Vote dulu yuks ✨
Jangan lupa komentarnya :vLagi, Luna melihat mobil itu dari pantulan spion depan. Range Rover berwarna hitam, pengendaranya pasti laki-laki. Nomor platnya tidak bisa Luna lihat, terpantul cahaya.
Karena panik, Luna menginjak gas mempercepat laju mobilnya. Perjalanan kali ini rasanya akan sangat panjang. Tangannya gemetar karena memikirkan hal-hal yang tidak-tidak. Jantungnya bergemuruh. Untuk pertama kalinya Luna merasa setakut ini. Pikirannya sudah berkelana kemana-mana.
Bagaimana kalau di belakangnya itu orang jahat?
Bagaimana kalau dia diculik? Disekap?
Mending kalau penjahatnya cuma minta tebusan. Kalau dirinya dijadikan tahanan untuk hal yang tidak-tidak, bagaimana?
Lebih baik Luna mati saja.
Kembali Luna menginjak pedal gasnya. Lelah bekerja sehari semalam ditambah dengan teror diikuti mobil lain pukul setengah satu dini hari membuat pikirannya tak bisa jernih lagi. Yang dipikirkannya sekarang hanya lari. Kabur sejauh mungkin yang ia bisa. Namun, laju mobil di belakangnya malah ikut mempercepat. Membuat Luna merasa hanya memiliki dua pilihan.
Mati kecelakaan atau jatuh ke tangan orang jahat.
Dalam pacuan kencang itu, ponsel yang ia taruh di depannya berdering. Dengan cepat dan jemari gemetar, Luna mengambilnya.
Adnan.
Pria itu yang menelfonnya. Lega sekali, Tuhaan. Rasanya Luna ingin memeluk Adnan sekarang juga.
"Ha-halo, Mas. Ada yang ngikutin mobil aku. A-aku takut."
"Pelanin laju mobil kamu. Bahaya."
"Ha?"
"Ini saya."
"Apa?"
"Saya di belakang kamu."
Luna ternganga. Belum mematikan sambungan telfonnya, ia memelankan laju mobil dan menepi di bahu jalan. Tubuhnya yang lemas ia sandarkan pada jok. Jantungnya masih berdebar kencang, namun tak setakut tadi.
"Kenapa Mas gak telfon aku dari tadi, sih?" tanyanya, kesal. Harusnya Adnan menelfonnya sejak pria itu mengikuti supaya dirinya tidak panik.
Namun, jawaban manis Adnan langsung membuat kekesalan Luna sirna.
"Saya cuma mau memastikan kamu selamat sampai rumah."
Dengan perasaan berbunga-bunga Luna mengulum bibir menahan senyum. Hilang sudah ketakutannya tadi berganti dengan perasaan bahagia yang membuncah. Jantung Luna masih berdebar-debar. Tapi tentu kali ini bukan karena merasa takut.
Tok tok
Ketukan dari kaca mobil itu membuat Luna menurunkan kacanya. Ia melihat Adnan masih memegangi ponsel di dekat telinga. Pria yang selalu setia dengan raut tak berekspresinya itu sudah dapat ia lihat. Namun lucunya, Adnan malah kembali berbicara dengan telfon.
"Kenapa berhenti?"
Membuat Luna tertawa dan memutus sambungan telfon mereka.
****
SELAMAT DATAAAANG
di cerita baper lainnya 😍🤣Bagiab prolog ini adalah potongan alur di masa depan yak wkwk
Dan aku mau kasih pengumuman dulu sebelum kalian mulai baca part 1.
Pertama,
Ini bukan cerita religi yah. Tapi bukan cerita yang menyesatkan juga 🙂Kedua,
Cerita ini udah selesai. Perihal lama update, pasti karena akunya aja yang mager 🤣Ketiga,
Cerita ini RINGAN KONFLIK
Jadi untuk pembaca yang suka konflik berat, silakan mundur alon alon 🙂Keempat,
Endingnya udah ketebak, PASTI HAPPY 😂
Jadi, untuk yang lebih suka nebak-nebak ending, juga silakan mundur alon-alon 🙂Kelima,
Siapa yang tau cerita ini pertama kali dari instagramku???
Yang belum follow, yuk follow biar gak ketinggalan info 😁Keenam,
JANGAN LUPA DIRAMEIN YAAAHKetujuh,
SELAMAT MEMBACAPublish,
Senin, 21 Desember 2020
Adelia_nurrahma
OfficialpenceraShopee
Adelianr03
KAMU SEDANG MEMBACA
Past, Present, Future [SEGERA TERBIT]
RomansYoung Adult Romance - Comedy Bagi Luna Kinandya, berhadapan dengan kamera adalah hal yang biasa, sudah jadi "makanan" sehari-harinya. Dia sangat cantik, jelas, profesinya saja sebagai model dan selebriti, maka fisiknya tidak perlu diragukan lagi. Ta...