Part pertama
3.636 kata meluncur 🔥
Vote dulu yuuuks ✨
Jangan lupa komen yaah ❤Matahari bersinar begitu terik siang ini. Panasnya terasa menusuk kulit meskipun letaknya sudah sedikit tergelincir ke barat. Ingin mengeluh juga percuma, mataharinya tidak akan tiba-tiba menjadi dingin. Jadi yang wanita itu lakukan untuk melindungi kulitnya adalah memakai sunblock sebanyak-banyaknya, tak lupa melindungi matanya dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidungnya yang mancung.
"Mbak Luna mau minum apa?"
Menurunkan sedikit kacamata dengan jari telunjuk untuk melihat wanita yang baru saja bertanya itu, Luna menggigit bibirnya yang merah karena polesan lipstik lalu memberikan jawaban.
"Beliin es cappuchino yang super duper dingin, La," pinta Luna pada asistennya yang bernama Lala.
"Siap, Mbak."
Sesi istirahat kali ini Luna pergunakan untuk bersantai pada kursi khusus yang bertuliskan namanya. Luna Kinandya. Siang ini dia sedang melaksanakan syuting ftv. Adegan yang dimainkannya hanya sedikit dalam film ini. Bisa dibilang kalau dia hanya bintang tamu. Setelah syuting selesai pun Luna sudah izin untuk pergi karena masih ada urusan lain.
Luna memang bukanlah sang pemeran utama dalam film kali ini. Itulah kenapa bagiannya tidak terlalu banyak. Tapi bukan berarti Luna selalu jadi pemeran pembantu dalam setiap filmnya. Dia sering kok jadi pemeran utama. Hanya saja, menjadi pemeran utama tidak selalu menarik untuknya meskipun bayarannya menggiurkan. Luna suka berakting, jadi dia melakukan apa yang dia suka, apa yang dia ingin dan dia ingin jadi apa. Bukan hanya karena soal bayarannya.
Dering ponsel di atas meja sampingnya membuat Luna melihat siapa nama yang tertera di layar. Helaan napas panjangnya terdengar kala ia membaca nama siapa yang menelfon.
Mamanya yang selalu nagih jodoh.
"Assalamu'alaikum, ma."
"Wa'alaikumsalam. Gimana syutingnya?"
"Syutingnya lancar."
"Kamu lagi sama Ben? Banyak gak syuting sama Ben?"
"Enggak. Aku kan bukan pemeran utama, jarang ada adegan sama Ben."
"Salah kamu ditawarin jadi pemeran utama gak mau."
"Males. Cape." Jawaban singkat itu cukup untuk membuat mamanya tidak bertanya lebih buanyak.
"Dasar. Padahal kan biar makin deket sama Ben."
"Aduh, apa, mah? Sinyal di sini jelek. Halo halo. Udah dulu ya, ma."
"Gak usah akting-"
Tut
Emang si Luna bukan anak baek. Telfon dari mamanya langsung dia matikan kalau sudah membicarakan laki-laki. Apalagi si Ben. Masa mamanya itu berharap dengan si buaya Darat Ben Alfarizy. Dia mah manis di awal doang, kalo udah hambar dilepeh. Luna paling benci dengan modelan laki-laki seperti itu. Dan sayangnya, modelan laki-laki yang sedang Luna benci, malah sedang gencar mendekatinya.
"Es cappuchino super duper dingin untuk wanita masa depanku."
Dengan kerutan alis tak suka, Luna menatap pria bertubuh tinggi yang berdiri dan menyodorkan cup berisi cappuchino dingin kepadanya.
"Lala mana? Kok lo yang kasih ke gue?" tanyanya sambil mengambil minuman pesanannya itu. Karena sungguh Luna ingin meminumnya.
"Dia ke toilet. Karena gue baik hati, gue bawain ini untuk sang bidadari." Ben bicara sambil duduk di sebelah wanita itu, dia juga mengambil kipas mini portabel yang Luna pegang, kemudian mengarahkannya ke Luna. Persis seperti seorang asisten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, Future [SEGERA TERBIT]
RomanceYoung Adult Romance - Comedy Bagi Luna Kinandya, berhadapan dengan kamera adalah hal yang biasa, sudah jadi "makanan" sehari-harinya. Dia sangat cantik, jelas, profesinya saja sebagai model dan selebriti, maka fisiknya tidak perlu diragukan lagi. Ta...