14

1.4K 128 2
                                    

Hari kedua jihoon dan soonyoung di namyangju mereka memilih untuk membatu memanen sisi lain kebun milih orang tua soonyoung dengan baju khas petani dan berbagai alat yang mereka bawa serta bekal makan siang yang sudah jihoon dan eomma Kwon siapkan mereka berangkat menuju ladang tomat dan cabai.

Jihoon dan soonyoung meletakan perbekalan mereka di atas tikar yang mereka bentang di bawah pohon samping ladang.

"Kau tomat atau cabai"ujar jihoon menatap soonyoung
"Tomat saja"sahut soonyoung
"Kalau begitu aku cabai"

Soonyoung dan jihoon pergi ketempat dimana tanaman yang ia pilih kebun milik orang tua soonyoung tidak begitu luas karena memang ini hanya kesukaan orang tua soonyoung berkebun, sedangkan kebun yang lebih luas jauh dari rumah dan sudah ada yang mengurusnya.

Jihoon sesekali melihat jam dan tak sadar jika sudah hampir mendekati makan siang karena terlalu asik dengan cabai di hadapannya.

"Soonyoung-ie istirahat dulu...kita makan dulu"panggil jihoon
"Iya"sahut soonyoung.

Soonyoung dan jihoon bergegas kembali menuju tempat dimana ia membentangkan tikar dan meletakan makan siang.

Soonyoung dan jihoon makan dengan tenang sebari menunggu hilangnya rasa lelah yang mereka rasakan.

"Ji kau suka di sini?"ujar soonyoung
"Tentu saja, disini udaranya bersih"sahut jihoon
"Kau ingin rumah di sini?"
"Untuk menikmati mati masa tua aku tak masalah...tapi kalau untuk hidup kita kedepan kau tak mungkin meninggalkan pekerjaan mu yang ada di Seoul"
"Lalu kau ingin punya rumah seperti apa?"
"Aku nyaman tinggal dimana saja, asal rumah itu punya halaman belakang yang luas"
"Kenapa begitu"
"Agar aku juga punya kebun mini sendiri jadi aku tak perlu banyak belanja sayur"
"Wah kau berhemat juga"
"Tentu saja...itu harus, walau pun suami ku ini kaya dan banyak uang hidup hemat itu sudah seperti kebiasaan yang harus di tetapkan sejak kita lahir kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Kita juga harus punya rumah ji untuk hidup berdua kan tidak selamanya kita hidup dan tinggal di kos"
"Kau benar, mulai Minggu depan aku sudah boleh mengambil uang penjualan lagu yang ku buat soon"
"Benarkah? Wah...aku tak menyangka lagu mu itu laku di jual"
"Kau itu memuji atau mengejek"
"Tergantung kau ingin menanggapinya bagaimana"
"Uang itu sebagian akan ku tabung untuk kita beli rumah soon dan rekening tabungan keluarga kita sendiri kan"
"Kau gunakan saja uang mu untuk beli rumah itu tanggung jawabku"
"Mana bisa kau bilang sudah satu susah semua jadi untuk rumah kita menabung bersama"
"Iya...iya"

Soonyoung memeluk jihoon tanpa jihoon tahu pun soonyoung sudah menyiapkan rumah dengan halaman depan dan belakang yang luas namun memang sengaja tak memberi tahu jihoon.
.
.
.
Hari ini jihoon dan soonyoung memilih untuk jalan-jalan mengelilingi sekitar namyangju mereka ingin pergi ketempat dimana mereka bisa menikmati waktu berdua.

Sedari berangkat soonyoung terus saja melihat jihoon yang begitu bersemangat dan soonyoung senang melihat jihoon yang senang begini dari pada beberapa hari yang lalu berniat minta di telan oleh laut.

"Kau ingin mengajak ku kemana?"tanya jihoon semangat
"Kau inginnya pergi kemana?"tanya balik soonyoung
"Aku akan ikut kemana pun kau mengajak ku pergi"
"Baiklah"

Soonyoung mulai menjalankan mobilnya untuk memutari namyangju mereka pergi menikmati suasana namyangju dari yang santai sampai kuil untuk berdoa.

Jihoon hanya berharap rasa bahagia ini tidak untuk sementara melainkan untuk waktu yang yang lama.

Mereka hanya sampai senja saja berkeliling dan menghabiskan waktu berdua di balkon kamar soonyoung.

"Ji aku membelikan mu ponsel baru"ujar soonyoung
"Bukan ini sama dengan milik mu"sahut jihoon
"Iya sengaja aku belikan sama dengan ku"
"Ponsel ku kemana memangnya"
"Dimakan oleh ombak laut"
"Eyyyy kau masih kesal rupanya"
"Setiap mengikat malam itu entah mengapa ingin sekali aku memaki mu"
"Mian tak akan ku lalukan lagi"
"Janji"
"Iya janji kalau aku ingat...tapi kalau aku lupa ya tidak janji"
"Hais anak ini"
"Dua bulan lagi ulang tahun mu kau ingin kado apa?"
"Diri mu saja bagaimana"
"Kau ingin aku masuk kotak dan di beri pita begitu?"
"Bukan itu tapi seperti yang kemarin"
"Memangnya kita kemarin ngapain?"
"Kau sudah lupa Hem...ingin ku ingatkan"
"Tidak mau...aku hanya bercanda"
"Bercanda mu menyebalkan"
"Jangan marah dong...padahal tadinya ingin ku beri kiss tapi kau marah ya sudah...aku tidmmmpmppp"

Terlambat soonyoung sudah memakan bibir jihoon dan membuat jihoon kualahan sendiri entah mengapa soonyoung suka sekali main sambar bibir jihoon.

"Aku sudah dapat kiss ku"ujar soonyoung
"Kau ingin membuatku mati kehabisan nafas"ujar jihoon masih sibuk mengatur nafas
"Tentu saja tidak"
"Kau suka sekali mencium ku belakangan ini"
"Kau tahu bibir mu itu buat candu apa lagi waktu kegiatan kita..."
"Soonyoung diam atau ku buat kau kesulitan bangun besok pagi"
"Memangnya apa yang akan kau lakukan pada ku"
"Kau tak lihat di sudut kamar mu ini ada gitar dan tongkat base ball kau pilih yang mana"
"Ampun ji...aku tidak memilih salah satunya...kita tidur saja ya aku akan memeluk mu"

Jihoon yang tadinya ingin beranjak kini malah tak bisa bergerak dalam pelukan soonyoung yang tetap kekeh mengajaknya tidur padahal jihoon belum mengantuk.

Berbeda suasana dengan para kumpulan manusia yang berlibur di pantai dengan bosan apa lagi sana sangat bosan, wonwoo dan mingyu benar-benar menikmati kegiatan mereka berduaan di bawah pohon bakau yang berada di tepi pantai dengan bersantai.

"Menurutmu apa yang sedang di lakukan soonyoung dan jihoon?"tanya wonwoo
"Menumbuhkan perasaan cinta dalam hati mereka"sahut mingyu
"Aku harap juga begitu dua orang itu tak cocok untuk di sebut sahabat...mana ada sahabat yang bisa sedekat dan seromantis mereka?"
"Kau benar"

Mingyu dan wonwoo kembali memandangi langit pantai yang begitu indah dan mempesona mereka tak peduli dengan semua makian yang teman-temannya lemparkan pada jihoon yang terpenting jihoon tak mendengarnya.
.
.
.
Soonyoung pergi meninggalkan kamarnya tengah malam untuk pergi ke ruang kerja miliknya jika sedang berada di rumah namyangju.

Tangan soonyoung beralih pada laci kecil yang ada di sudut meja kerjanya dan mengambil ponsel hitam bergantungan liontin melodi sebagai penghias ponsel itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan soonyoung beralih pada laci kecil yang ada di sudut meja kerjanya dan mengambil ponsel hitam bergantungan liontin melodi sebagai penghias ponsel itu.

Ponsel milik jihoon yang sengaja soonyoung sembunyikan untuk di perbaiki semuanya ia penasaran dengan apa yang ada dalam ponsel jihoon yang menurutnya menjadi salah satu faktor jihoon ingin menyerahkan diri ke laut.

Soonyoung membaca semua kontak pesan yang yang ada di ponsel jihoon dan mengirimnya pada ponselnya, ia tak menyangka jika jihoon menyimpan masalah sebesar dan serumit ini seorang diri.

Jari soonyoung tertarik dengan aplikasi note yang ada di dalam ponsel jihoon dengan di penuhi rasa penasaran soonyoung membuaka aplikasi itu.

Jari soonyoung menekan salah satu note yang ada dalam ponsel itu yang merupakan sebuah puisi dan dapat soonyoung yakini ini buatan jihoon.

"My road

Tiga tahun kami mengikat diri...
Tiga tahun kami saling membatasi diri...
Tiga tahun kami harus menjadi orang asing...

Aku lelah...
Aku ingin berjuang...
Namun bukan seorang diri...
Aku ingin berjuang bersama...

Bolehkan aku menyerah...
Bolehkan aku berhenti...

Mengharapkan perasaan suci itu datang padanya...
Mengharapkan dia jatuh cinta pada ku...

Itu sulit sekali..

Di jalan yang sepi ini...
Bolehkah ku genggam tangannya....
Bolehkah aku berjalan beriringan dengan nya...
Bolehkah aku selalu berada di sampingnya...

Tuhan...
Kenapa kau memberikanku manusia dingin itu...
Dan kenapa aku juga begitu mencintainya...
Jalan cinta ku kenapa kau buat penuh kelokan dengan kanan dan kiri jurang yang dalam...

Akan kah aku bisa....
Membuat dia berada dalam satu jalan dengan ku...

Soonyoung terkekeh membaca puisi yang jihoon buat dengan sepenuh hati ia tak tahu jika jihoon bisa menjadi orang yang sangat manis dengan puisi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Because She's My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang