Cita-cita Eisa adalah menjadi seorang mafia disegani seperti sang Ayah. Namun, dia malah mengandung anak dari pewaris manja, yang sering dirisak saudaranya. Karena Eisa mengandung sebelum menikah, Eisa akhirnya diusir sang Ayah. Sementara orang yang...
Juan menggenggam tangan Eisa, lalu mengajak Eisa untuk mendekat ke arah orang tuanya. Dengan senyuman lebar tanpa dosa sedikit pun, Juan melirik ke arah Eisa yang menunduk, dan memberitahu kedua orang tuanya, "Ayah, Ibu, aku ke sini untuk memberitahu, jika aku sudah berhubungan dengan Eisa selama satu tahun ini."
"Kami saling mencintai, dan kami sebentar lagi akan menjadi orang tua. Tolong restui kami untuk menikah, dan jangan paksa aku untuk menikah dengan Kak Karin," ungkap Juan.
"Menjadi orang tua?! Maksudmu wanita itu sedang mengandung anakmu?!" tanya Ibu Juan dengan mata memelotot.
Juan mengangguk, dan mengusap lembut perut Eisa. "Usia kandungannya baru tiga minggu, oleh karena itu aku ingin menikahinya secepat mungkin."
Eisa tak bisa berkata sedikit pun di depan orangtua Juan. Dia hanya bisa bersembunyi di balik tubuh Juan, berharap wanita di depannya tidak memaki dan mengatai Eisa j*lang seperti yang dilakukan sang ayah.
"Astaga, Juan. Kau dulu menangis-nangis setelah putus hubungan dengan mantan kekasihmu itu, lalu sekarang kau membawa wanita asing ke sini, bersama dengan anak hasil kecelakaan?!" tanya Ibu Juan dengan suara meninggi.
Ketika Ibu Juan bertanya Ayah Juan menatap tajam ke arah sang anak. Pria paruh baya itu berjalan ke depan Juan, dan bertanya, "Dari mana kau menemukan wanita asing ini? Apa status keluarganya?"
Eisa menutup rapat bibirnya. Dia ingin mengakui jika ayahnya seorang pemimpin kriminal di kota ini, tetapi Eisa teringat saat sang ayah tak menganggapnya putrinya lagi. Oleh karena itu, Eisa semakin menundukkan kepala, dengan tangan meremas gaunnya sendiri.
Juan berkata, "Eisa yatim piatu, dia tinggal sendiri sebagai seorang psikolog dan selalu menemaniku ketika aku sedang menangisi hidupku. Jadi, aku---"
Belum sempat Juan mengakhiri ucapannya, Ibu Juan sudah lebih dulu memeluk tubuh Eisa. Wanita itu tiba-tiba menangis, dan mengusap lembut rambut Eisa dengan pelan. Dia berkata, "Jadi kau, wanita yang sudah menghilangkan kesedihan anakku? Astaga, maafkan anakku karena telah menitipkan pewaris keluarga kami, tanpa pengaman dan status pernikahan."
"Anakku memang ceroboh dan terkadang b*doh. Tapi tenang saja, kami akan segera menikahkan kalian berdua!"
Eisa mengernyitkan kening, sementara ibunya Juan langsung menyenggol bahu Juan sekuat tenaga. "Kau ini sangat ceroboh! Seharusnya kau mengenalkan kami pada Eisa lebih awal, dan menikahinya sebelum menitipkan anakmu padanya!" gerutu sang ibu.
"Tapi, mau sudah atau belum menikah, ibu senang akhirnya Juan memiliki pewaris! Segera menikah, dan jadikan Eisa ratu di rumah ini!" jelas Ibunya Juan.
"Ibu senang, akhirnya kita mempunyai pewaris baru juga!"
Eisa meneguk ludahnya sendiri. Dia tak habis pikir dengan isi pikiran ibu Juan dan anaknya. Oleh karena itu, Eisa hanya bisa diam sembari mengernyitkan kening. Banyak sekali tanda tanya yang memenuhi pikirannya saat ini. Apakah anak yang sedang dia kandung sekarang merupakan berkah untuk keluarga Juan? Kenapa mereka begitu bahagia mendapatkan berita kehamilan Eisa?
Ibunya Juan senang, begitu pula dengan Ayahnya Juan. Keduanya merestui Eisa begitu saja, seolah-olah tak ada lagi wanita di dunia ini yang bisa memberikan mereka semua pewaris. Namun, di antara kebahagiaan ini, Eisa bisa melihat sesosok wanita berambut panjang, yang mengintip dari balik lemari, lalu pergi setelah ketahuan mengintip oleh Eisa.
"Juan, siapa saja yang ditinggal di rumahmu? Apa ada orang lain selain ayah dan ibumu?" tanya Eisa.
"Kenapa kau bertanya hal itu?" tanya Juan.
"Aku melihat ada orang yang sedari tadi mengintip pembicaraan kita, lalu pergi setelah aku tak sengaja melirik ke arahnya," bisik Eisa.
"Siapa dia?"
•••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.