutan, matanya bahkan sudah berkaca-kaca saking takutnya.

Sial! Bagaimana bisa Paul masuk ke dalam flat nya?

"Apa kau sedang bertanya-tanya bagaimana aku bisa masuk?" bisik Paul seolah bisa membaca apa yang sedang Mona pikirkan.

"Gampang saja, kalau aku mau aku sudah berada disini beberapa hari yang lalu. Tapi aku sengaja memberimu waktu dan ta-da... Ini adalah hari yang tepat untuk pertemuan kita." Paul terkekeh pelan seraya menggoyangkan beberapa anak kunci yang mirip kunci pintu flatnya, membuat Mona merinding.

Paul menggiring Mona menuju ke kamar, tapi Mona berusaha menahan dirinya agar tidak bergerak dan itu membuat Paul kesal hingga mengambil keputusan dengan menggendong Mona ke dalam kamar.

Paul menggiring Mona menuju ke kamar, tapi Mona berusaha menahan dirinya agar tidak bergerak dan itu membuat Paul kesal hingga mengambil keputusan dengan menggendong Mona ke dalam kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lepaskan aku Brengsek!" Maki Mona seraya memukul dada Paul sekuat tenaga.

"Tenanglah, kau bisa jatuh," seru Paul dan meletakkan Mona diatas tempat tidur. Mona dengan cepat berlari ke sudut tempat tidurnya, sementara Paul berbalik untuk mengunci pintu kamar. Mata Mona bergerak liar, mencari benda apa saja yang bisa digunakan untuk membela diri. Sayangnya dikamar itu tidak ada apapun yang bisa dia pakai untuk memukul Paul.

"Menyerah saja, bukankah kau juga suka setiap kali kita menghabiskan malam bersama?" Paul melangkah lebih dekat untuk menghampiri Mona.

"Tidak!" Teriak Mona histeris, dia meraih bantal-bantal yang ada didekatnya dan melemparnya kearah Paul.

"Tolong jangan sakiti aku." Mona menutup kedua telinganya dengan tangan dan menangis tersedu-sedu. Bayangan tentang masa lalu mereka yang kelam kembali terlintas di benaknya, ingatan tentang Paul yang memukul dan juga menyakitinya memberi tanda bahaya ke otaknya kalau kali ini semua akan terulang kembali.

Paul menatapnya tanpa rasa iba sedikitpun, di otaknya hanya ingin menyentuh Mona. Dia yakin Mona juga masih mencintainya sama seperti empat tahun lalu. Melihat Mona yang ketakutan membuat Paul semakin bersemangat. Dia melanjutkan langkahnya, mendekati Mona yang sedang berjongkok ketakutan disudut tempat tidur.

Mona takut. Apalagi Jeremy tidak mungkin akan datang kali ini, tidak ada kebetulan dua kali. Satu-satunya jalan mungkin adalah memilih kematian, Mona melihat ke sekeliling kamarnya sekali lagi. Sebuah gunting kecil yang tergantung di samping lemari memberinya sebuah harapan. Lebih baik mati daripada harus disetubuhi oleh pria jahanam itu!

Brakkk...

Mona menubruk perut Paul dengan kepala layaknya banteng yang mengamuk, membuat pria itu oleng dan terjatuh ke lantai. Mona dengan cepat mengambil gunting lalu menusuk pundak Paul, hingga Paul berteriak kesakitan. Darah segar mengalir membuat kaos putih Paul berubah menjadi merah. Mona berubah pikiran, lebih baik dia menghabisi Paul saja agar semua masalah selesai. Tidak peduli dia harus dipenjara, sayangnya gunting kecil tidak cukup untuk menghilangkan nyawa pria itu.

13. Monalisa (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang