Chapter. 9

106 23 11
                                    

Setelah 'sedikit' menguping pembicaraan antara Taehyung dan Jimin. Jungkook memilih untuk kembali ke kamarnya, berguling-guling di lantai kamar sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk membuat para pasiennya itu jujur dengan perasaan yang mereka rasakan, apa yang membuat mereka takut, dan apa yang membuat mereka nyaman tanpa terpaksa untuk bercerita.

Jungkook sendiri sadar, pasti banyak cara untuk membuat para pasiennya itu merasa nyaman. Tapi kembali lagi dengan apa yang menjadi permasalahan untuknya. Yaitu, harus dengan cara apa? dan bagaimana? itu lah masalah untuknya saat ini. Mendengar pembicaraan jimin dan Taehyung, cerita Yeonjun tentang Jin dengan impian boybend, lalu melihat berlembar-lembar kertas berisi lirik lagu hasil tulisan Namjoon, Yoongi dan Hoseok. Membuat dia menyadari satu hal. Jika mimpi para pasienya itu adalah menjadi bintang, mimpi yang sama sepertinya, dan mimpi yang di pertanyakan kelanjutannya.

Tak..

Jungkook menjentikan jarinya seketika. "Majjayeo! kertas dan tulisan. Aku bisa saja menyuruh mereka menulis semua yang mereka pikirkan pada kertas-kertas itu, membuat mereka bercerita tanpa paksaan. Tapi....."

"....Apa mereka mau?" Jungkook menghela nafas sambil berguling ke-kiri dan ke-kanan, terbesit keraguan dengan yang baru saja dia pikirkan. Tidak akan mudah membuat mereka mengungkapkan yang sebenarnya, mengungkapkan apa yang mereka rasakan melalui secarik kertas. Terlebih Jungkook sendiri masih tidak memiliki pendirian jika para pasiennya itu percaya padanya.

Lama Jungkook berpikir dan tanpa sadar dia tertidur lelap di atas lantai beralas karpet bulu.

.

.

📄

.

.

Yeonjun menatap jengah kearah Jungkook yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya. Saat ini mereka sedang berada di dapur asrama, untuk sarapan pagi.

"Yak hyung, kau ini kenapa eoh? apa kau baru saja putus?"

Jungkook menoleh, dan memutar mata. "Apa maksudmu putus? yang benar saja, pacar pun aku tidak punya apalagi mau putus. kau ini"

Yeonjun bergedik bahu. "Yah bukan salah aku bilang begitu. Kau tahu, tingkahmu saat ini seperti namja galau karena putus" ledeknya.

"Ck.. aish. Ani... aku hanya sedikit ragu?" ujarnya membuat Yeonjun mengernyit heran, tapi dari nada bicara Jungkook pun memang terdengar keraguan di dalamnya.

"Ragu? ragu tentang apa?"

"Kau tahu kan, sangat sulit membuat Bangtan hyung terbuka pada ku. Dan aku sebenarnya memiliki satu cara, tapi aku sedikit tidak yakin" Yeonjun menghela nafas, hyung-nya ini selalu saja tidak berpendirian. Dia memegang kedua bahu Jungkook agar menghadap kearahnya.

"Hyung dengarkan, aku mungkin tidak tahu cara apa yang kau maksud. Tapi bagaimana mungkin kau putus asa semudah itu, sedangkan kau sendiri belum mencobanya? Lakukan saja yang menurutmu benar hyung, mereka akan nyaman dan percaya padamu jika kau mau membantu mereka. Aku pun begitu saat pertama kali mengurus empat pasienku itu, tapi semua berubah seiring berjalannya waktu. Lakukan saja, aku mendukungmu"

Jungkook tersenyum. Yeonjun ini sungguh tidak bisa di tebak. Di satu sisi, perkataannya akan membuat Jungkook bimbang sendiri, tapi di sisi lainnya perkataan Yeonjun juga bisa menjadi penyemangat untuknya."Baiklah, akan ku lakukan. Gumawo Yeonjun-ah" Yeonjun hanya mengagguk sambil menepuk pelan bahu hyung-nya itu.

Setelah selasai dengan makanannya, Yeonjun bergegas menuju ruangan pasiennya. Sedangkan Jungkook kembali ke kamar asramanya untuk mengambil kertas dan coklat, lalu bergegas juga menuju gedung rawat Bangtan.

Ceklek...

Saat membuka pintu, hampir saja namja bergigi kelinci itu mengumpat keras karena kaget sehingga membuat kertas-kertas yang dia pegang terbang berhamburan. Bagimana tidak, baru saja sampai dia langsung disuguhkan pemandangan yang sangat menjengkelkan. Kalian tahu apa? di depannya saat ini, terpampang ruangan berantakan dengan Jimin, Taehyung, dan Yoongi berada di dalam keranjang belanja yang di dorong oleh Jin. Sedangkan Namjoon dan Hoseok berlari mengekori di belakang.

"TIN TINNNNNNN!"

"Ngiung ninuninuninu~ ambulan akan lewat, minggir tuan, atau aku tabrak!" teriak Jin sambil mendorong keranjang belanja itu. Dengan segera Jungkook menyingkir agar tidak di tabrak dan memunguti kertas-kertas yang berceceran di lantai.

Baru setelahnya dia mengambil ancang-ancang menyuruh mereka untuk berhenti. "Berhenti!!! kalian aku tangkap karena tidak menghunakan helam!" teriak Jungkook bermain peran, baiklah setelah ini ingatkan dia untuk menceburkan diri di sungai Han yang dalam.

Hampir saja Yoongi yang duduk paling depan terjungkal karena Jin yang berhenti mendadak dengan Namjoon dan Hoseok yang juga menabrak punggung lebarnya. Jin memegang kepalanya sok panik.

"Yung... endong~" rengek Ugi _ setalah berhasil memaksa Yoongi tidur dan mengambil alih tubuhnya _  merentangkan kedua tanganya bermaksud minta di gendong oleh Jungkook. Sedangakn yang di pinta menunjuk dirinya sendiri.

"A-Aku?? k-kau Ugi?"

Ugi merengut dengan mata berkaca-kaca siap menangis. "Ndee... huwa endong ~ hiks.. endong.. hiks.. yung~ huwa....!" dan berakhirlah Jungkook yang menggendong tubuh besar Ugi koala stayl lalu setelahnya tangisan itu berhenti, beruntunglah badanya tidak berat.

"Hihihi, tapyu~💕" Ugi cekikikan sambil memberi tanda hati dengan tangannya pada Jungkook. Lalu Jungkook menoleh kearah Taehyung, Jimin yang masih berada di keranjang tengah menatapnya, Jin yang sudah sibuk dengan sepatu hils, dan Hoseok, Namjoon yang duduk tenang di karpet bulu.

Sempat Jungkook mengira jika semua pasienya ini memiliki kepribadian ganda saat mengalami episode. Karena, pada saat mereka mengalaminya, mereka akan bertindak seolah memiliki sosok Alter ego seperti Yoongi atau Littlespace. Padahal sebenarnya, seorang yang memiliki episode sudah jelas akan mengalami fase tenang, atau normal. Sehingga jika pemilik tubuh merasa tertekan, episode akan terulang. Lalu setelah memasuki fase tenangnya  akan berkelakuan seolah-olah orang itu seperti memiliki sosok Alter ego.  Dan yah dia mengetahui itu setelah membaca beberapa atikel pisikologi yang menyangkut tentang episode.

"Huh astaga, bagaimana aku membersihkan ini sendirian eoh?" gumamnya frustasi melihat hal berantakan di depanya ini, baiklah lupakan dulu soal kertas. Sekarang waktunya berperang.

Dengan tubuh ringan Yoongi yang masih berada di gendonganya. Jungkook mulai memunguti satu-persatu sampah yang berserakan dimana-mana itu.

"Bolehkah kami membantumu Kookie?" ujar Jimin riba-tiba, membuat Jungkook menoleh dan mendapati Jimin yang merunduk sambil memelin ujung bajunya. Taehyung, Hoseok, Namjoon, serta Seokjin ikut berdiri tepat di belakangnya.

"Kalian ingin membantu?" mereka mengangguk, tapi Jungkook sebaliknya. "Ah.. sebaiknya tidak" seketika para pasiennya (-Yoongi) merunduk lesu juga sedih.

"Waeyo Kookie, apa kau tidak ingin berdekatan dengan kami?"

Jungkook tertegun dengan ucapa Jimin. "Ani, Chim hyung. Aku hanya tidak ingin kalian lelah" Jungkook menjelaskan sambil menggeleng cepat. Wajah sedih mereka berubah tertekuk masam. Melihat wajah-wajah masam (-Yoongi) itu membuat Jungkook menghela nafas tidak tega.

"Baiklah, kalian bisa membantu. Tapi dengan syarat" mendengar perkataan Jungkook, kepala-kepala yang tadinya tertunduk sekarang menonggak dengan mata berbinar.

"Apa syaratnya?" pertanyaan antusias dari Jimin juga tatapan berbinar di belakangnya, membuat Jungkook menatap mereka.

"Syaratnya...












.

.

.




Tubici

Lanjut?

Or

nan molla
😗
👉👈

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mental and The MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang