Keputusan Rania ✔️

292 21 0
                                    

Keheningan menyelimuti kediaman keluarga Syarief, sebelum helaan nafas Ali memecah keheningan tersebut.

"Rania? " Ali meminta jawaban sang puteri tunggalnya.

"Huh, iya abi apapun keputusan abi Rania siap," ucap Rania mantap.

"Kamu bersedia menikah dengan Rafdan? " tanya Ali sekali lagi.

"Ya" jawaban singkat menjadi awal keheningan.

Helaan nafas lega Prilly memecah keheningan di antara mereka.
"Rania umi dan abi tidak memaksa apapun keputusanmu, jika kamu ingin menolaknya abi dan umi akan menerima jika kamu punya alasannya juga, tapi jika itu keputusanmu, maka abi dan umi juga akan menerimanya dengan bahagia." ucap Prilly membelai jilbab biru laut Rania sambil tersenyum manis.

"Iya umi, insyaa Allah Rania siap menjalani tanggung jawab baru, dan Rania tidak akan mengecewakan umi dan abi."

"Abi bangga padamu nak, " ucap Ali tulus,bibirnya membentuk lengkungan tipis yang manis.

" Kalau begitu Rania ke kamar duluan ya abi, umi" pamit gadis itu.

"iya nak, istirahatlah" balas Prilly.

"Oh iya Nia lusa abi dan umi akan ke Turki untuk membahas pernikahanmu dan Rafdan dengan kakekmu, kebetulan mereka sedang berada di sana" ucap Ali sebelum Rania menginjak tangga pertama menuju kamarnya.

"Apa kalian mau pergi? " tanya rania ragu.

" Iya nak, kami harus membahas pernikahanmu,dan keluarga calon suamimu sudah berada di sini jadi mereka bisa menjagamu saat kamu tidak ada,Habibi,Hisyam mereka akan menemanimu di rumah" Prilly tersenyum manis.

"Apa tidak bisa kalian membicarakannya lewat telephone? " Rania masih bertanya,ia langkahkan kakinya kembali menuju sang ibu yang sekarang tengah duduk disamping ayahnya.

"Itu tidak sopan Rania" Prilly mengelus pucuk kepala Rania sayang,"lagi pula kami juga ingin mengunjungi keluarga di sana,sudah lama umi tidak kesana."

"Tapi umi, abi, Rania merasa cemas" ungkap Rania.

"Ada apa? apa karena pernikahanmu? " sekarang Ali yang bertanya.

"Entahlah,Rania hanya ingin abi sama umi menemani Rania sampai hari pernikahan" Rania berucap agak sendu.

Prilly tersenyum lagi, "Kami pasti cepat kembali nak, mungkin satu atau dua hari kami disana.Lagi pula umi dan Abi juga nanti akan menemanimu di hari pernikahanmu" Prilly memberi pengertian pada putrinya.

"Hem, tapi bisakah kalian tetap tinggal? " Rania masih keras kepala.

"Kamu kenapa sayang, tidak biasanya manja seperti ini? umi dan abi tidak akan lama" Prilly mendekap Rania dalam rengkuhan hangat seorang ibu, tangannya mengelus jilbab Rania lembut.

"Rania hanya ingin menghabiskan banyak waktu bersama kalian sebelum Rania menikah dan pergi mengikuti suami Rania" ucap Rania lirih.

Ali tersenyum," Rania kan belum tamat kuliah, otomatis setelah menikah Rania harus menamatkan study dulu lah jadi kalian akan tinggal disini untuk satu tahun kedepan" ucap Ali.

"Atau kamu mau pindah langsung ke Saudi?" timpal Prilly.

Rania menggeleng, "Tidak, aku akan tetap disini sampai aku bosan" Rania terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Nunggu kamu bosan kasian kami yang harus meladeni sifat nakalmu itu" gurau  Ali.

"Iisshhh abi, Rania ngambek nih" kesal Rania.Ia mencebikkan bibirnya dengan sangat menggemaskan.

"Lihat Prill,dia mirip sekali dengamu" ucap Ali sambil terkekeh.

"Umi, bilang sama abi suruh minta maaf sama Rania gitu" Rania semakin cemberut manja di pelukan Prilly.

"Zauji, jangan menggodanya lagi" peringat Prilly pada Ali.

"Huh putri abi pengadu ternyata baiklah abi minta maaf" Ali mencubit pelan pipi kembaran istrinya itu.

"Aisshh abi sakit" rengek gadis itu.

Prilly menggelengkan kepalanya dengan tingkah anak dan ayah itu.Tidak terasa waktu sangat cepat berlalu,dulu Prilly fikir ia baru saja bertemu dengan Ali dan menikah dengannya, tapi sekarang anak-anak kami sudah besar, dan sebentar lagi salah satunya akan menikah.Waktu memang tidak bisa diputar ulang, seberapa jauh kita ingin kembali tapi kenyataanya kita hanya bisa mengenang. Menyimpan dalam bingkai hingga akhir khayat.Prilly merasa ia sudah tak lagi bisa membawa waktu dimana dia dulu masih bermain layaknya gadis kecil dan tertawa tanpa beban kelak adegan itu akan dia lihat kembali saat cucunya lahir.Dunia akan terus bekerja walau kita menghentikannya sekalipun.Ali adalah sosok yang paling berharga setelah Abi,hidup dan mati serta perjuangan cinta hingga akhir hayat akan bersamanya. Ali, dialah pemuda itu, pemuda yang memiliki karisma dan ketampanan yang nyata, pemuda yang soleh yang mampu menjadi imam terbaik hingga hari ini. Dia Ali Syarief pemuda satu diantara berjuta pemuda yang berhasil mengisi relung hampa dalam hati. Mengisi kekhawatiran, kekecewaan dan kebahagiaan tanpa mengeluh. Dia adalah sosok suami idaman yang sangat beruntung didapatkan.

"Prill" Ali menyentakan lamunan Prilly.

"Ah iya ada apa? " tanyanya.

Ali tersenyum, " sudah malam sebaiknya kita istirahat" matanya menoleh ke arah Rania yang masih asik dipelukan sang ibu, seolah tak mau melepaskannya.

"Rania kembali ke kamarmu, istirahatlah" lanjut Ali.

Dengan lesu Rania beranjak dan melepas pelukan sang ibu dengan tidak relanya, "hem."

setelah Rania hilang dibalik pintu kamarnya, Ali menggandeng Prilly untuk memasuki kamar mereka.


Maapin mimin partnya pendek
Tunggu part selanjutnya ya....
3 part lagi end guys
Vote+coment+follow wp aksaraisyah96

Ikrar Suci Untuk Puteri Kiyai ✔️[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang