Part 9

1K 66 8
                                    

Mona masih menatap Jeremy, bingung harus menjawab apa karena dia juga tidak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini. Kembali ke flat nya tentu saja tidak mungkin, Mona tidak tahu apa Paul masih berada disana atau sudah pergi.

"Jangan tinggal di sana lagi. Aku akan menghubungi salah satu temanku yang bekerja di kepolisian, kita akan mengambil barang-barang mu yang penting saja," ucap Jeremy seraya mengambil ponselnya.

"Aku akan berbicara dengannya sebentar." Jeremy keluar dari mobil untuk menelpon temannya. Sedangkan Mona hanya bisa menurut saja, mungkin untuk malam ini saja dia bisa menumpang dirumah Jeremy dan besok pagi dia akan ke apartemennya yang baru.

"Apa Paul mengetahui tentang apartemennya itu?" Mona refleks menggigit kukunya tanda dia sedang gugup, bagaimana kalau Paul mengetahui tempatnya dan datang lagi seperti hari ini? Sial! Mona tidak bisa berpikir lagi, seharusnya tadi dia mengambil pisau dapur lebih dulu dan membunuh Paul. Setidaknya dia bisa hidup tenang di penjara dari pada harus ketakutan seperti sekarang.

Jeremy duduk kembali di kursi pengemudi.

"Sir." panggil Mona pelan.

"Ada apa?" tanya Jeremy seraya memiringkan tubuhnya menghadap Mona.

"Ta--tadi aku menusuk pria itu," ucap Mona pelan.

"Apa?" sontak Jeremy terkejut mendengar pengakuan Mona.

"Tapi aku yakin dia tidak mati, karena itu hanya gunting kecil." tambah Mona seraya menunduk.

"Tapi itu sangat berbahaya, bagaimana kalau dia membalas dengan menyakitimu," ucap Jeremy frustasi. Yang dia takutkan bukan Paul terluka, tapi seandainya Mona yang terluka. Jeremy menghela nafas kasar lalu mengusap kepala Mona.

"Kita akan melihatnya apa masih berada di flat mu atau tidak." Jeremy bersiap mengemudikan mobilnya menuju gedung flat Mona.

Mona hanya bisa meremas jemarinya yang sudah berkeringat, dia takut teman Jeremy yang bekerja di kepolisian itu malah menyalahkan dirinya. Karena perbuatan Mona untuk membela diri, mungkin tidak apa-apa. Tapi tetap saja Mona merasa sedikit khawatir, karena pandangan setiap orang berbeda-beda.

Mereka akhirnya tiba di gedung flat Mona, Jeremy membuka pintu dan memapah Mona berjalan. Tadinya Jeremy ingin menggendong Mona, tapi dengan cepat Mona menolaknya. Seperti biasa, Mona takut orang-orang akan salah paham hingga membuat Jeremy tidak nyaman. Lagi pula kakinya hanya terluka, bukan patah.

"Hai bro." Seorang pria seumuran Jeremy datang menghampiri mereka dan berjabat tangan dengan Jeremy.

"Jadi dia yang kau ceritakan?" Pria itu tersenyum kepada Mona lalu menyenggol bahu Jeremy untuk menggoda temannya.

"Kalau begitu kita harus melihat kondisi flat nya," ucap pria yang bernama Tedi itu.

Jeremy mengangguk.

"Tidak apa-apa, temanku akan mengurus semuanya." bisik Jeremy lembut, membuat hati Mona seketika menjadi tenang.

Mereka bertiga masuk ke dalam lift lalu menuju flat Mona.

Ceklek.

Teddy membuka pintu flat Mona yang tidak terkunci. Jeremy dan Teddy saling melirik untuk memberi kode, Mona bisa melihat sebuah pistol terselip di pinggang Teddy.

Teddy membuka pintu kamar Mona dan menatap sekelilingnya untuk mencari keberadaan Paul. Tapi kamar itu terlihat kosong dan rapi. Mona yakin Paul pasti merapikan kamarnya sebelum pergi dari flat-nya, bahkan tidak ada jejak darah sedikitpun.

"Dasar gila! Entah apa lagi yang direncanakan pria itu." batin Mona.

Jeremy dan Teddy mulai berkeliling semua ruangan, memastikan kalau Paul tidak berada di ruangan itu.

13. Monalisa (THE END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang